Ya Tuhan jika dia bukan jodohku, tolong hapuskan kata bukan dari hidup ini.
-----
Terhitung 5kali sudah ia bertemu dengan sosok Anggara, itupun hanya sekilas ketika laki-laki sibuk itu mengajar. Konon katanya pak Anggara itu termasuk dosen yang sibuknya minta ampun, kadang sehari bisa tiba-tiba paginya di Singapura siang ngajar eh malem udah di jepang. Terkesan lebay tapi memang kenyataannya.
Kali ini Nabila mendapat jatah libur menemani Salwa, ia sudah bernegosiasi dengan gadis itu dimana hari Angga mengajar Salwa harus memberinya jatah libur atau ia akan keluar dari pekerjaannya. Dan gadis datar pendiam itu hanya mengangguk-angguk setuju, toh ia juga butuh istirahat menjauh dari sosok bar-bar Nabila.
Nabila duduk dengan cemas menunggu kedatangan Anggara, Salwa yang duduk di sampingnya tak menggubrisnya sama sekali. Gadis itu masih asyik dengan foto seorang gadis remaja yang ingin di diramal jodoh kliennya atau bukan. Pekerjaannya memang seperti itu, klien akan memberinya foto lalu Salwa akan mulai menerawang auranya dari foto.
"Dateng gak yah"
Gadis itu terus bergumam lirih, takut-takut dosen super sibuk itu tidak datang pada hari ini.
Dosen super sibuk yang datang hanya satu kali dalam seminggu itupun hanya berlangsung selama dua jam saja, benar-benar sangat singkat namun banyak mahasiswi dari jurusan lain yang rela datang ke kampus walaupun tidak ada jadwal kelas hanya demi melihat sosok maskulin Anggara. Tubuh tinggi, dengan bahu lebar, rambut tertata rapih dengan wajah halus tanpa bulu. Para gadis sampai berfikiran mungkinkah ada sejenis roti sobek dibalik baju laki-laki itu?
Tanpa sadar Nabila melamun memikirkan sosok gagah nan tampan Anggara, walaupun sudah berkepala tiga namun lelaki itu masih terlihat layaknya remaja seusianya. Hanya saja mungkin pembawaannya yang sangat dewasa ia terlihat lebih tua dari usianya yang sebenarnya. Sangat cocok untuk di jadikan calon suami, wajah yang awet muda serta pemikiran yang sangat dewasa, benar-benar sempurna.
Terlalu fokus dengan lamunan ia sampai tidak sadar sosok Anggara yang sudah memasuki kelas.
"Selamat siang"
Tepat di jam 13:00 Anggara tiba dengan stelan jasnya, Salwa menatap penuh puja. Ia terus berdoa siang dan malam kepada tuhan agar menjadikan Anggara sebagai jodohnya, jika tidak bisa maka dibalik saja dia yang menjadi jodoh Anggara.
"Siang pak"
Anggara menganggukkan kepalanya satu kali, lalu mulai berjalan menuju kearah papan tulis lalu menuliskan sederet angka di sana. Begitulah cara mengajar laki-laki seksi berkepala tiga ini, ia tidak akan bertele-tele langsung pada intinya dan tujuannya.
Didalam kelas, Nabila hanya terus memandang Anggara tanpa mau memperhatikan materi sama sekali. Anggara yang menyadarinya hanya bisa menghela nafas pasrah, terlebih ia tidak mau ambil pusing dengan mahasiswa yang tidak mendengarkan penjelasan. Untuk masalah pelajaran, tugas, dan materi itu urusan mereka yang penting ia sudah menjelaskan sebisanya.
"Baiklah, karena hari ini kita membahas tentang beberapa perusahaan yang bergerak di bidang IT dan kebetulan saya juga ada usaha kecil-kecilan di bidang yang sama. Kalian bisa melihat videonya, bagaimana cara kerja mereka, bagaimana mereka menggerakkan mesin hanya dengan sebuah deretan angka. Jika kalian kurang paham nantinya, kalian bisa datang saja ke perusahaan bilang saja ke resepsionis kalian murid saya. Cari orang yang bernama pak Hamdan, kalian bisa bertanya-tanya tentang IT kepada orang itu"
Setelah menjelaskan, Anggara mengeklik tombol on. Video terputar di proyeksi, semua murid terkagum dengan bangunan perusahaan yang megah dan mewah. Apanya yang usaha kecil-kecilan?!
