10. Kesurupan

9 3 1
                                    

Hidup itu sulit, lebih sulit jika kamu bodoh

-----

Nabila berlari tergesa menuju ruangan Anggara, gadis itu mengetuk pintu tiga kali namun tidak ada sahutan dari dalam. Ia bangun kesiangan karena tidak tidur semalaman, bahkan ia bisa tidur ketika sehabis subuh.

Tok!
Tok!
Tok !

"Permisi pak!"

Gadis itu terus berteriak namun tidak ada sahutan sama sekali, ia sejenak berfikir mungkinkah Anggara tidak ada disini? Terlebih dia seorang manusia super sibuk.

"Orangnya gak ada"

"ALLAHUAKBAR!" Nabila berteriak keras.

Gadis itu menatap sebal kearah Salwa yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya, gadis itu masih biasa dengan stelan celana levis kebesaran dengan baju polos tanpa corak serta rambut yang acak-acakan.

Terkadang Nabila ingin sekali merubah gaya gadis itu namun itu hal yang sia-sia, pernah ia mengajaknya ke salon menata rambut, memakai baju cantik dengan wajah make up natural yang elegan namun baru satu jam gaya gadis menyeramkan itu kembali menghampiri Salwa. Salwa bilang "percuma, badan gue bukan punya gue sendiri" dan yah Nabila tidak lagi berfikiran untuk mendandani gadis itu.

Setelah tersadar dari lamunannya, Nabila menatap Salwa dengan serius. Mata gadis itu memicing curiga, untuk apa Salwa datang ke kampus padahal tidak ada jam hari ini?

"Lu ngapain di sini?" Tanya Nabila curiga, "ketemuan sama setan penjaga gerbang yah?hahaha" Lanjutnya bergurau.

"Iya"

Deg

Tawa Nabila langsung terhenti ketika mendengar jawaban langsung Salwa, gadis itu melirik Salwa dengan takut-takut. Satu hal yang ia ketahui setelah berteman dengan gadis ini, Salwa bisa tiba-tiba kerasukan itu penyebabnya gadis itu tidak bisa menaiki kendaraan sendiri takut-takut ia kerasukan di jalan lalu amit-amit kecelakaan. Bahkan asal kalian tau saja, di jog motor Nabila sudah tersedia selendang batik yang biasanya digunakan untuk menggendong bayi. Selendang itu ia ikat ditubuhnya dan di tubuh Salwa ketika berkendara untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

"Ngapain?" Nabila bertanya dengan suara lirih, namun mata Nabila terus menatap gerak-gerik Salwa benarkah tubuhnya masih berisi Salwa atau yang lainnya.

"Minta nomer" jawab Salwa datar lalu berjalan pergi begitu saja, mendengar jawaban Salwa Nabila hanya menggaruk rambutnya bingung.

"Emang genderuwo punya hp ya?" Gumamnya kecil sembari berjalan mengikuti Salwa.

"Anter gue" Salwa berkata, Nabila langsung berlari mensejajarkan langkahnya dengan langkah Salwa.

"Kemana?" Tanya gadis itu penasaran.

"Ikutin aja"

Mereka berdua berkendara dengan motor metik butut kesayangan Nabila, kedua gadis itu mendapat banyak perhatian di sepanjang jalan. Bahkan sampai ada yang bertanya.

"Neng itu temennya kenapa?"
"Kak itu temennya sakit?"
"Mbak berhenti aja dulu kalo temennya sakit"
"Neng_blablabla"

Nabila sampai lelah mendengarnya, tapi jika ia tidak menali tubuh Salwa dengan tubuhnya ia takut Salwa akan melompat turun begitu saja di tengah keramaian jalan ibu kota. Ia tidak mempermasalahkan nyawa gadis tanpa ekspresi itu, tapi yang ia persalahkan jika kedua orang tua Salwa yang tajir melintir itu menuntunnya.

"Belok kanan, berhenti" intrupsi Salwa, Nabila hanya mengangguk.

Motor mereka berdua berhenti disebuah pelataran kafe mewah, Nabila menatap Salwa dengan senyum manis membuat Salwa mengerutkan kening bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang