CHAPTER 23.

408 33 2
                                    


                                  ✪✩✪

Mobil putih kepunyaan Maela terparkir di depan rumah mewah. Kaki Maela keluar mobil terlebih dahulu dengan sebuah tas menggantung pada pundak kanan nya. Maela membuka pintu mobil untuk Leona dan menuntun jalan gadis itu perlahan.

Rupa nya di depan pintu rumah sudah ada Alesia, ibu Leona. Alesia berdiri sambil berdesekap tangan depan dada, memandangi kedua perempuan beranjak mendekati tempat nya berdiri.

"udah pulang?" tanya Alesia dengan wajah menatap Leona dari atas kepala sampai ujung kaki.

Leona mengangguk sebagai jawaban.

"kamu lagi, ngapain?" alih Alesia bertanya kepada Maela.

"nganter leona, kalo bukan aku yang nganter siapa lagi?" ucap Maela setengah menyindir.

Alesia merebut tas yang di gandong Maela, "daripada kamu ngotorin rumah saya, mending kamu pulang! leona anak saya, bukan anak kamu!" usir nya.

Maela segera menatap tajam wanita paruh baya tak sopan di depan nya itu, "leona memang bukan anak saya tapi dia prioritas saya. saya pamit" ucap nya, lantas ia berbalik badan dan melirik lembut Leona.

Leona ikut berbalik badan melihat jalan Maela yang semakin menjauh. Ia merasa tidak enak atas sikap ibu nya memperlakukan Maela seenak nya.

"masuk!" perintah Alesia kepada Leona, ia mengarahkan tangan kiri nya masuk ke dalam rumah.

"iya, bu" sahut Leona singkat, lalu ia melangkah lima langkah sampai memasuki ruang keluarga.

BUGH!

Alesia melempar tas Leona ke lantai secara kasar. Suara lemparan tas itu menarik pandangan Leona pada tas nya di lantai.

"ada apa kamu sama perempuan tadi?" tanya Alesia menggunakan nada tinggi.

"t-t-temen aja" jawab Leona terbata-bata.

"kamu pikir kamu bisa hidup sama temen? kamu hidup sama orang tua! bukan temen!" bentak Alesia lebih kencang sambil menunjuk pintu keluar menggunakan tangan kiri.

Leona hanya menundukkan pandangan nya sembari mendengarkan mulut pedas Alesia. Baru saja ia pulang sudah mendapatkan suara kematian ini.

"t-tapi ibu sama aja kaya temen palsu, ibu ngebuang aku karna dapet hia sebagai anak yang lebih baik daripada aku!"

"sebab itu aku lebih milih temen daripada orang tua, kalian semua jahat!"

PLAK!

Tangan kanan Alesia melayang keras ke pipi Leona. Membekas sebuah tamparan memerah di pipi tersebut. Leona memegangi bekas tamparan tadi yang saat ini sangat panas dan sakit.

Alesia menarik lengan Leona kasar, "kamu gak usah belagu kaya gini. ingat hey! kamu itu besar sama orang tua! bukan temen!" bentak nya.

Leona mendongak menatap mata Alesia penuh amarah, "siapa bilang aku besar sama orang tua? aku besar sama nenek!" sembur nya.

"anak kurang ajar!" tangan Alesia kembali naik lebih tinggi dan berniat menampar gadis remaja di depan nya.

Sayang sekali, tangan Alesia di tahan dari belakang oleh seseorang. Tangan Alesia yang tertahan serentak membuat wanita paruh baya itu menoleh.

Itu Maela.

Alesia menghempas tangan nya dari genggaman tangan Maela, "ngapain kamu kesini lagi?!" tanya nya dengan suara penuh amarah yang semakin memuncak.

"tante gak seharusnya main kasar ke anak perempuan! tante itu perempuan juga! tante pasti tau rasanya menjadi leona yang di siksa sesama perempuan!" sembur Maela.

Better Life | MilkLoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang