Vella melakukan semuanya.
Begitu Erfan melepaskan segel sosok hitam dari tubuh Indra, makhluk itu berdiri menjulang belakang Indra. Baik para penjaga dan abdi dalem yang melihat itu terdiam dengan mata yang terbelalak. Sebagian besar dari mereka tidak bisa banyak bereaksi karena aura dominasi makhluk tersebut memenuhi aula tempat mereka berada.
Tangan Pangeran Adinara bergetar. Ia sampai harus memegang tangannya sendiri untuk menghentikan getaran itu.
Semua orang dalam aula sudah mulai bisa mengendalikan rasa takut dan kaget mereka. Kini mereka mulai bisa bereaksi normal.
Makhluk hitam yang berdiri di belakang Indra berusaha untuk bergerak dengan meronta-ronta. Tetapi pergerakannya dikendalikan oleh Erfan. Ia berdiri diam di sana sembari mengontrol si makhluk agar tidak bergerak.
"Ini adalah makhluk yang masuk ke tubuh saya. Saya hanya bisa melihat saat dia mengendalikan tubuh saya, dan tidak ada satupun yang akan mempercayai klaim saya jika kalian semua tidak melihat ini semua secara langsung." Teriak Indra sembari memandangi para saksi yang ada di ruangan itu.
Makhluk itu mengeluarkan auman keras yang memenuhi seluruh ruangan. Pandangannya masih terus terfokus pada Indra. Ia berusaha meronta-ronta untuk lepas dari kekuatan yang tak terlihat tapi usahanya nihil.
Vella melangkah maju mendekati Indra, ia menepuk punggung anak itu lalu bertanya, "Kamu tidak apa apa kan?" Tanyanya sembari mengamati Indra.
Anak itu mengangguk menenangkan. "Baiklah kalau begitu."
Vella mengelus puncak kepala Indra pelan, lalu berjalan melewati abdi dalem yang ada di depan menuju tempat Pangeran Adinara berdiri di dekat kursi takhta. Vella berdiri di depan lelaki itu dengan raut wajah datar. "Jadi, apa kamu masih mau mengelak? Apa perlu aku membuktikan di mana rumah makhluk hitam itu?"
Ucapan Vella terdengar seperti ancaman bagi Pangeran Adinara. Entah karena pengaruh dari kekuatan jahat yang ada dalam dirinya, atau memang niat jahatnya yang muncul, Pangeran Adinara tiba-tiba saja mengulurkan kedua tangannya untuk mencekik Vella.
Untuk beberapa saat, Vella tidak bisa bereaksi karena terkejut. Ketika dia akhirnya bisa mengendalikan diri lagi, Vella akhirnya menyentuh cincin yang melingkar di jemari Adinara yang seketika membuatnya berteriak kesakitan. Ia jatuh berlutut sembari memegang tangan yang ada cincinnya.
Cincin itu mulai menyala, di saat yang bersamaan makhluk hitam yang berdiri di belakang Indra mengaum keras terdengar seperti auman kesakitan. Perlahan tapi pasti tubuh makhluk itu mulai terbakar api biru.
Pangeran Adinara juga mulai berteriak kesakitan. Perlahan tapi pasti tangan kirinya mulai menghitam seolah terbakar api. Vella menatapnya tanpa ada belas kasihan. "Cincin itu akan membakar seluruh tanganmu. Apa kamu tidak mau melepasnya?" Tanya Vella tenang.
Adinara yang masih mempertahankan cincin itu di tangannya perlahan melirik ke arah Vella dengan kesal.
"Aku tidak bisa melepaskannya." Jawabnya dengan nada tersegal.
Vella menoleh pada makhluk hitam yang masih terbakar perlahan.
"Yah, aku bisa menolongmu. Tapi itu sama sama mengakui kalau makhluk itu adalah kiriman darimu untuk mencelakai Indra dan Raja kan?" Ucap Vella sembari tersenyum.
Pangeran Adinara berteriak kesakitan. Teriakan pilu itu memenuhi seluruh ruangan aula. Kini ia mulai terkapar di lantai masih memegangi lengan kirinya. Vella melihat keadaan Pangeran Adinara tanpa ada belas kasihan.
Tiba-tiba saja pintu utama terbuka lebar. Penjaga yang ada di luar mengumumkan kedatangan seseorang yang tidak terduga dalam pengakuan itu.
"Gusti Prabu Sanjaya memasuki ruangan." Teriak si penjaga dengan suara yang masih tercekat karena rasa tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is He: Dirga
Fantasy[Nagaragung Universe: Fantasy] Sekuel - Gate Into the Unknown Dirga terjatuh ke portal dan kembali ke masa lalu. Pertemuannya dengan Nyai Arkasa banyak menjawab berbagai pertanyaan yang selama ini tidak berani dia ungkapkan. Kini dia harus mencari s...