04 - Keluarga Rajasa

201 37 2
                                    

Vella, Erfan, Fero dan Viriya bersama suami istri Rajasa berkumpul di ruang tamu, dengan Dirga dan Mona yang berdiri di sudut ruangan mengamati.

Bayi Dirga yang masih tidur dengan nyenyak kini berada di pelukan Rumina. Dirga untuk pertama kalinya melihat pamannya Erfan yang kini jelas-jelas terlihat bingung dan tak tahu harus melakukan apa. Tidak seperti Fero yang sudah cukup istirahat, tiga orang yang baru datang jelas sekali terlihat kelelahan dan berantakan.

Viriya, akhirnya memulai pembicaraan.

"Pak Prapto, Bu Rumina, perkenalkan ini Vella, Erfan dan Fero. Mereka adalah wali dari Dirga." ucap Viriya sambil menunjuk semua orang yang disebutkannya tadi.

Prapto tersenyum pada mereka semua. "Saya turut berduka atas kejadian yang menimpa ibu bayi ini."

Vella yang pandangannya tidak terlihat fokus, akhirnya memandang ke arah Prapto dan memberikan senyum tipis, "Terima kasih."

"Vella adalah adik dari ibu si bayi. Sedangkan Erfan dan Fero adalah teman dari ayah si bayi. Mereka baru saja pindah ke sini sehingga banyak hal yang tidak mereka ketahui. Kejadian semalam cukup mengejutkan mereka, dan karena situasinya mendesak, saya menyuruh Mona untuk mencari ibu pengganti, sementara kami mengurus jenazah orangtuanya." Jelas Vella.

Prapto dan Rumina bertukar pandang, "Nyai bilang jenazah orangtuanya? Apa maksudnya bapak dari bayi ini juga?"

Erfan mengangguk, "Bapak dari anak ini meninggal karena kecelakaan."

Mereka semua kemudian terdiam. "Malang sekali nasibnya. Ia bahkan tidak mengenal orangtuanya." ucap Rumina.

"Saya dan istri saya sudah membicarakan ini. Kami mendengar kalau pihak keluarga belum bisa menyediakan kebutuhan dasar untuk bayi ini. Jika diperbolehkan, kami ingin merawat bayi ini sepenuhnya." Ucap Prapto membuka pembicaraan.

"Tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar?" Sergah Erfan bingung.

Dirga yang sedari tadi berdiri di sudut langsung angkat bicara, "Saat tadi bilang begitu, maksudnya menyediakan ASI." 

Mereka semua menoleh mendengar penjelasan Dirga, "Ah, begitu rupanya."

"Terlepas dari itu, kami berniat mengadopsi bayi ini jika diperbolehkan." Lanjut Prapto.

"Keluarga tidak perlu khawatir, keluarga kami bisa memenuhi kebutuhannya. Kami juga tidak akan melarang jika kalian ingin berkunjung untuk bermain dengan anak ini."

Erfan menoleh pada Viriya, "Sebenarnya, kalau keluarga anda ingin mengadopsi anak ini secara resmi, akan sulit karena mereka semua berasal dari luar negeri jadi tidak memiliki identitas resmi di negara ini."

Erfan, Fero dan Vella menoleh menatap ke arah Viriya dengan ekspresi terkejut. Dirga menduga mereka berempat belum merundingkan masalah ini sebelumya.

Prapto menoleh ke sekiling ruangan. "Apa saya boleh berbicara pada yang bersangkutan saja? sekaligus anda Nyai sebagai perantara." Ujar Prapto mengusir Dirga dan Mona dengan cara halus.

Mona mengangguk, ia lalu mendorong Dirga keluar rumah. Mereka akhirnya duduk di pelataran teras setelah menutup pintu depan. Beruntung bagi Dirga karena dia bisa menggunakan indranya untuk menguping.

Mona pergi berkeliling rumah, sedangkan Dirga tetap duduk di sana sembari mendengarkan percakapan di dalam.

"Jadi, boleh saya tahu siapa kalian?" Tanya Prapto kini dengan nada yang lebih tegas dan waspada.

"Jika kalian bukan asli Nagaragung, dari negara mana kalian berasal? dan boleh saya lihat kartu identitas kalian?" Lanjut Prapto.

Viriya mencela dengan menenangkan, "Tenang pak, kita bicarakan ini baik-baik. Mereka punya alasan khusus kenapa mereka tak bisa menunjukkan kartu identitas. Tapi saya bisa menjamin kalau mereka bukan orang jahat."

Who is He: DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang