4. SHAKADHIRA [PENDEKATAN(?)]

33 7 2
                                    

Hai!
Ending ShakaDhira udah ada.
Ending kisahmu sama dia gimana?

Happy reading💘
---
---
"Kelebihan saya adalah punya banyak kekurangan. Dan kekurangan saya adalah tidak memiliki kelebihan."

-Divya Naadhira

---
---

"Dhir, lo bisa?" tanya Helena.

"Ha? Enggak." jawab Dhira sambil menggeleng cepat.

"Matematika begini biasanya Xavia jago." ujar Helena.

"Apes kita. Gara-gara Aldo minta jawaban ke Xavia tadi, ehh dibawa pergi kan sama Bu Salsa." tambah Agatta.

Kelas ribut ketika Bu Salsa, guru Matematika, pergi meninggalkan kelas bersama Xavia. Suara gendangan ember dan galon kosong menjadi pemecah kesunyian di kelas. Ide siapa? Siapa lagi kalau bukan Rangga dan Putra beserta galon keramat milik mereka. Kalau kata Milkya, orang yang gendangan pakai galon dan ember adalah titisan anak alas.

"IKU IKU IKU IKU IKU IKU IKU IKU IKU SANGKING ULAMA AWIH PITUTUR ALAMATE BOCAH~ DADI JUJUR~"

Suara khas Rangga dan gendangan maut dari Putra membuat pekikan anak-anak kelas tercipta.

Ruang kelas ini kedap suara. Mereka menutup jendela dengan gorden, menutup pintu dan menyuruh satu orang untuk menjaganya agar sesorang tidak masuk.

"BETAPA RINDU HATIKU, INGIN DEKAT DENGAN KEKASIHKU, DATANG KEKOTA MADINAH, MELEPASKAN DAHAGA JIWAKU, MENGUNJUNGI MU YA MUHAMMAD!"

Bagaimana kondisi kelas Dhira?
Rangga dan Putra dengan kegiatan gendang-mengendang. Edgar ya menatap malas manusia kelas, Aldo yang berlalu-lalang mencari jawaban matematika, Moana yang sedang tidur, Aura yang sedang membaca buku dan Milkya yang sedang mendengarkan musik lewat earphone.

Serta Dhira, Helena dan Agatta yang sedang bergosip panas dibangku pojok.

BRAK!

"IH KAGET GUE!" Rangga meloncat turun dari meja.

"MASUK ITU SALAM, BUKAN MALAH BANTING PINTU!" murka Rangga.

Xavia yang notabenya adalah sang pelaku hanya tersenyum, sedetik kemudian wajahnya berubah galak.

"MAKANYA GAK USAH BERISIK. GUE UDAH KETOK BERKALI KALI YA BAJINGAN!" ujar Xavia galak.

"Lambe kuntilanak ketemu lambe kuyang dadine double lambe." ujar Edgar dengan jawa medoknya.

"CEPAT TURUN! DISURUH KE BALAI PERTEMUAN! GC!" teriak Xavia lagi.

"Iya bang iya." ujar Aldo berniat menggoda. Gagang pintu yang memang sudah copot akibat tendangan maut dari Xavia tadi, kini melayang ke wajah Aldo. Untungnya ia sempat menghindar.

"TURUN ANJ-" maki Xavia tertahan.

Siswa kelas sepuluh itu lantas keluar. Menuruni tangga untuk mencapai lantai dasar. Sekilas tentang sekolah ini. Bangunan ini memiliki empat lantai. Lantai satu berisi empat ruang kelas, toilet dan ruang keagamaan tiap agama. Lantai dua berisi empat kelas, toilet dan kantin. Lantai tiga berisi empat kelas, kantor guru, dan kantin. Lantai empat berisi ruangan untuk masing-masing ekstrakurikuler seperti tari, musik, dan lain lain serta berisi perpustakaan sekolah, ruang OSIS, dan kantor CCTV.

SHAKADHIRA [#1SERIES GARDAPATI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang