"Bersihin!!!"
Zolla menutup telinganya, teriakan jenata memekakkan. Ia yang makan sangat terganggu mendengar itu.
Setiap hari ada saja drama di sekolahnya ini, di mulai dari Jenata yang sering menumpas habis para siswi yang mendekati Edward. Gadis itu konon menyukai Edward, namun tak berani mendekatinya karna rumor Edward yang anti wanita. Maka jadilah ia membully para gadis yang mendekati Edward.
Untung saja, sejauh ini Jenita tak melihatnya mendekati Edward. Jika saja melihatnya pastinya ia mengalami hal yang sama dengan yang di alami Alma. Gadis itu selalu mendekati Edward walau Jenata akan membully nya setelahnya. Tapi dengan usaha itu berhasil membuat Edward meliriknya dan membantunya walau dengan wajah datar.
"Sialah...."
Seperti salah ini, saat Jenata ingin menampar Alma yang melakukan kesalahan Edward datang sebagai pahlawan, menahan tangan Jenata.
Zolla menatap sendu Squidward nya, pri itu entah dibkasih pelet apa oleh Alma hingga sangat sigap menjadi pahlawan gadis itu.
"Kapan yah..."
Kirana dan Veara menatap sahabatnya, ketiga gadis itu sedari tadi menonton drama tersebut, sambil menyeruput kelapa muda yang di pesan tadi.
"Kapan apanya?" Tanya Kirana kepo
"Kapan.... Alma jadi Almarhum"
'plak'
"Sialan lo, gak boleh doa in orang gitu bahlul" ucap Kirana menggeplak punggung Zolla.
"Lo mau?"
Zolla dan Kirana kompak menatap Veara yang berbicara tanpa menoleh ke arah mereka dan masih setia menonton drama yang sebentar lagi bersambung.
"Mau apaan pea, lo Kao ngomong yang jelas dong" ucap Kirana yang berada di ujung, menatap Veara yang malah tertawa garing.
"Mau gue bantu buat si Alma jadi Almarhum" jawab gadis itu tersenyum bak psikopat.
Kini giliran Zolla yang menggeplak kepala Veara.
"Pea lu pea- Ra, mau jadi apa lo?" Ucapnya.
Veara nyengir, ia hanya bercanda. Lagi pula ia bukan manusia SE keji itu, walau kadang ada hasrat ingin membunuhnya di saat melihat ciwi- ciwi lemah seperti Alma. Tanpa sadar, dia juga sering berprilaku lemah lembut bak gadis polos.
"Yah bersambung"
Ucap ketiga gadis itu kompak, yah Jenata yang sudah di tahan Edward dan mendapati tatapan tajam cowok itu memilih mengakhiri pembully annya. Gadis itu memilih berlalu pergi dan Alma yang bangkit sambil menunduk mengucapkan terima kasih pada Edward.
Seperti biasa dengan wajah datarnya Edward hanya mengangguk lalu pergi begitu saja.
"Apa-apaan!!"
Kirana menggebrak meja, siswa di sekitarnya hanya menatap sekilas lalu lanjut dengan kegiatannya masing- masing, mereka seakan sudah maklum dengan tiga gadis gila ini.
"Kenapa sih?" Tanya Veara yang kaget, gadis itu mengelus pelan dadanya.
"Harusnya Edward meluk Alma, trus nanyak 'kamu gak papa?' Atau bawa ke UKS di gendong kek atau....".
"Atau gue gorok leher lo" sambung Zolla yang sensi.
Kirana nyengir, gadis itu menggaruk kepalanya cengengesan menghentikan semua hayalannya.
Veara tertawa, mereka berdua tau jika Zolla ada hati pada Edward wajar jika gadis itu sensi mendengar ucapan Kirana.
"Sorry"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atau Dua?
RandomSatu atau dua Pilih Zero atau Edward? Zolla bingung akan itu... Edward si manusia sok cuek, sok dingin, sok kalem namun sayangnya tampan, menawan, mempesona. Sedangkan Zero? Cowok playboy yang katanya tobat dan serius mencintai Zolla. Tampan? Tentu...