Bel pulang berbunyi Zolla menguap lebar mulai melangkah keluar dari kelasnya. Kinara tak mau diam, gadis itu juga ikut melangkah di samping Zolla.Bersama dengan siswa lainya dua gadis itu terus melangkah dengan wajah yang amat tidak bersemangat.
"Kita mampir makan dulu yuk kir" ucap Zolla meraih motornya yang terparkir di antara deretan mobil.
"Nggak ah, gue mau langsung pulang, tidur...ngantuk bet" jawab Kirana berhasil membuat Zolla menghela nafas pasrah.
Ia menaiki motornya, memakai helmnya yang sedikit kebesaran lalu kembali menatap Kirana yang hendak masuk ke mobilnya.
"iya deh serah lo, gue sendiri aja" ucapnya sedikit kesal lalu mulai melajukan motornya.
....
"Wahh, makasih pak"
Zolla sedikit membungkuk mengucapkan terima kasih pada penjual bakso yang mengantar semangkuk mie ayam untuknya yang sudah ia pesan beberapa menit yang lalu.
Gadis itu mulai memakan mie ayamnya sambil sesekali menatap pengunjung lain.
Kebiasaannya dan Kirana jika sudah pulang sekolah ya makan- makan, namun kali ini Kirana memilih untuk pulang, sialan memang.
"CK, duduk di depan gue lagi"
Berdecak kesal, gadis itu berbalik mencari tempat duduk lain, membelakangi sepasang kekasih yang baru saja duduk di hadapannya.
Sebagai jomblo dari lahir, Zolla tentu kadang merasa ingin juga yakan yah.
'duk'
Tiba- tiba seseorang meletakkan semangkuk bakso di meja yang Zolla tempati.
Zolla yang asik mengunyah mendongak dengan mulut yang masih penuh, matanya seketika terbuka lebar, kaget dengan siapa pria yang sekarang mulai duduk di kursi di hadapannya.
Sejak ia yang menginjak kaki Edward, ia jadi lebih sering bertemu pria ini. Numpang di meja Edward dan Leon saat di kantin bukanlah hanya modus belaka, kantin saat itu ramai dan sangat susah mencari tempat kosong, mumpung ada yang dekat kenapa nggak?
Dan sekarang, ia bertemu dengan pria itu lagi di satu meja yang sama lagi.
"Penuh"
Satu kata yang Edward ucapkan membuat Zolla lansung menatap sekitar dan memang terlihat banyak pengunjung.
"Gak nanyak" respon Zolla akhirnya. Gadis itu lanjut memakan mie ayamnya walau sekarang jantungnya sedang cenak cenuk, sedikit gugup dengan adanya Edward di hadapannya.
Pria itu nampak santai menyantap bakso nya seakan Zolla tak ada di hadapannya.
....
Tak lama, mie ayam milik Zolla habis tanpa sisa, gadis itu meminum teh es nya lalu menatap Edward yang masih memakan baksonya.
'serasa nungguin pacar'
Ah, Zolla benci pikiranya sendiri.
"Kok lo bisa makan di sini? Nggak lagi ngikutin gue kan?" Tanya Zolla kepedean, yah katanya urat malu Zolla ada yang putus sebagian.
Tak mendapatkan respon apa- apa dari Edward, jelas... Lagian tak ada untungnya meladeni celotehan Zolla yang terlalu ke pedean.
"Huh, gue biasa kok di kacangin" ucapnya menatap Edward di hadapannya,
kebiasaannya jika setelah makan di sini bersama Kirana. Melamun, menatap orang- orang dan sesekali mengkritik beberapa pengunjung.
Adanya Edward di hadapannya tak menjadi alasan bagi Zolla untuk cepat- cepat pergi dari sini.
"Ini minumnya, nah ada yang di pesan lagi?"
Zolla menatap pak bakso yang meletakkan secangkir teh panas di hadapan Edward, lalu menggeleng saat bapak itu menatapnya.
"Oke deh neng, eh iya pacarnya ganteng ya neng"
Zolla tersenyum bodoh lalu menatap Edward yang seakan tak peduli dengan celetukan si pak bakso.
Tertawa garing Zolla kembali menatap pak bakso yang masih berdiri di dekat mereka.
"Iya pak, saya juga kadang gak nyangka bisa dapat seganteng ini, dulu dia gak seganteng ini pak, tapi setelah saya rawat seperti anak sendiri yah begini jadinya, cocok gak sama saya pak?" Tanya Zolla akhirnya setelah berhayal cukup tinggi.
"Cocok neng, jangan lupa pake bakso saya besok kalo nikahan ya"
"Hoho kalo itu aman pak"
"Mas belik dong, aelah"
Percakapan dua manusia itu terpotong oleh panggilan salah satu pembeli, sambil tertawa akrab pak bakso pun berpamitan melayani pembelinya.
Zolla balas tertawa, gadis itu kembali menatap Edward yang kini malah menatapnya tajam.
Meneguk ludah kasar, Zolla kembali menyeruput es tehnya hingga tandas lalu mengeluarkan hanphonenya, bersikap santai, mengabaikan tatapan si Edward walau jantungnya kembali berdetak gugup, bukan karna salting namun karna merasa ngeri dengan tatapan Edward.
"Biasa aja kali liatinya ,gue tau kok gue cantik, imut lagi" ucap nya tanpa melihat ke arah Edward.
Mungkin sekarang Edward sedang berkata 'idih, muka kek babi kecebur got gitu di bilang imut' begitulah kira- kira mungkin yah.
"Ah, udah deh, gue cabut yak, lama- lama jatuh cinta ntar gue ama lo" ucap Zolla dan lansung meraih kunci motornya lalu beranjak membayar baksonya.
Pesona Edward tak bisa di acuhkan begitu saja.
....
Rumahnya nampak sepi dan Zolla sudah biasa untuk itu. Kesibukan ayahnya dalam mencari uang untuk kebutuhan mereka membuat pria itu jarang sekali pulang dan Zolla tak mempermasalahkan itu.
Zolla suka sendiri namun ia juga kadang merasa kesepian juga sih.
Gadis dengan pony nya itu kini sedang duduk di depan televisi dengan beberapa cemilan di sekitarnya.
Tak ada yang ia lakukan lagi selain bersantai seperti ini. Tidur? Tidak, sedari pulang Zolla sudah tidur cantik hingga hampir 4 jam. Mengerjakan tugas? Ah, untuk hal satu itu mungkin nanti- nanti akan ia kerjakan.
"CK, apaan tu emak- emak, mengerikan sekali"
Zolla menggeleng melihat dua ibu- ibu sedang bertengkar dalam sebuah sinetron yang ia tonton.
"Wahh, hajar Bu...is kalo gue jadi ibunya udah gue banting tu emak- emak, sok cantik, pelakor" ucapnya lagi tentunya dengan menggebu- gebu penuh emosi.
"Ah, anjoy malah habis" teriak nya kesal.
Sedang asik- asiknya ia malah mendapati kata 'bersambung' mengesalkan sekali.
Zolla mengambil remote tv nya lalu mencari tayangan lain yang sekiranya menarik di matanya.
Vote comen
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atau Dua?
DiversosSatu atau dua Pilih Zero atau Edward? Zolla bingung akan itu... Edward si manusia sok cuek, sok dingin, sok kalem namun sayangnya tampan, menawan, mempesona. Sedangkan Zero? Cowok playboy yang katanya tobat dan serius mencintai Zolla. Tampan? Tentu...