Melihat bentuk bangunan perusahaan yang dimiliki Anggara semua orang langsung mengangguk mengerti, pantas saja dosennya ini sangat sibuk. Memang pernah terdengar kabar jika setelah beberapa tahun menjadi dosen, Anggara mulai memberanikan diri membuka usahanya sendiri namun masih tetap ingin terus mengajar sebab ia merasa ia masih sanggup melakukan dua hal tersebut.
Disisi lain, nyali Nabila tiba-tiba menciut. Mau bagaimana pun sepertinya akan susah untuknya menjadi istri Anggara, orang kaya pasti akan memilih calon yang setara. Bagaimana dengan dia yang hanya anak seorang tentara dan perawat dikampung. Walaupun termasuk orang berada di kampungnya, namun berbeda jika berada di tengah kota besar seperti di sini.
Nabila melirik Salwa yang kini telah fokus dengan video yang di putar, jika ia anak orang kaya seperti salwa mungkin ia akan dengan mudah menjadi calon istri Anggara.
"Apa gue pelet aja yah?" Nabila bergumam lirih.
"Gak mempan"
Nabila menolehkan kepalanya menatap Salwa yang tiba-tiba membalasnya, mungkin telinga gadis ini terbuat dari telinga serigala. Sangat sensitif dengan suara sekecil apapun.
Setelah video terputar habis, Anggara berpamitan mengundurkan diri dari kelas. Melihat Anggara yang keluar kelas dengan beberapa kertas di tangan, Nabila dengan inisial tinggi berlari mendekat lalu merebutnya dengan cepat.
"Hehe saya bantuin pak"
Melihat sosok gadis aneh didepannya, Anggara langsung mengerutkan kening tidak nyaman. Ia ingat dengan gadis ini, gadis yang selalu mengatakan hal-hal tidak penting kepadanya.
"Tidak usah, saya bisa sendiri" Anggara hendak merebut tumpukan kertas dari gadis pendek itu namun kalah cepat dengan Nabila yang langsung menariknya di belakang tubuh.
Tidak mau berdebat panjang, Anggara memilih berjalan keluar kelas dengan langkah lebar seperti biasa. Melihat Anggara yang pergi dengan kaki panjangnya, Nabila langsung berlari mengejar. Satu langkah Anggara, tiga langkah lebar untuk Nabila. Sedikit kualahan namun demi cinta akan ia perjuangkan.
"Pak tungguin hah_hah_hah"
Nabila terus mengejar langkah lebar Anggara dengan napas tersengal-sengal, ia berasa tengah melakukan lari maraton kabupaten.
Anggara terus berjalan dengan santai, sebenarnya Anggara berjalan dengan langkah biasa saja namun karena kakinya yang panjang sangat berbeda dengan kaki pendek Nabila membuat kedua manusia itu seakan tengah kejar-kejaran.
Sesampainya di ruang pribadi Anggara, Nabila tanpa permisi langsung masuk kedalam duduk di kursi lalu meminum segelas teh di meja Anggara begitu saja. Anggara yang melihatnya mengerutkan kening tidak suka, pertama kalinya ia melihat manusia tak tau malu seperti Nabila.
"Sudah?"
Nabila mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara dingin Anggara, lelaki itu berdiri tegak tak jauh darinya. Harum parfum mahal tercium samar dari tubuh laki-laki itu membuat mulut mungil Nabila terbuka.
"Pak saya suka cowok wangi, tapi gak suka cowok yang terlalu wangi. Hidung saya suka bersin kalau nemu yang begituan"
"Iya?" Anggara mengerutkan kening bingung, kenapa gadis aneh ini mengatakan suatu hal yang membuatnya bingung.
"Jadi bapak beneran belum punya pasangan?"
Anggara kian mengerutkan kening bingung, sudah kesekian kalinya gadis ini bertanya tentang pasangan. Itu masalah pribadinya, gadis ini tidak bisa ikut campur dalam hal ini.
"Sudah saya katakan itu priv__
"Saya beneran jomblo pak! Bapak gak mau jadiin saya istri aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen
RandomSeorang gadis rantau yang dengan bar-bar menyukai sang dosen hingga merelakan pindah jurusan di semester ke-empatnya. Kristiana Nabila Putri Roma, gadis dengan tekat sekuat baja mulai mengibarkan bendera perjuangan. "Pak, saya beneran lagi jomblo lo...