9. Alma meresahkan

263 38 3
                                    

"Zolla cantik, apa kabar nih? Kok mukanya bete gitu?"

Zolla terus melangkah cepat, menghindari Zero yang tiba- tiba nongol lalu mengikutinya dari gerbang sekolah hingga Zolla yang melangkah sepanjang koridor.

Suasana yang belum terlalu ramai membuat Zolla sedikit bernafas lega. Semoga saja tak ada fans Zero yang melihat, Zolla tak suka di bully atau terlibat hal- hal yang tak berfaedah seperti itu.

"Zol, ayolah... Gue rela tobat kalo lo mau jadi pacar gue"

Zolla tetap acuh, gadis itu berbelok memasuki kelasnya. Dan Zero tetap mengikutinya.

"Ayolah dek cantik, babang siap menjadi pacarmu"ragu Zero lagi.

Zolla berhenti lalu duduk di tempatnya begitu juga Zero yang duduk di bangku tepat di depan meja Zolla.

"Udah sarapan? Mau babang Zero beliin sarapan?"

Zolla menghela nafas, gadis ituvakhirnya menatap Zero yang berada di hadapannya.

"Kaka Zero yang tampan..." Zero tersenyum mengembang mendengar pujian itu. "Please, gue gak suka bekas orang... Apalagi bekas bergilir para cewek- cewek cantik" lanjut Zolla seketika membuat senyum Zero menghilang, cowok itu memegang dadanya dramatis.

"Baru kali ini gue di tolak" ucapnya dengan wajah sok sedih.

"Kak Zer, teman gue mau jadi pacar lo, dia siap Nerima lo apa adanya" ucap Zolla lagi.

Zero menatapnya serius "gue maunya lo, gimana dong?" Tanyanya dengan wajah menggoda.

Zolla menggeleng, kenapa Zero jadi tambah menyebalkan gini? Haruskah Zolla jujur jika ia sangat tak suka dengan sifat Zero dulu bahkan sekarang?

"Aduh, nanti aku pikirin deh, aku mau berak dulu... Aduh duh" Zolla memegangi perutnya tiba- tiba, gadis itu dengan cepat meraih tas nya lalu berlari mencari toilet terdekat, ia tak peduli dengan adanya Zero atau rasa malu.

...

Zolla selasi membuang hajat nya, gadis itu mencuci tangan sambil bersenandung kecil. Untung saja ia datang sedikit lagi dan bel masih beberapa menit lagi.

"Hai Zol! Kamu apa kabar?"

Zolla menghentikan kegiatannya, gadis itu terdiam ia amat mengenali suara siapa itu. Itu suara Alma, anak tiri ibunya.

"Baik" jawab Zolla datar, jika di tanya siapa yang Zolla benci di dunia ini maka jawabannya adalah Alma.

Mau sebaik apa gadis itu mau seramah apa gadis itu Zolla tetap membencinya, Sangat.

"Emm, mama katanya rindu kamu.... Kamu kapan berkunjung ke rumah?"

Zolla berbalik, menatap Alma yang nampak polos berdiri sedari tadi di belakangnya.

"Sorry, jangan sksd, permisi" ucapnya dengan wajah datar lalu melangkah melewati Alma yang terdiam.

Gadis itu menggeleng pelan, menghadapi Alma selalu membuatnya seakan menjadi sosok antagonis. Zolla tak mau itu, dan salah satu alasanya menghindari gadis itu karna ia takut menyakiti Alma, sangking bencinya Zolla padanya.

Zolla melangkah ke kelasnya, wajah cerianya kali ini berubah datar. Apalagi saat mendengar teriakan para siswa yang meneriaki Zero dan Alex, dua di antara siswa- siswa tampan di sekolah ini.

"Olla!! Good night"

Zolla memutar bola matanya malas saat Kirana, sahabat sengklek nya itu tiba- tiba merangkulnya.

"Ini pagi kikir" ucapnya mengingatkan.

Kirana hanya cengengesan, dua gadis itu melangkah beriringan menuju kelas mereka. Sosok Veara nampak duduk di bangku panjang dapan kelas sambil memainkan handphone nya.

Gadis itu nampak kesal menghilangkan wajah kalemnya yang selalu ia pasang saat di sekolah. Kirana dan Zolla saling tatap, lalu melangkah mendekat.

"Kenapa Vea?" Tanya Kirana duduk di samping gadis itu.

"Gue di putusin salah satu pacar gue, mana belum dapat pacar baru" ucap Veara memperlihatkan chatan nya dengan salah satu kekasihnya.

"Cowok mana lagi yang mau lo rusak? Atau lo mau nyoba kak Leo? Dia keknya baik deh" ucap Zolla menwarkan, gadis itu ikut duduk di samping Veara.

"Leo? Yang teman kak Edward itu? Boleh juga, ntar lo kenalin ke gue dong" ucap Veara.

Kirana memutar bola matanya malas, ni Zolla kenapa juga mendukung kelakuan lucnut Veara.

"Gue gak terlalu dekat sih tapi boleh deh, ntar di kantin sekalian gue mau ngasih sesuatu ke kak Edward" ucap Zolla tersenyum mengingat ia tadi pagi sempat membuatkan cowok itu bekal.

...

Zolla menepati janjinya, ia menarik Veara ke tempat di mana Leo dan Edward berada. Sementara itu, Kirana bertugas memesan makanan.

Wajah sumringah Zolla berubah total saat mendapati Alma yang datang ke meja tempat Edward dan Leo berad, gadis itu memberikan bekal makan siang untuk Edward.

Zolla menghentikan langkahnya membuat Veara ikut berhenti menatap bingung sahabat barunya itu . Ia ikut menatap ke arah tatapan Zolla, lalu mengangguk paham.

"Kalo gitu gak usah deh Zol" ucap Veara pengertian.

Zolla tersenyum "nggak, gue dah janji" ucapnya lalu kembali menarik tangan Veara mendekat.

Leo menatap dua gadis yang berdiri di dekat meja mereka, yang satu nampan malu- malu dan yang satu menatap berani ke arahnya.

"Ngapain la?" Tanya nya, ia sudah hafal dengan wajah serta nama Zolla, tapi tidak untuk gadis di belakang Zolla. Nampak manis apalagi melihat senyum malu- malu itu, Leo tak tau saja gadis yang ia lihat malu- malu adalah buaya betina yang siap menerkam kapan aja.

"Gue punya teman kak, dia naksir lo dan... Namanya Veara nih bekal makan siang dari dia, kalo suka bilang.... Jangan tunggu di ambil orang" ucap Zolla to the point.

Ia melirik Edward yang juga meliriknya, lalu tanpa peduli kembali menarik Veara menjauh.

Leo menatap bingung gadis itu, ia menggaruk kepalanya menatap kotak bekal di hadapannya lalu kembali menatap dua gadis yang sudah beranjak pergi.

"Aneh tetangga Lo Ed" ucapnya menatap Edward yabg hanya diam saja.

Edward menatap kota bekal yang sekarang berada di tangan Leo, ia tau sebenarnya benda itu untuknya. Bukanya ke pede an, tapi ia memang tau itu karna pagi tadi ia sempat melihat Zolla yang memamerkan itu ke ayah nya lalu secara terang- terangan mengatakan 'utuk tetangga tampan'. Siapa lagi jika bukan dia kan?

"Kak? Ayo di makan, aku bawain spesial buat kak Edward"

Edward tersadar, menatap gadis di sampingnya itu. Ia mengangguk lalu mulai menyantap makanan yang di bawakan Alma.

Alma sendiri adalah anak rekan kerja mendiang ayahnya. Dulu gadis itu datang ke rumah dan ayahnya meminta Edward untuk bersikap baik pada gadis itu.

Edward menurut, ia bersikap baik dengan menghargai setiap Alma membawakan nya bekal walau kadang ia tak suka.

Sementara itu...

"Kok di kasih ke kak Leo? Bukanya untuk kak Edward?" Tanya Veara, mereka mendapatkan bangku tinggal menunggu Kirana datang.

"Bachote Ve, nikmati aja syukur- syukur kak Leo suka masakan gue kan? Trus minta lagi ke lo dan terjadilah...." Jawab Zolla santai. Ia sudah melupakan rasa kesalnya pada Alma.

Veara mengangguk saja, dua gadis itu terdiam menunggu Kirana datang.








Vote comen

Satu Atau Dua?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang