4. Asisten

38 4 0
                                    

Walaupun kita gak ada sama-samanya, tapi inget kata pepatah cinta itu saling melengkapi

-----

Nabila duduk dengan tenang di bangku sesekali ia melirik gadis aneh di sampingnya ini.

Gluk!

"Pindah jurusan lagi aja gak sih?" Gumamnya bertanya pada dirinya sendiri.

Mata mereka berdua tanpa sengaja saling menatap, Nabila langsung mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya sendiri.

"Kenapa?" Tanya gadis aneh itu memajukan kepalanya menatap Nabila, sontak hal itu membuat Nabila langsung menatap langit-langit kelas untuk menghindari tatapan mata hitam gadis aneh.

"Gue Salwa"

Tiba-tiba gadis itu berkata, sontak Nabila langsung berbalik menatap gadis itu duluan.

"Gue butuh asisten"

Lagi-lagi kata itu terucap membuat Nabila langsung membuka laptopnya pura-pura sibuk.

"Maaf gue sibuk"

"Lu butuh uang gue butuh asisten"

"Gak mau!"

Nabila menatap gadis aneh yang ternyata bernama Salwa itu dengan garang. Salwa, gadis itu hanya menatap Nabila datar lalu tiba-tiba tersenyum. Seakan teringat cerita horor penyihir akan mengutuk bila tidak di turuti keinginannya, Nabila langsung berteriak dengan lantang.

"IYAA GUE MAU! GUE MAU!"

Seisi kelas langsung mantap kearah Nabila begitu pula Salwa yang ikut mengerutkan keningnya bingung.

"Yaud___

Ucapan Salwa terpotong oleh teriakan Nabila selanjutnya, "iya janji-janji gue bakal jadi asisten lu!!"

Melihat sosok Nabila yang aneh, Salwa tiba-tiba merasa ia telah salah memilih asisten.

Tap! Tap! Tap!

Terdengar suara ketukan sepatu pantofel mulai mendekat kearah ruangan, sosok tinggi dengan setelah casual celana kerja hitam panjang serta kemeja putih polos ia gulung selengan membuat Anggara terlihat sangat seksi.

Terdapat 4 mahasiswi di kelas, mereka semua melongo menatap sosok Anggara kecuali Salwa. Nabila melirik Salwa yang kini tengah asyik menatap sebuah foto laki-laki dengan mulut menggumamkan sesuatu.

"Udah beda lagi cowok dia"

Nabila bergumam lirih namun Salwa yang duduk tepat disebelahnya mendengar, gadis itu menolehkan kepalanya menatap Nabila sembari berucap.

"Nanti lu juga tau"

Deg!

Bagaikan di sambar petir disiang bolong, Nabila langsung mematung di tempat.

"Apakah ini akhir hidupnya?"

Meninggalkan Salwa yang fokus dengan foto serta Nabila yang tengah ketakutan tanpa sebab, disisi lain Anggara menatap para mahasiswa dan mahasiswi semester pertama yang penuh sesak, peminat jurusan teknik tahun ini dua kali lebih banyak daripada tahun lalu. setelah puas ia kemudian mulai membuka suara.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang