05 - Athena, Indhira, Asing

83 10 0
                                    

Ternyata dua perasaan yang sama tak selalu dipersatukan dalam lingkaran yang menyenangkan
***

Langit abu abu Jogja menyapa siang hari itu. Rasanya semesta tau apa yang sedang dirasakan oleh manusianya, juga apa yang berusaha disampaikan oleh hati yang tersakiti.

Indhira memandang rintik hujan di hadapannya dengan senyum tipis yang terukir indah pada wajahnya. Berbalut seragam dan jas hujan, Indhira nekat untuk pulang sendirian.

'Hujan, bisakah engkau membuat perasaan ku kembali seperti sediakala? Hilangkan dia dalam benakku dan buat aku tidak memandangnya sebagai cintaku lagi' Indhira memandang genangan demi genangan air yang ada akibat hujan hebat itu.

Mungkin itulah yang menjadi awal dari asing yang menyelimuti Indhira juga gadis itu, Athena Sealine. Awal dari sebuah kehilangan yang tak dapat diungkapkan secara nyata oleh makhluk yang merasakannya.

Indhira mempercepat langkahnya untuk segera sampai pada rumah besar kediaman keluarganya. Tempat dimana ia berlindung dari badai yang bisa saja menghantam nya kapanpun semesta menghendakinya.

"Dhira!" Panggil seseorang dari belakang punggung Indhira yang rasanya ia mengenal suara itu.

Indhira berbalik dan benar saja, ia menjumpai Deva dengan motor dan jas hujannya ada dibelakangnya. Deva memberikan helm pada Indhira yang langsung menerimanya.

"Yuk aku yang anter" Deva dengan mata tulusnya berhasil merebut hati Indhira lagi.

"Makasih ya kak, yuk udah siap" Indhira menaiki motor Deva dengan senyumnya yang merekah indah namun juga semu.

Deva dan Indhira menyusuri jalanan dengan rintik hujan dan juga langit abu abu yang ada menyelimuti mereka berdua. Bak baru mengenal cinta, mereka terlihat serasi bersama.

Namun perasaan tak bisa dipaksakan, Deva merasa ada perubahan dari kekasihnya yang kini ada dibelakangnya. Indhira pun merasakan perbedaan dari hubungannya dengan Deva seusai perasaan Indhira kepada Athena muncul begitu saja.

"Ra? Gapapa kan?" Deva menatap Indhira dari kaca spion yang menampilkan gadis yang berstatus pacarnya itu.

"Oh gapapa kok, capek aja"

"Dhira, kalau lagi kenapa kenapa bilang aja ya?"

"Aku gapapa kak" Indhira susah payah menyembunyikan perasaan yang kini kalut dalam dinginnya hujan.

"Ya sudah, Ra" Deva semakin merasa ada yang tak baik baik saja dari dia dan Indhira. Seperti ada sinyal kehilangan yang disampaikan oleh semesta.

Setelah pembicaraan itu, tak ada lagi suara selain laju motor dan rintik hujan bertemu aspal yang terdengar. Lima belas menit hanya dihabiskan oleh keheningan tanpa obrolan.

'Apakah yang membuat semua keheningan ini jadi ada?'

***

"Udah udah kak, disini aja" Seperti biasa, Indhira meminta Deva untuk mengantarkan nya hingga depan gang rumahnya.

Bukan berarti ia tak ingin Deva mengantarkan sampai tiba pada rumahnya namun hubungan mereka adalah sesuatu yang dirahasiakan dari orang tua Indhira.

"Ohh oke, Ra, nanti kabarin aja ya?" Deva menghentikan motornya lalu mengizinkan gadis itu turun dari motornya.

Indhira hanya mengangguk pelan lalu pergi dengan lambaian tangannya pada Deva menandakan selamat tinggal pada pria yang kini mematung.

Indhira berjalan menyisir gang kecil yang ditempuh jika ingin pulang, bak rintangan kecil yang harus ditempuh bagi siapapun yang ingin sampai pada rumah bernuansa putih abu abu itu.

Menyisir jalanan dengan isi kepala yang berantakan ditengah hujan? Sesuatu yang paling tenang bagi Indhira dan setiap insan yang pernah merasakan. Indhira menangis mengingat semua hal yang menjadikan perasaan ini rumit hingga ia tiba pada rumahnya.

Setelah melepas jas hujannya, ia memasuki rumah kediaman keluarganya dengan tenang namun sesenggukan tak bisa ia sembunyikan.

"Heh lo kenapa?" Himara yang memang ada pada ruang tamu menatap adiknya yang baru saja sampai.

"Gapapa kok, capek aja" Indhira menjatuhkan diri pada sofa nyaman yang memang menjadi tempat favorit keluarga.

Indhira menatap Himara yang hanya mengangguk angguk sembari fokus pada laptopnya lagi. "Kak, mau tanya deh" Ucapnya perlahan.

"Sok atuh tanya apa?" Himara menutup laptopnya lalu kembali fokus pada adik yang kini membenarkan posisi agar nyaman berdiskusi dengan sang kakak.

"Kalau kakak punya pacar terus tiba tiba suka sama orang lain gimana kak?"

"Ini rumit sih cuma jalan satu satunya cuma pilih salah satu, ngga boleh egois Ra, kamu harus bikin pertimbangan dan nerima segala resiko yang ada."

"Tapi kak, harus pilih yang mana?" Pertanyaan ini keluar dengan spontan membuat Himara pun terdiam karena tak tau harus menjawab apa.

Setelah lima menit membisu, Himara mulai mengeluarkan suaranya. "Kalo itu, coba tanya sama diri sendiri maunya gimana."

Jleb, "Tanya sama diri sendiri" Itu hal yang tak dapat Indhira lakukan sebagai manusia yang tak dapat mengenali dirinya sendiri.

"Gitu ya kak? Ya sudah makasih ya?"

"Dhira, jangan nyakitin siapapun sama perasaan perasaan nggak jelas itu"

***

Sudah dua puluh menit sejak pulangnya anak SMA, Athena menunggu notifikasi dari Indhira yang tak kunjung datang. Semua ingatan bahwa Indhira sudah memiliki kekasih pun teringat kembali pada ingatan Athena.

"Argh, iya ya, kenapa terus terusan nungguin dia?" Athena mengusap rambutnya dengan frustasi.

"Apa gue harus lupain?"

Mungkin inilah yang terbaik, asing. Kata kata yang dibenci banyak manusia namun memang asing lah jawaban yang tepat untuk dua hati yang tak direstui oleh semesta.

Hingga nanti, ada saatnya asing itu berubah menjadi saling yang tak tau sampai kapan menjadi saling.

'Kalo emang ini yang terbaik, biarlah waktu yang menjawab semuanya'

***

Haii, gimana?? Terkikis ngga hatinya?? Wuih Gadis sih terkikis banget hatinya. Di chapter ini lagunya terserah kalian karena ngga nemu lagu yang pas mwehehe.

Happy reading!!

Kala Senja Menyapa || FreenBeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang