Adegan demi adegan yang muncul dalam bayangan author amatir ini dan dituangkan kedalam tulisan hingga jadilah chapter kedua ini, sungguh otak yang dangkal dan sedikit tidak berguna milik author ini rasanya akan pecah ketika membayangkan mengasuh anak-anak nakal tapi anehnya tetap author bayangkan!
Oke jangan pedulikan kalimat sampah di atas mari kita lanjut bagaimana nasib si miskin yang terkena kutukan itu
Selamat membaca semoga kalian tak tertular virus aneh dari orang bodoh ini!
(˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
Pagi yang tak begitu indah karena bangun dengan badan yang terasa sakit semua serta leher yang rasanya ingin patah menjadi tiga, coba bayangkan ketika kalian tidur dengan hanya beralaskan selembar karton dan bantal kain seadanya, sungguh itu benar-benar cara tidur orang gila bukan?
Memang disini pemuda gila sedang sibuk mengurut tangannya yang terlalu pegal karena semalaman harus menjadi bantal kepalanya
Sumpah Demi apapun didunia nyata dan dunia gaib, aku tak akan tidur menggunakan tanganku sebagai bantal, ini sangat sakit hingga rasanya akan patah
Batinnya terus mengoceh padahal dia sendiri yang melakukannya. Setelah rasa sakit itu sudah mulai berkurang, ia beranjak dari tempat kumuh itu dan mencari toilet umum untuk mandi karena hari ini dia ada mata kuliah pagi, beruntung sekali dosen yang mengajar bukanlah dosen galak karena jika itu terjadi, mungkin kepalanya akan berpisah dari tubuhnya saat dia tiba dikampus tercintanya itu
.
Selesai melakukan ritual mandi, pemuda dengan senyuman dan rasa percaya diri yang tinggi itu pun melangkahkan kakinya menapaki jalanan hingga dia sampai dibangunan kokoh tempat ia menuntut ilmu. Masih dengan buntalan di punggungnya, pemuda itu masuk kedalam, lagi-lagi senyuman konyol dan sialnya senyuman itu manis terus mengiringi langkahnya tanpa ia peduli tatapan heran para mahasiswa kampus tersebut, mereka mungkin berpikir___
Pemuda gila itu mau apa dengan buntalan bodohnya
Yah barangkali begitu lah batin dari para penghuni kampus yang melihat pemuda tampan yang sayangnya terlalu bodoh dan konyol
"Hey bung.." Sapa seorang pemuda lain dengan pakaian yang rapih serta tas dipundak kirinya
"Eyy anak bodoh, tumben sekali kau datang pagi" Lihatlah dia yang bodoh tapi dia mengatai orang lain bodoh
Pemuda lain itu merengut dan memasang tampang sedihnya seperti dia baru saja mendapat siksa cambukan dari malaikat maut "jika bukan karena alarm yang keluar dari mulut ibuku maka aku tak akan berada disini teman setan." Ucapnya
"Aigoo kasihan nya teman bodoh ku ini" Pemuda dengan senyum manis itu merangkul pundak temannya dan mereka berjalan bersama memasuki kelas
.
Sampai didalam kelas, semua mata tertuju pada buntalan yang dengan tanpa rasa dosa diletakkan diatas meja serta pemiliknya hanya bersiul seakan menikmati hari menyedihkan ini. Seorang wanita muda yang tampangnya seperti singa garang langsung menatap tajam pemilik buntalan itu seakan dia akan melahap habis pemuda dihadapannya
"Kenapa kau membawa benda sialan ini ke kampus bodoh!" Ucapnya lantang
"Aihhh, nona manis coba sedikit kecilkan suaramu, itu akan lebih baik karena wajah mu tidak cocok jika harus marah-marah" Ujar si pemilik buntalan
"Kau hanya perlu menjawab pertanyaan ku atau jarum akupuntur ini akan menusuk matamu" Ancam gadis cantik itu
Belum sempat pemuda itu menjawab, mereka semua dikagetkan dengan suara gebrakan pintu yang cukup keras bahkan jika telinga bukan ciptaan Tuhan maka telinga itu akan pecah. Semua orang menoleh ke sumber suara dan mendapati pemuda tinggi dengan rambut berantakan serta raut wajah kusut seperti pakaian dalam yang tak pernah dicuci

KAMU SEDANG MEMBACA
Babysitter
Любовные романыDaddy Min, mungkin itulah panggilan yang cocok untuk seorang pria berdedikasi tinggi dan berekspresi se datar tembok kota, namun dia tetap tampan bahkan diusia yang tak lagi muda siapa yang mampu membayangkan pekerjaan menjadi babysitter yang harus...