12 - Keraton

187 25 0
                                    

Erfan memandangi Indra dengan tatapan kosong. Anak itu sedang bersandar di sisi kereta dengan raut wajah yang muram. Begitu Erfan dan Vella kembali menemui mereka di klini, mereka berempat setuju untuk melaksanakan rencana hari itu juga.

Mereka berempat langsung menyerahkan diri pada polisi dan tak lama sebuah kereta yang dikawal oleh prajurit sampai untuk membawa mereka ke keraton. Jadi di sinilah mereka sekarang, duduk berhadapan di dalam kereta menuju Keraton.

Vella tidak banyak bicara, gadis itu sedari tadi memandang ke luar jendela, sedangkan Dirga duduk menyilangkan lengan di dada dengan mata yang tertutup. Anak itu sepertinya masih tidak percaya dia terseret ke dalam situasi ini. Erfan di sisi lain sedikit merasa lega karena setelah kejadian beberapa hari lalu, dia masih berduka. Setidaknya perjalanan kali ini membuatnya bisa mengalihkan pikirannya sesaat.

Jauh dari tanggung jawab dan kenyataan yang menunggu dirinya. Ia sebenarnya enggan harus mengurus anak dari sahabatnya, tapi karena dia secara tidak langsung terlibat dalam situasi ini dan tidak ada pilihan lain, ia hanya bisa menerima nasib itu.

Erfan merasakan tubuh Vella yang perlahan bersandar padanya, saat ia menoleh dia mendapati Vella yang menyandarkan punggungnya ke sisi tubuh Erfan untuk bisa menghadap ke arah pemandangan. Erfan mendekatkan badannya untuk mempertahankan kenyamanan Vella.

"Takut?" Tanya Erfan sembari memandang ke arah Indra.

Anak itu mendongak dari lamunannya, "Sedikit." Jawabnya jujur.

"Tenanglah, kita datang untuk melakukan pembuktian kalau kamu tidak bersalah. Vella dan aku akan melindungimu."

Indra mengangguk. Dirga yang tidak dilibatkan dengan percakapan tidak memberi respon hanya mendengarkan saja. 

Untungnya perjalanan itu tidak memakan waktu lama. Kereta memasuki pelataran keraton tepat saat waktu makan siang datang. Para abdi dalem keraton sudah berdiri menunggu di sisi pelataran. Beberapa penjaga keraton memakai baju resmi keraton berjaga dengan siaga. Pintu kereta dibuka dari luar. Indra turun perlahan diikuti oleh Erfan, Vella dan Dirga. Meskipun status Indra seorang buronan, anak itu tetaplah pewaris resmi takhta, sehingga para penjaga masih menjaga sopan santun padanya.

Erfan memandang berkeliling, manusia-manusia yang ada di sini terlihat lebih ke khawatir daripada ketakutan. Mungkin masih ada sedikit harapan bagi Indra untuk mendapat keadilan dan kepercayaan mereka pada abdi dalem.

Para penjaga resmi mendekati mereka untuk digiring ke arah masuk menuju bangunan keraton. Seorang Abdi dalem yang terlihat paling berumur maju dengan penjaga di kanan kirinya, "Gusti Pangeran, mari saya antar ke aula utama. Anda menyatakan ingin membuktikan diri kalau tidak bersalah dengan mengumpulkan seluruh abdi dalem dan penjaga untuk melihat pembuktian tersebut."

Ekspresi wajah abdi dalem itu jelas terlihat khawatir sekaligus takut. Untuk beberapa detik ia terlihat lega melihat keadaan Indra yang masih sehat, tapi ia harus tegas menghadapi situasi ini. Lelaki itu kemudian memandang ke belakang Indra untuk menatap tamu yang datang bersama Indra.

"Jadi, apa boleh saya tahu siapa yang ada di belakang gusti pangeran?"

 Indra menoleh ke belakang dan sedikit terkejut saat hanya Erfan dan Vella yang berdiri di sana dengan tegas di kanan kirinya seperti penjaga.

"Mereka adalah orang yang akan membantuku membuktikan kalau aku tidak bersalah."

Ia memandang ke arah Indra lalu pada Erfan dan Vella bergantian. "Saya dengar ada tiga orang tamu. Di mana yang satu lagi?"

Sebelum Indra sempat menjawab ada satu penjaga yang menjawab pertanyaan itu. "Ia izin ke kamar mandi. Seorang penjaga mengatarnya."

Abdi dalem yang bertanya itu akhirnya mengangguk. "Baiklah kalau begitu mari kita menuju aula. Kami sudah menyiapkan audiensi sesuai perminataan gusti pangeran."

Who is He: DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang