BAB 10: NUT [2]

22 6 0
                                    

Selamat membaca.

"Aku harus bagaimana? Hisako-san sudah mempercayakan salinan ini padaku. Tetapi jika benar dugaanku bahwa Hisako-san telah di sandera olehnya, juga Nyonya Gilda dan putrinya yang saat ini ia sandera, mana mungkin aku membiarkan mereka terluka. Jika aku menelepon polisi, dia pasti akan melukai Nyonya Gilda sebelum polisi tiba." gumam Sayuri.

Ia akhirnya beranjak keluar melewati pintu, lalu berjalan ke arah kediaman Nyonya Gilda sembari membawa data salinan pasien rumah sakit yang di minta oleh pengirim surat tersebut. Perlahan pintu mulai terbuka, menunjukkan bahwa Sayuri di minta untuk masuk ke dalam Rumah. Sayuri memperhatikan sekeliling. Seluruh lampu di dalam Rumah telah di matikan, telepon rumah milik Nyonya Gilda juga telah di hancurkam. Sosok bertubuh tinggi tersebut akhirnya muncul dari kegelapan sembari menyandera Nyonya Gilda dan putrinya dengan pistol di tangannya.

Sayuri memberanikan diri untuk membuka percakapan pertama. "Aku akan memberikan salinan ini, tetapi lepaskan Nyonya Gilda dan putrinya terlebih dahulu."

Sosok bertubuh tinggi itu melepaskan tawa kecilnya yang mampu di dengar oleh Sayuri.
Ia perlahan membuka penutup wajah miliknya, namun bersamaan dengan itu,

Bang!

Sosok tersebut menembakkan amunisi pada atap rumah. Lalu ia menodongkan pistol tersebut kembali ke arah Nyonya Gilda dan putrinya. "Indah." begitulah kesan pertama Sayuri saat mendapati wajah di balik topeng tersebut. Dalam seperkian detik mereka berpindah tempat secara bersamaan, Sayuri berhasil meraih Nyonya Gilda, dan sosok itu mendapat salinannya, lalu ia hendak beranjak pergi.

"Tunggu dulu! Bagaimana dengan Hisako-san? Kau juga menyanderanya kan!" sentak sayuri.

"Aku akan melepaskannya. Jika ini adalah salinan asli." sosok tersebut meninggalkan mereka bertiga dengan salinan di tangannya.

"Syukurlah. Semua sudah aman sekarang. Hisako-san maafkan aku, tapi sama sepertimu, aku juga ingin meminimalisir korban, semoga saja dia benar-benar melepaskan Hisako-san." batin Sayuri.

"Ya ampun Nyonya Gilda, saya minta maaf sebesar-besarnya atas kejadian yang tidak mengenakkan ini, saya berjanji setelah ini orang itu tidak akan pernah kembali." Sayuri merasa telah membahayakan keselamatan Nyonya Gilda dan putrinya akibat kejadian ini, apalagi Nyonya Gilda tidak tahu-menahu mengenai salinan data yang di incar oleh perampok tadi, ia malah di jadikan sebagai sandera.

"Jangan khawatir nak, aku dan putriku baik-baik saja, tapi bagaimana dengan kertas yang kau berikan padanya tadi?"

"Ah! Itu bukan sesuatu yang penting. Sekarang lebih baik anda dan putri anda ke rumah saya dahulu, saya akan membuatkan teh untuk kalian."

"Astaga. Tidak perlu repot."

"Tidak apa. Lagi pula penerangan di sini juga minim, sebaiknya kita ke rumah saya untuk menghindari bahaya." ketiga nya pun beranjak menuju rumah seberang milik Sayuri.

"Sungguh maafkan saya. Anda jadi terlibat dalam hal semacam tadi." keluh Sayuri.

"Aku sudah bilang tidak apa nak. Kami sama sekali tidak terluka. Omong-omong siapa sebenarnya perampok tadi?"

Sayuri tidak langsung menjawab, ia sendiri bingung harus berkata bagaimana. "Sebenarnya saya juga kurang tahu mengenai itu, kertas yang saya berikan padanya tadi ialah sebuah dokumen."

"Dokumen? Apakah itu dokumen penting?"

"Ya. Sebenarnya dokumen itu milik seorang kenalan saya. Ia menitipkannya pada saya tempo hari."

Louis Reunion [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang