"Mau kemana Ed?"
Edward menoleh ke samping menghentikan kegiatannya yang ingin mengenakan Hoodie nya. Mami nya nampak santai di teras dengan secangkir teh dengan asap yang mengepul serta sebuah laptop di hadapannya.
"Jalan" jawabnya singkat.
Percayalah, Edward bukan anti wanita namun ia hanya tak tau caranya berinteraksi dengan wanita yang benar. ia hidup dengan ayahnya dan amat jarang berinteraksi dengan wanita, dan saat SMA barulah ia tinggal dengan ibunya dan tidak terlalu akrab dengan wanita itu. Meski begitu Edward amat menyayangi ibunya.
"Yakin? Nggak balapan lagi? Atau mau bertarung bebas kayak hari itu?"
Edward menggaruk tengkuknya, pertanyaan maminya itu sangat tepat sasaran. Namun bukan sore ini juga, Edward akan ke tempat biasa ia dan Leo serta dua temanya yan lain berkumpul lalu saat tengah malam baru akan melakukan balap liar.
"Mah...."
"Mama gak ngelarang Ed, tapi pastikan pulang kamu tidak ada luka atau hal buruk lainya, seperti di tangkap polisi" potong Delina cepat, mengingatkan Edward dengan beberapa hari yang lalu di mana ia yang di ajak Leo balapan di jalanan umum tak sadar ada polisi yang berjaga di sekitar jalan tersebut.
"Jangan bikin mama khawatir Ed" lanjut Delina membuat Edward bimbang untuk mengikuti bapalan tersebut.
Saat sedang bingung- bingung nya, terdengar pagar rumahnya terbuka. Gadis menyebalkan yang beberapa hari ini bergentayangan di kehidupan Edward memunculkan kepalanya dari balik pagar.
"Mamiiii..... Boleh Olla yang cantik jelita ini masuk?" Teriak Zolla cukup kencang, ia tau ada babang Edward dan maminya di teras namun ia takut dua orang itu tak mendengarnya.
"Boleh dong, masuk aja"
Zolla tak lansung menjawab, gadis itu tersenyum lalu menggeser lebih lebar gerbang rumah besar itu.
Ia melangkah mendekat sambil memamerkan taperwer milik Delina yang semalam belum di bawa pulang dan sore ini Zolla berniat mengembalikannya sekalian modusin babang Edward. Tak lupa Zolla mengisi taperwer tersebut dengan masakan buatannya.
Gini- gini Zolla cukup ahli memasak.
"Ini mam, ntar kalo lama- lama di rumah takut hilang" ucap Zolla sambil meletakkan taperwer tersebut di meja tepat di hadapan mami Delina.
"Loh, kok ada isinya??"
"kata ayah harus di isi mam, aku cuma ngikutin aja" jawab Zolla, ia ingat pesan ayahnya sebelum pergi kerja tadi pagi.
"Wah, makasih deh, isisnya apa nih?"
"Sama- sama mami, isinya sesuatu yang bisa di makan mam, hehe"
Mendengar jawaban Zolla mami Delina hanya menggelengkan kepala. Wanita itu beranjak dari duduknya sambil membawa taperwer nya. Namun sebelum ia masuk ke dalam terlebih dahulu menatap ke arah putranya.
"Mami izin kamu pergi tapi dengan syarat harus ajak Zolla, gimana?"
Zolla yang mendengarnya bersorak girang walau ia tak tau kemana tujuan Edward, setidaknya Zolla tak diam saja di rumah.
"Tapi mam..."
"Biar mami yang urus, kamu tinggal bawa dia dan bawa pulang dengan selamat" potong Delina lagi.
Edward berdecak kesal, sementara itu Zolla jadi tak enak sendiri. Ia juga bingung dengan percakapan dua anak dan ibu ini. Oh satu lagi, baru kali ini Zolla melihat ekspresi lain dari Edward selain wajah datarnya.
"Mami tau itu bahaya"
"Makanya jagain, Zolla mau kan? Nanti mami kasih restu deh imbalanya" ucap Delina menatap Zolla yang masih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atau Dua?
RandomSatu atau dua Pilih Zero atau Edward? Zolla bingung akan itu... Edward si manusia sok cuek, sok dingin, sok kalem namun sayangnya tampan, menawan, mempesona. Sedangkan Zero? Cowok playboy yang katanya tobat dan serius mencintai Zolla. Tampan? Tentu...