04 - Dilema

88 15 7
                                    

"Haruskah aku pergi menjauh sebelum semuanya terlambat?"
- Indhira -
***

'Tringgg' Bel tanda istirahat pertama pun berbunyi nyaring pada setiap sudut sekolah menengah atas Penerus Negri. Para siswa berhamburan keluar dari ruang kelas masing masing untuk menuju kantin, menyantap makanan kesukaan mereka.

Kini ruang persegi bernuansa putih abu abu itu hanya menyisakan Indhira dan Asha yang sudah pusing karena matematika.

"Ah matematika bisa enyah kah dari dunia?" Asha berdiri dan menggebrak meja dengan amarahnya yang kini perlahan pergi.

"By the way, Dhira, kamu nggak ke kantin? Biasanya semangat banget" Asha menoleh ke arah temannya yang nampak kalut dengan isi kepalanya.

"Nggak kayaknya, aku masih kenyang Sha" Indhira menggeleng pelan lalu melanjutkan aktifitas membacanya pada pojok baca kelasnya.

"Padahal tadi pagi mau ketemu Sandra, ayoo" Bujuk Asha yang memang sebenarnya lapar.

"Duluan deh Sha, aku nggak mood" Indhira menjawab meski tak menatap mata gadis yang mengangguk angguk saja.

"Ya sudah aku kesana duluan ya" Asha perlahan meninggalkan kelas itu menyisakan Indhira yang hanya diam membisu.

Ada apa dengan Indhira? Mengapa semudah itu berganti suasana hati hanya karena matematika? Bukan, Indhira kalut dalam pikiran juga perasaan yang kini ada pada hatinya. Perasaan yang mulai muncul ketika ia bersama Athena.

Pasalnya Indhira memiliki kekasih yaitu Devangga atraiska atau yang kerap disapa kak Deva olehnya. Deva adalah kakak kelasnya pada sekolah itu. Namun anehnya, ia sudah tak merasakan degupan jantung yang menggebu gebu ketika bertemu Deva.

Pipinya tak lagi merah dengan kehadiran Deva, perutnya tak lagi merasakan kupu kupu pada tiap tatapan mata dengan Deva, perasaannya tak lagi memikirkan Deva melainkan Athena yang selalu ada dalam hatinya.

'Tuhan, salahkah aku menjauh dari nona Athena Sealine?" Batin gadis yang kini menyandarkan kepalanya pada dinding kelasnya.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Indhira merasakan dilema yang berkepanjangan, mengingat bahwa hubungannya dengan Deva pun mulai merenggang seiring waktu. Pertengkaran pun sering menghiasi hubungan mereka.

"Dhira, kok nggak ke kantin?" Terdengar suara pria yang kini masuk pada ruang persegi itu. Tak lain dan tak bukan, pria itu adalah Devangga.

"Eh? Lagi kurang bagus aja moodnya kak, lagi capek juga" Indhira tersadar dari lamunannya dan memandang ke arah sang kasih.

"Oh yaudah, aku ke kantin dulu" Deva bahkan tak peka dengan kode yang sudah ditunjukkan oleh Indhira. Ia hanya datang bertanya lalu pergi dengan sendirinya.

Indhira hanya tersenyum kecut melihat punggung yang kini menjauh darinya. Terbesit sedih pada hati kecil yang kini merasakan dilema lagi.

'Semoga nggak lama ya dilema ini'

***

Sejak kelas hari ini selesai, Athena hanya sibuk dengan laptop juga tugas tugas perkuliahannya ditemani dengan secangkir kopi panas. Aroma cafe yang menenangkan juga lagu dari Rizky Febian yang kini terputar pada gendang telinganya pun turut andil dalam proses pengerjaan tugas itu.

"Susah banget ya ternyata, capek" Athena menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi pada cafe itu dengan wajah lelahnya.

"Eh bentar, kok tumben ngga ada yang ngechat pas jam anak SMA lagi istirahat gini?" Athena membuka jendela notifikasi pada ponselnya yang tak berisikan apapun kecuali pemberitahuan SMS tak berguna.

Kala Senja Menyapa || FreenBeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang