08 - Awal dari segalanya

186 33 4
                                    

Dirga masih tidak percaya anak kecil seumur Indra memiliki kekuatan melebihi manusia. Semua ini masih tidak masuk akal baginya. 

Ia berhasil mendorong anak itu menjauh darinya, tapi Indra tidak menyerah. Pandangan matanya terlihat penuh kemarahan. Dirga langsung menyadari perubahan keadaan Indra yang drastis. Ekspresinya terlihat marah, tapi ia sama sekali tak berbicara seakan tujuannya sekarang hanyalah untuk menghajar Dirga saja.

"Pangeran, mungkin ini saatnya anda berhenti, saya tidak mau menyakiti pewaris takhta kerajaan." Gerutu Dirga sembari menahan kedua lengan Indra yang mencoba menyakitinya.

Dirga masih terus menghindar ketika Indra menyerangnya. Tapi, kesabaran anak itu perlahan habis. Ia memiting kedua lengan Indra ke belakang lalu mendorong anak itu ke halaman belakang rumah. Dirga mendorong Indra menjauh hingga anak itu tersungkur di atas tanah.

Suara hewan malam tiba-tiba saja hilang. Indra masih tersungkur di tanah dengan napas tersegal. Kali ini dia terdengar menggeram kesakitan. Ia berusaha berbalik tapi badannya terlalu sakit dan akhirnya berakhir terbaring terlentang di tanah. 

"Aku sudah bilang kan, kalau aku tiba-tiba menyerang orang lain. Tadi itu adalah gambaran kejadian yang kumaksud. Aku tahu aku melakukannya, tapi aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri."

Indra mendongak sedikit untuk melihat Dirga yang masih berdiri sambil melipat kedua lengannya. "Untungnya, dengan kesadaran terakhir yang kumiliki aku bisa menahan hasrat aneh untuk menyerangmu. Lagipula pukulan darimu cukup membuatku sadar lagi."

Sebelum Dirga bisa bereaksi, tiba-tiba ia merasakan bulu kuduknya berdiri. Secara spontan Dirga mengalihkan pandangannya ke segala arah. Ia merasakan berbagai sekelebat bayangan mengelilingi mereka.

Dirga merasakan perasaan yang familiar dengan saat ia bertarung dengan para bayangan hitam. Sayangnya bayangan hitam yang sekarang berada di sekitarnya tidak terlalu kuat hingga bisa mewujud secara pasti. Ia hanya bisa menangkap sekelebat saja. Kali kedua dia mengamati Indra dengan kekuatan penglihatannya, Dirga sadar bahwa pusat dari kekuatan hitam itu adalah Pangeran yang ada di depannya.

"Kamu pasti bisa merasakannya juga kan? Anak diikuti oleh gerumbulan makhluk tak kasat mata." Ucap seseorang sambil memegang obor di tangan.

Dirga menoleh ke arah Erfan yang muncul dari arah pepohonan dengan santai. Obor yang ada di tangannya membuat Dirga terkejut karena ia tidak menyadari adanya cahaya obor dari arah hutan saat Erfan masih dalam pepohonan, tapi saat Erfan melangkah keluar, sumber cahaya itu tiba-tiba saja terlihat.

"Anda ... bagaimana anda bisa sampai di sini?"

 Dirga melangkah ke belakang sedikit terkejut. 

"Aku berniat mencari Fero. Jejak terakhir yang kurasakan dia menuju ke tempat ini. Tapi, sepertinya dia sedang pergi ya?"

Dirga mengangguk. "Nyai Arkasa sedang pergi dan minta bantuan pada tuan Fero."

Erfan berdiri di sebelah Dirga ikut memandangi Indra yang masih terbaring pasrah di tanah. "Siapa anak itu?"

Dirga berdeham, "Dia adalah pageran."

Erfan menoleh pada Dirga dengan ekspresi tidak mengerti. "Pangeran?"

Butuh waktu beberapa detik sampai Dirga paham apa maksud ucapan Erfan. Dirga baru ingat kalau Erfan baru saja sampai di dunia ini sehingga tidak memahami konsep kerajaan dan pangeran. "Anak dari penguasa negeri ini?" jawab Dirga sedikit dengan nada tanya.

"Ah ... hal yang menarik."

"Kami menyebut penguasa sebagai Raja. Keluarga Raja mengatur dan memimpin satu wilayah negeri ini selama turun temurun."

Who is He: DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang