01 - Ketukan Pintu Tengah Malam

312 40 4
                                    

Dirga selalu ingat dalam kebanyakan film selalu ada adegan dramatis melibatkan sebuah kebenaran yang hampir saja diceritakan pada tokoh lain tapi selalu saja diganggu oleh kejadian tak terduga untuk mencegah cerita cepat selesai. Itulah yang dialami Dirga tepat saat dia baru saja akan menceritakan kisahnya. Sialnya lagi, adegan ganguan yang dialaminya sangat klasik, ketukan keras mengagetkan mereka berdua. Tak lama kemudian sebuah suara terdengar berteriak.

"Tolong, apakah Nyai Arkasa ada di sini?" Ucap suara berat laki-laki dengan perasaan cemas yang terdengar jelas. Suara ketukan cepat sekali lagi menggelegarkan suasana.

Viriya langsung berdiri diikuti oleh Dirga. Wanita tua yang tadi mengantar Dirga masuk ruangan, sedang menunggu di pintu depan menunggu Viriya. "Mona buka pintunya."

Dirga masih berdiri di balik tirai pintu ketika pintu depan terbuka. Ia langsung berdiri membeku di sana ketika melihat orang yang berdiri di depan pintu.

Fero berdiri di luar dengan napas tersegal. "Apakah benar ini kediaman Nyai Arkasa?"

Dirga spontan diam di balik tirai menyimak. 

"Iya, saya adalah nyai Arkasa. Ada perlu apa hingga anda datang ke sini."

"Kenalan saya ada yang mau melahirkan. Tolong kami ...." Ucapnya sambil memohon.

"Mona, cepat siapkan barang dan obat." 

"Baik."

Mona segera masuk ke dalam, ia berjalan melewati Dirga dan segera mengambil beberapa obat-obatan yang diperlukan. "Sudah berapa lama ibu kesakitan?"

Fero mengeluarkan suara "Aaaa ....." panjang sembari berpikir.

"Entahlah, saat kami datang dia sudah menggeram kesakitan." Gumam Fero.

"Apakah jaraknya jauh?"

Tidak ada jawaban. Keduanya terdiam cukup lama. Dirga akhirnya memberanikan diri mengintip dari balik tirai. Ia bingung ketika melihat Fero memegang lengan Viriya dan mereka saling bertukar pandang terkejut. Keduanya tidak mengeluarkan kata-kata apapun tetapi saling memandang dengan intens.

"Kau bukan manusia kan?" Tanya Fero.

Viriya melirik Fero dari atas ke bawah lalu melepaskan genggaman tangannya, "Sepertinya itu bukan hal yang pantas diucapkan oleh seorang yang bukan manusia juga kan?"

Fero angkat tangan, "Lupakan itu, aku baru saja akan mengajakmu pergi ke sana dengan cepat. Tapi, aku terkejut setelah mengetahui kalau kau juga bagian dari kami juga ternyata."

Mona melangkah keluar sambil membawa perlengkapan yang sudah dimasukkan ke kain dan diikatkan ke punggung. Viriya yang melihat itu memanggil, "Mona, kamu tetap di sini siapa tahu ada ibu melahirkan yang datang ke sini. Lalu, hei anak muda, ikutlah denganku." Ucap Viriya sambil memandang ke arah Dirga yang mengintip dibalik tirai.

Dirga menunjuk dirinya sendiri. "Aku."

"Siapa lagi?"

"Apa dia juga seperti kita?" Tany Fero.

"Iyaa."

Dirga akhirnya menarik satu kain panjang daritumpukan kain yang ada di sana kemudian memakainya di leher seperti syal dengan sedikit menutup mulutnya.

Mereka bertiga kemudian keluar rumah, Mona langsung memberikan kantong kainnya pada Dirga saat lelaki itu melewatinya. Dirga mengikuti Fero dan Viriya keluar menuju halaman yang gelap. 

"Apa nama aslimu Arkasa?"

"Tentu saja bukan. Saking seringnya aku mengubah namaku, aku sampai lupa nama asliku."

Who is He: DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang