5. Kerja-kerja-kerja

20 4 0
                                    

Dompetku sama seperti bawang: membukanya membuatku menangis.

-----

Sudah terhitung satu bulan lebih ia merasakan hidup menjadi anak rantau, jika dulu ia akan dengan mudah "Bun uang abis", "yah uang abis" kini giliran ia benar-benar miskin tanpa uang sepeserpun.

Kerja? Ia pernah mencoba mencari kerja part time namun selalu penuh, memang hari-hari yang menyedihkan.

Terpaksa ia harus benar-benar menjadi asisten si Salwa gadis aneh namun dengan syarat kasbon dulu, soalnya sabun sama odol udah keburu abis. Ini sudah kesekian kalinya Nabila hanya duduk diam di atas jok motor menunggu Salwa yang tengah mengobrol dengan seorang gadis yang entah siapa diapun tidak kenal.

"Enak bener dia duduk dingin-dingin di dalem kafe, lah gue dia tinggal suruh jaga motor biar gak kena parkir. Kan BANGKE!" Nabila terus menggerutu kesal.

Sebenarnya ia pun tidak tahu pekerjaan asisten apa yang ia jalani, Nabila hanya bertugas mengendarai motornya mengantar Salwa kesana kemari bertemu berbagai macam jenis wanita bisa di bilang sebagai privat ojek lalu membantunya nyolong bunga di kuburan dengan alasan gratis tanpa di pungut biaya. Pekerjaan aneh namun lumayan sebulan ia digaji 5juta serta tambahan uang bengsin 500ribu.

"Udah?" Nabila bertanya ketika melihat Salwa sudah kembali.

"Hm"

Salwa hanya mengangguk kecil, gadis itu masih sama pendiam dengan stelan acak-acakan nya namun setidaknya di mata Nabila, Salwa tidak seseram dulu malah terkadang ia terlihat kasihan tubuh yang tidak terurus serta raut wajah yang kelelahan.

"Pulang ke rumah gue"

Nabila berbalik menatap Salwa yang duduk di jog motor belakang, bukannya biasanya Salwa minta di turunkan di halte dekan kampus?

"Emm"

Oke, Nabila tiba-tiba merasa takut saat ini.

"Gue kasih bonus " Salwa berujar dengan nada datar khasnya.

"Oke!"

Motor metik merah menyala itu bergerak membelah padatnya lautan kendaraan di jam pulang kerja. Kedua gadis itu sama-sama terdiam, Nabila yang bingung mau ngomong apa serta Salwa yang memang pendiam.

"Lu salah jalan, belok kanan bukan lurus" tiba-tiba suara Salwa terdengar, bulu kuduk Nabila langsung berdiri seketika.

"Lu gak omong yah mana gue tau, dikira gue cenayan apa!" Nabila membalas, Salwa hanya diam setelah setengah sebulan mengenal Nabila ia jadi tau kalau Nabila ini selain ceroboh, cerewet, tak tau malu ia juga gadis yang suka marah-marah tidak jelas.

"Belok"

Nabila langsung memutar stang motornya menuju gak, motor metik itu terus berbelok-belok menelusuri gang gang kecil. Lama kelamaan suasana menjadi horor ketika kanan kiri menjadi gedung-gedung bekas pabrik Belanda yang terbengkalai.

"Lu gak salah jalan kan?" Nabila bertanya takut-takut, Salwa hanya diam tanpa membalasnya sama sekali.

Plak!

"Ngomong dong!" Nabila memukul paha Salwa lumayan keras membuat gadis pendiam itu melototkan matanya dengan marah.

Melihat Salwa yang sepertinya marah Nabila hanya menyengir kuda, "hehe."

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang