4. Vea Gila

278 46 3
                                    

Zolla yang keluar dari kelas memutuskan untuk menuju roftop, ia akan bersantai sejenak dan bolos sekali tak masalah kan?

Sesampainya di roftop Zolla segera mencari tempat ternyaman, setelah dapat ia mulai mengeluarkan ponselnya serta sebuah permen dari saku seragam nya

Zolla mulai memainkan game di handphone nya, bukan game ml atau ff melainkan game zombie tsunami. Game yang ia mainkan selama dua tahun belakangan ini.

"Ais shibal, bom nya banyak kalinya"

Cukup lama Zolla memainkan gamenya dan beberaoa kali ia mengeluarkan umpatan ketika gamenya berakhir.

Sangat asik dan sangking asiknya ia tak sadar jika pintu roftop tiba- tiba terbuka dan seorang cowok muncul dengan penampilan acak- acakan. Cowok itu tak menyadari keberadaan Zolla dan begitu juga dengan Zolla, hingga.....

"AAARGH"

Zolla berteriak kesal membuat cowok tersebut terperanjat kaget. Dan bertambah kaget saat mendapati seorang gadis di sudut roftop.

Tak ada bedanya dengan Zolla, gadis itu menutup bibirnya rapat ketika menyadari ada orang lain selain dirinya di sana. Zolla menatap wajah itu, wajah tetangga barunya yang pagi tadi ia paksa untuk memberikan Zolla tumpangan.

"Kak Edward??"

Edward tak menjawab ia memilih mengurungkan niatnya dan berbalik keluar dari roftop.

Zolla yang melihatnya tentu kesal, ia bukan hama atau binatang buas yang harus di hindari. Dan dengan kekesalnya jari tengah keramatnya muncul, mengacuhkan pada pintu roftop, atau lebih tepatnya pada Edward yang sudah menghilang di balik pintu.

"Awas ajalo, gue pastiin lo bertekuk lutut di kaki gue, memohon agar gue menerima cinta lo hahahahahh"

"Bercanda, hah otak gue keknya mulai konslet, tidur mungkin lebih baik"

Zolla mencari tempat ternyaman, dan tak lupa mengunci pintu roftop agar tidak ada yang masuk, kan bahaya jika ia tidur tiba- tiba ada yang masuk.

....

"Gila lo, jam pertama telat jam kedua okelah, jam ketiga sampe pulang lo kemana Olla??"

Zolla dan kedua sahabatnya berada di bakso tempat biasa. Yah, ia yang ketiduran terbangun saat bel pulang dan segera berlari menuju parkiran. Untung saja Kirana dan Veara sudah membawa tas nya dan menunggunya.

Mereka memutuskan untuk membawa Veara ke tempat di mana mereka biasanya berkumpul berdua yaitu tempat pak bakso.

"Gue tidur" jawab Zolla jujur, matanya memang nampak sembab dan tadi ia hanya sempat cuci muka menggunakan air sebotol yang berada di mobil Kirana.

"Gila, gak ngajak- ngajak lo" celetuk Veara.

"Diam lo bunglon"

Veara yang mendengar panggilan tersebut dari bibir Zolla hanya tertawa ringan. Ia suka panggilan tersebut karena itu faktanya.

Sikapnya memang sering berubah- ubah tergantung di tempat, layaknya bunglon yang sering mengubah warnanya.

"Eh, gue ada liat salah satu siswa, keknya ganteng banget cok, blasteran keknya" ucap Veara dan hal itu berhasil membuat Zolla dan Kirana saling tatap lalu kompak menatap Veara.

"Siapa?"

"Kalo gue tau gue gak bakal cerita" jawab Veara

"Inget ya, kalo lo Nemu blasteran yang ada name tag nya Edward, jangan pernah lo sentuh tu cowok" ucap Kirana mengingatkan.

Veara mengerinyit heran "kenapa?" Tanya nya penasaran.

"Dia anti cewek, trus orangnya juga senggol dikit bacok" jelas Kirana.

Sementara itu Zolla yang mendengarnya hanya bisa tersenyum di dalam hati, sebab sejauh ini Zolla belum di bacok oleh Edward, padahal dia telah lancang menaiki motor cowok itu. Oh, mengingat itu Zolla jadi ingat saat Edward menurunkannya di gerbang belakang dari pada gerbang depan sekolah.

"Wah, bagus dong... Gue suka tantangan" ucap Veara santai.

Zolla yang mendengarnya berdecak kesal, kenapa dua temanya aneh semua sih?? Dari Kirana yang berteman dengannya dari SD di tambah Veara yang baru datang di hidupnya. Dua gadis itu tak beres dan memiliki pemikiran lain dari pada yang lain.

"Babang Edward incaran gue Vea, kalo lo mau sama temanya aja, ganteng juga... Tapi jangan babang Edward" ucap Zolla mencoba berkompromi.

Walau nantinya Edward menolaknya atau membacok nya itu terserah, Zolla akan berusaha untuk mendapatkan hati Edward dan melepas masa lajangnya.

Jika perlu ajak Edward melakukan pernikahan dini.

Zolla tertawa, tanpa sadar dia juga sama dengan kedua temannya yang ia katakan tak beres.

.....

Selesai berkumpul dengan teman- temanya Zolla memutuskan untuk kembali pulang. Sudah sore dan ia yakin ayahnya sudah ada di rumah menunggunya.

Saat ingin memasuki gerbang rumahnya kebetulan sekali mami Delina keluar dari gerbang rumah dengan stelan olahraga.

"Hey, baru pulang?" Tegur mami Delina.

"Iya mam, tadi jalan- jalan dulu sama teman" jawab Zolla jujur.

"Wah, seru dong... Oh iya, nanti malem mami kerumah yah, mami mau bawain makanan sekaligus tanda perkenalan sama orang tua mu, boleh?"

"Boleh banget mam, jangan lupa bawa anaknya" canda Zolla namun nampaknya mami Delina bawa seriusm

"Aman tu" jawab mami Delina.

"Ayah ku agak tampan mam, duda anak satu... Mami jangan sampai naksir, bahaya" ucap Zolla tersenyum manis "aku naksir anak mami juga soalnya" canda Zolla lagi dan lansung berlari masuk sambil melambaikan tangan.

Delina yang mendengarnya hanya tertawa, mana mungkin ia naksir dengan ayah Zolla walau ia jada juga tapi Delina sudah punya calon untuk ayah Edward.

Sementara itu, Zolla yang sampai di rumah mendapati ayahnya yang sedang duduk santai di sofa. Pria berusia 40 tahun itu memang masih terlihat tampan, masih segar juga.

"Dari mana Olla?? Kok baru pulang?" Tanya ayahnya namun mata masih fokus membaca korannya.

Zolla duduk di samping ayahnya, menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Biasa yah, jalan- jalan sama Kirana" jawabnya santai.

Kirana cukup sering ke rumah ini dan ayahnya sudah biasa dengan gadis itu.

"Loh, kok gak masuk?" Tanya ayahnya, melipat koranya menatap sang putri.

Biasanya Kirana akan mampir dan membuat keributan di rumahnya tapi ayahnya sudah biasa akan itu.

"Gak tau yah, katanya lelah" jawab Zolla jujur.

"Oh iya, nanti malam tetangga baru mau ke sini bawain makanan sekaligus mantu buat ayah" ucap Zolla mengingat pertemuannya dengan mami Delina tadi.

"Mantu? Kamu sudah siap emang?" Tanya ayahnya bercanda.

"Sudah ayah, tergantung pihak lelaki saja... Oh tetangga kita sepertinya janda, ayah jangan sampai kepincut, aku sudah duluan menandai anaknya"

Ayahnya tertawa mendengar ucapan anaknya tersebut, mengacak pelan rambut putrinya."Kamu ini... Sana mandi dan ganti bajunya" perintahnya.

Zolla mengangguk lalu beranjak menuju kamarnya sebelum mencium pipi ayahnya sekilas.

Zolla sangat suka bercanda, jarang sekali dalam hidupnya menangis atau merasa tersiksa atau mengeluh.

Walau hidupnya tak terlalu sempurna dan pastinya ada masalah serta kesepian dengan ayahnya yang jarang pulang. Zolla tak pernah mengeluh atau merasa paling tersakiti.

Karna bagi Zolla, hidupnya tak hanya di habiskan untuk mengeluh, mengeluh tak ada gunanya.








Vote comen

Min

Satu Atau Dua?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang