6. Salwa

22 4 0
                                    

Belajar dari bulu ketek, walaupun selalu terhimpit tapi tetap tegar bertahan dan tetap tumbuh.

-----

Nabila menatap pintu coklat didepannya dengan ragu, pintu polos yang terlihat mewah terbuat dari kayu berkualitas tinggi dengan gagangnya yang menggunakan kunci digital. Tiba-tiba ia merasa levelnya sangat jauh dengan Salwa, bagaikan debu dan tas Hermes.

Cklek!

Pintu terbuka dari dalam, menampakkan sosok Salwa yang sudah menggunakan baju santai serta celana training hitam. Rambutnya yang terlihat setengah basah dapat disimpulkan gadis itu habis mandi.

"Masuk" Salwa berkata dengan nada khasnya.

Nabila memasuki kamar mewah itu dengan hati-hati takut keramik yang ia pijak ternyata mengandung berlian miliaran rupiah harganya.

Kamar bernuansa pink dan putih sangat berbanding terbalik dengan Salwa yang terlihat diselimuti aura hitam kelam, terdapat beberapa foto wanita cantik di beberapa tempat. Tiba-tiba mata Nabila tertarik dengan sebuah bingkai foto diatas meja belajar, di sana terdapat om Biyen dan mamah Salwa serta dua manusia muda satu laki-laki dan satunya lagi seorang gadis awal belasan tahun. Nabila menajamkan penglihatannya, ketika melihat gadis itu tiba-tiba teringat dengan sosok Salwa namun dengan aura yang berbeda.

"Itu gue"

Nabila berjengit kaget hingga tubuhnya terpental jatuh duduk di lantai, sosok Salwa yang tiba-tiba muncul di sampingnya memang sangat khas bahkan satu kelas sudah hafal dengan Salwa yang tiba-tiba muncul di manapun berada lalu menghilang tiba-tiba.

Hendak marah namun ia urungkan ketika melihat tatapan mata Salwa yang terlihat muram. Bibir pucat gadis itu tersenyum tipis, bukan senyum menakutkan seperti biasanya namun terlihat senyum manis kali ini. Jujur sebenarnya Salwa ini cukup manis dengan kulit putih pucat nya hanya saja penampilannya yang tidak terurus membuat gadis itu terlihat sedikit menakutkan.

"Are you oke?" Tanya Nabila prihatin, Salwa gadis itu tidak membalas malah duduk bersebelahan dengan Nabila.

"Ah jangan-jangan!" Mata Nabila melebar menatap Salwa dengan raut campur aduk.

Tuk!

Seakan mengerti pikiran Nabila, Salwa langsung menyentil kening Nabila dengan gemas.

"Gue masih idup!"

Untuk pertama kali ia melihat Salwa yang terlihat kesal, tiba-tiba Nabila terkekeh geli, "lu bisa kesel juga ternyata"

Melihat Nabila yang tertawa meledeknya, Salwa langsung memasang wajah datar sedatar-datarnya.

"Btw itu kaka lu?" Nabila bertanya, Salwa mengangguk. "Kerja?" Lanjutnya bertanya.

"Sekolah, S2 di Sidney" balas Salwa dengan tangan yang sudah memegang bingkai foto tadi.

"Kapan ngambilnya?" Nabila membatin terkejut, sepertinya ia harus mulai terbiasa dengan Salwa yang terkadang diluar nalar akal manusia.

"Kapan pulang?" Tanya Nabila penuh harap.

Salwa melirik kearah Nabila yang tengah menatapnya penuh harap.

Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang