CHAPTER 12.

458 36 0
                                    


                                  ✪✩✪

Leona masuk ke dalam rumah karena merasa dingin dengan angin malam yang berkeliaran mengenai tengkuk serta wajah nya. Begitu gadis berambut coklat itu membuka pintu, ia melihat keadaan ruang tamu yang kotor penuh kulit kacang atau kaleng bir berserakan di lantai. Siapa lagi kalau bukan ulah kakak nya, si Kharis.

"hia, apa-apaan ini?" ujar Leona saat ia mengambil salan satu kulit kacang di lantai ruang tamu nya.

Kharis dan ketiga teman nya hanya fokus bermain game di televisi. Mereka tidak memperdulikan perempuan yang lebih muda itu berbicara dari arah pintu masuk.

"hia! hia denger aku gak?!" teriak Leona sambil perlahan mendekati sang kakak di sofa. Ia mengambil stik game dari tangan Kharis dan menarik headset yang di gunakan nya.

Karena suasana mulai kacau akibat kedatangan Leona, Kharis berdiri menatap adik perempuan nya tidak senang dan tidak terima kenyamanan nya di ganggu. Ketiga teman laki-laki nya juga ikut berdiri sambil menyaksikan kedua adik kakak di depan nya bertengkar.

"apaan sih lo?! baru pulang aja lo dari les, udah bikin kacau, bisa gak sih diem?!" bentak laki-laki yang jauh lebih tinggi dari Leona tepat di depan wajah nya.

"hia, hia boleh pesta sama temen-temen tapi inget sopan santun! ini rumah kita, mereka gak ada hak buat kotorin rumah kita kaya gini!" teriak Leona sembari tangan nya menunjuk ke arah teman-teman Kharis yang berdiri dengan wajah panik.

Kharis mendorong satu kali pundak Leona, "hey! siapa lo larang gue? ayah dan ibu gak pernah larang gue buat lakuin apapun disini. dan lo? lo siapa? lagian, kalo rumah ini kotor pun gue bisa nyuruh lo bersihin ini semua! gampang kan? gak usah banyak omong!" ucap Kharis dengan kata-kata tidak terima nya. Laki-laki yang menggunakan tindik kuping memasang kembali headset di kedua telinga nya. Ia menendang meja kaca di depan nya sehingga ujung meja tersebut mengenai kali Leona.

"sialan! aughh..." lirih Leona sambil memegangi kaki kanan yang terkena benturan dari ujung meja.

Leona hanya bisa berdehem dan pergi ke kamar nya menggunakan langkah kaki yang tak seimbang karena kaki satu nya sakit akibat benturan yang mengenai kaki nya beberapa menit lalu.

Sampai di kamar, Leona mengunci pintu lalu meletakkan tas merah muda yang ia bawa dari tadi di meja belajar nya.

Leona lantas berjalan beberapa langkah ke cermin, ia mengecek kaki yang tadi terbentur itu di cermin.

"ohh ternyata cuma ke gores dikit, gak sampe luka banyak" gumam Leona pada cermin ketika ia melihat pantulan luka nya.

Pukul 21:00.

"woi! buka pintu! woi! denger gue gak?! buka!" suara gedoran pintu dari luar kamar Leona membuat suara bising masuk ke dalam kamar nya dan membuat gadis yang tengah belajar itu tidak fokus menanggapi materi. Dari gaya bicara nya sudah jelas kalau itu adalah Kharis.

Leona memutar mata saking kesal nya gadis itu dengan suara gedoran dari pintu kamar nya. Ia takut pintu kamar akan rusak di sebab kan oleh sang kakak.

"apa?" tanya Leona saat ia membuka pintu untuk kakak laki-laki nya dan memasang wajah datar.

"ngapain sih sialan? lama banget buka pintu doang" lagi dan lagi Kharis membentak Leona.

"yaudah kan ini udah aku bukain. kenapa sih manggil?" tanya Leona dengan ekspresi datar.

"di panggil ibu, lo di suruh kesana" Kharis mengucapkan alasan nya.

"buat apa sih? aku lagi belajar jugaan" gumam Leona karena ia malas turun ke lantai bawah lagi.

Better Life | MilkLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang