11 - Rindu

83 10 0
                                    

Rindu bukanlah kesalahan, yang salah adalah perasaan mu terhadap seseorang yang kamu rindukan disaat kamu telah memiliki seseorang yang menjagamu.
***

"Kak, terima kasih yaa sudah mencintai Indhira sehebat ini" Indhira dengan senyum manisnya memandang pada senja yang mulai terlihat gelap.

Menyandarkan kepala pada rumah yang selalu nyaman untuk dihuni memang sangatlah indah. Seperti ada hal yang membuat Indhira tak ingin singgah dari rumah berbentuk Athena itu.

"Aku mencintaimu seperti orang mencintai orang pada umumnya, Ra. Aku hanya ingin kamu merasakan indahnya dicintai oleh orang yang tepat" Athena mengecup puncak kepala sang kasih dengan kecupan hangat menandakan kasih yang tiada duanya.

"Aku beruntung kak, lihat deh senja mulai ungu dan berganti malam sebentar lagi. Ada bulan dan bintang yang menari diatas cinta kita kak" Indhira tertawa kecil sembari menunjuk fana merah jambu yang sudah berganti corak ungu gelap pada cakrawala.

"Kalau kamu ingin, akan ku tarikkan bulan dari atap bumi untuk membuatmu tersenyum Ra" Athena memandang ke arah langit yang ditunjuk Indhira dengan hembusan nafas yang terdengar cukup tenang dari hidungnya.

"Gombalnya, jago yaaa" Indhira kembali pada posisi tegap nya, menatap wajah kekasih yang kini bersinar dengan matahari terbenam.

'Cantik sekali kak, seperti saat awal kita bertemu dahulu' Batin Indhira sembari menatap lebih dalam wajah Athena yang kini terpejam dengan hembusan angin pada wajah indahnya.

"Haha sudah ayo pulang, ini udah gelap Ra" Athena meraih tangan Indhira yang segera mengangguk mengiyakan ucapan kekasihnya.

Athena dan Indhira pun beranjak dari tempat mereka duduk, lalu berjalan menuju motor Athena yang terparkir tak jauh dari tempat itu.

Ditengah jalan, Indhira menjumpai Devangga sedang memotret wanita cantik dengan gaun yang indah. Masih terasa sakit sekali jika ia menjumpai Deva bersama wanita pilihannya saat ini, rindu menyelimuti Indhira.

'Aku rindu kak, aku rindu saat bersama mu' Batin Indhira sembari tetap menatap kebersamaan mereka.

Indhira lupa bahwa dikejauhan, ada Athena yang memandang Indhira dan Deva bergantian dengan tatapan yang sedih, tak dapat dibayangkan sakitnya kala itu.

'Sudah aku coba berikan yang terbaik, mengapa kamu tetap memandangnya?' Athena dengan batinnya, berperang dalam sedihnya pemandangan di hadapannya.

Indhira segera membuang pandangannya lalu berjalan menuju Athena tanpa ia menunjukkan rasa rindunya terhadap Devangga.

"Ayo pulang kak" Indhira dengan nada yang kembali ceria pun segera tersenyum pada Athena yang hanya mengangguk pelan.

"Iya Ra, ayo" Dengan nada lirih, Athena menaiki motornya lalu melaju pada dinginnya jalanan kota Jogja di malam hari.

Melaju dengan isi pikiran kalut dari keduanya pun hanya menyisakan hening pada perjalanan yang ditempuh sekitar tiga puluh menit itu.

'Apa aku harus menyerah Ra?'

***

Indhira menjatuhkan dirinya pada sofa nyaman kediaman keluarganya yang sangat indah. Berteman dengan isi perasaan yang kembali goyah, buyar hanya karena satu pemikiran.

"Kenapa sih harus ketemu lagi? Lebih baik ga usah ketemu aja selamanya!" Gumam Indhira dengan amarah disertai tangisan yang sudah berlinang pada pipi indahnya.

'Ting' Suara notifikasi dari ponsel Indhira yang segera ia buka untuk mengetahui isinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Umumu lucunya pacar Indhira" Senyumnya kembali terukir dengan indah seakan melupakan tangisnya semula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Umumu lucunya pacar Indhira" Senyumnya kembali terukir dengan indah seakan melupakan tangisnya semula.

"Ciee pacaran!" Himara yang melihat adiknya pun segera mengejek Indhira yang memasang wajah marah khasnya.

"Apa sih kak?! Udah deh!" Indhira menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya lalu segera beranjak dari sofa menuju kamar beruansa pink yang indah.

Indhira segera menutup pintu kamarnya dan merebahkan diri pada kasur besar yang berada pada tengah ruang persegi itu.

'Biarkan seperti ini saja, Tuhan'

***

Haiii, gimana gimana part ini??? Pendek banget yaa?? Gapapa nanti menjelang akhir bakal panjang lagi kokkk santaii

Happy reading!!

Kala Senja Menyapa || FreenBeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang