Dirga tidak tahu lagi harus merespon seperti apa. Hampir delapan puluh tahun ia hidup tanpa tahu apapun tentang kisah latar belakang orangtuanya dan tentu saja alasan hingga mereka bisa sampai di dunia manusia.
Ia merasa hilang arah dan tidak tahu harus melakukan apa. Ia tersesat. Tidak ada keluarga yang menemaninya di sini. Setelah Viriya menceritakan kisah mengenai Yaksa dan Siluman, Dirga belum bisa merespon lagi. Wanita itu akhirnya meninggalkannya di ruangan untuk melayani para pasien.
Tak lama Dirga akhirnya memutuskan untuk membersihkan diri. Setelah mandi ia segera mendatangi Mona yang berjaga di depan.
"Apa saya boleh membantu di sini?" Tanya Dirga pada Mona.
Mona memandangi Dirga dengan ekspresi ragu, lelaki itu kemudian meyakinkan Mona, "Saya bisa membaca, dan jika anda mengajari saya sedikit saya yakin bisa membantu di bagian ini."
Mona kemudian menata tiga buku di meja untuk ditunjukkan pada Dirga, "Ada tiga buku. Ini adalah catatan pasien perhari, kamu tinggal menuliskan nama dan alamat dari pasien. Buku ini adalah untuk catatan pasien yang melahirkan. Ada nama dua orangtua, alamat, data si bayi. Buku ketiga ini adalah catatan kesehatan pasien kunjungan dan yang melahirkan. Kamu juga harus menuliskan saran dari Nyai Arkasa untuk pasien di kolom ini."
Dirga mengangguk.
Beberapa ibu-ibu yang duduk di teras memandangi Dirga dengan sedikit aneh. Mona kemudian memandang mereka berdua, "Ah, ini keponakan nyai Arkasa yang berkunjung. Jadi dia akan membantu untuk sementara di sini."
Ekspresi mereka mulai tenang.
"Aku akan membantu nyai Arkasa di dalam, jadi kamu diam saja di sini."
Dirga mengangguk.
Seharian itu Dirga membantu melayani pasien yang datang ke klinik. Ia sesekali membuatkan teh hangat untuk para pasien yang sedang menunggu. Saat matahari mulai tenggelam, dan Viriya selesai menangani pasien terakhir, terdengar suara gerumbulan tapak kuda di depan. Dirga yang saat itu sedang membantu membersihkan klinik berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang.
Menurut perhitungan kasar Dirga ada sekitar lima belas orang yang menunggangi kuda. Mereka mengenakan seragam prajurit dengan nuansa merah dan hitam. Beberapa dari mereka memegang obor di tangan, sedangkan beberapa yang lain menyebar mengelilingi klinik untuk mengecek.
"Nyai Arkasa? Bu Mona, ada tamu." Teriak Dirga dari pintu. Tiga orang prajurit turun dari kuda lalu berjalan menuju ke arah Dirga.
Kini setelah melihat sosok mereka secara langsung, Dirga menyadari kalau mereka memiliki perawakan badan yang proporsional dan ekspresi wajah yang serius. Pandangan Dirga langsung fokus ke pedang yang disarungkan di pinggang mereka dan cambuk kuda di tangan.
Viriya datang di saat yang tepat.
Begitu para prajurit menginjakkan kaki di teras, nenek Dirga itu sudah berdiri di sebelahnya. Prajurit yang ada di tengah berdiri menjulang melebihi Viriya.
"Saya dengar ini klinik bersalin nyai Arkasa? kami datang ke sini untuk memeriksa bagian dalam bangunan ini untuk mencari buronan kerajaan."
Viriya mengeryit, "Buronan kerajaan?"
Prajurit itu tersenyum ramah, "Ah, mungkin anda belum mendengar kabarnya," Ia merogoh saku bagian dalam bajunya untuk mengeluarkan foto hitam putih menunjukkan seorang remaja laki-laki dengan rambut gondrong sebahu.
"... Mulai hari ini orang ini adalah buronan kerajaan."
Viriya memandang ke arah foto itu. Mona keluar dari dalam untuk menyalakan lentera api di seluruh ruangan. Ia ikut mendekat saat para prajurit menunjukkan foto itu pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He: Dirga
Fantasy[Nagaragung Universe: Fantasy] Sekuel - Gate Into the Unknown Dirga terjatuh ke portal dan kembali ke masa lalu. Pertemuannya dengan Nyai Arkasa banyak menjawab berbagai pertanyaan yang selama ini tidak berani dia ungkapkan. Kini dia harus mencari s...