BAB 6: FRASE IN DIE [3]

27 7 1
                                    

Selamat membaca.

"Apa-Apaan ini." Cliv mengepal dengan kuat, ia menampilkan ekspresi memerah tandus.

"Sejauh mana orang ini mengetahui tentang kami? Bahkan secara terbuka mengirim surat seperti ini." Cliv mengambil surat dari tanganku, dengan pena yang ia bawa, menggarisi surat tersebut.

"Benar-benar, dia bahkan tak segan menunjukkan identitasnya. Apalagi mengungkit soal korban yang tidak bersalah apa-apa. Dia ini benar-"

"Tutup mulutmu dan lihat ini.
Saya harap kita dapat segera bertemu
Rawat serangga anda dengan benar, Jika tidak mungkin saja seekor elang akan menyambarnya."

"Kalimat pertama. Cepat atau lambat ia pasti menyingkirkan kita Sa, Karena kita telah di anggap penghalang. Kalimat kedua, entah Laskar atau Laras, pasti ia tengah mengincar keduanya karena mereka telah menjadi basis data untuk kita. Dan itu akan membahayakan dirinya. Contoh saja si Mata merah yang ia singkirkan sedari awal." kesimpulan Cliv sungguh akurat dan masuk akal.

"Kalau begitu, berarti ia secara terbuka mengancam kita, ia menggunakan Laskar dan Laras sebagai sandera, teracuninya Laras lusa kemarin suatu bentuk salah-satu ancaman darinya. Karena ia belum bisa menyingkirkan Laras dan Laskar, akhirnya ia menyasar Nyonya Berlin yang merupakan tetangga dekatku. Benar-benar licik. Dia bahkan sampai tahu sejauh itu." ujarku.

"Maafkan aku Cliv. Semua ini terjadi akibat rasa penasaranku. Bahkan ia menghabisi orang lain yang tak bersalah demi menghentikanku. Namun aku sudah melangkah terlalu jauh untuk kembali, sudah banyak orang menjadi korban, bahkan tetanggaku yang tak bersalah sekalipun. Karena itu aku tak akan melarikan diri Cliv, aku akan menemukannya dan memenjarakannya dengan tanganku sendiri. Mungkin terlihat arogan untuk seorang siswa sekolah menengah atas sepertiku. Tetapi tekadku telah bulat Cliv, dan juga sebaiknya kau berhenti sampai di sini, aku tak ingin hal sama terjadi padamu."

Louis akan menggunakan segala cara untuk menyingkirkan penghalangnya.
Di lihat dari korban saat ini sudah pasti ia adalah binatang buas, jelas dia tak akan menghentikan pembunuhan ini hingga aku menyerah. Entah trik apa yang ia gunakan dalam 2 kasus kematian kali ini, sama-sama melibatkan sebuah kaset.
Entah kaset tersebut berisi sesuatu yang dapat membuat pendengarnya terhipnotis untuk bunuh diri.

"Ayo temui Kenny, tidakkah kau ingin tahu siapa yang menitipkan telegram ini?" kami melewati lorong menuju ruang kelas untuk menemui Kenny. Terdapat sebuah toilet lama yang sebelumnya di gunakan oleh para siswa-siswi. Kulihat bayangan seseorang keluar dari sana, langkahku terhenti, Cliv menoleh ke arahku .

"Kau. Kenapa berhenti?"

"Cliv. Tidakkah ada sesuatu yang aneh?"

"Apa?"

"Entah kenapa aku merasa aneh. Perasaan ini, perasaan yang sama." perasaan gejolak seolah Luois berada di sekitarku dan menertawakanku. Au selalu merasakan hal ini sebelumnya, indra penciuman kami mulai menangkap sesuatu.

"Aroma amis." ucapnya. Kami sama-sama menoleh ke toilet di lorong itu, dengan perasaan campur aduk kami membuka pintu usang toilet.

"Akh!" Cliv tersungkur di sampingku, terdapat sebuah tubuh bersimpah darah, sebuah pisau yang tertancap pada kepala, dia meninggal di tempat, itu adalah tubuh milik Kenny.

***

Khansa harus menghadapi kasus tidak biasa, di mana siapa pun yang memutar ataupun mendengar lantunan harmoni sebuah kaset otomatis akan melakukan tindak bunuh diri. Khansa menduga terdapat sesuatu yang di tanamkan pada kaset tersebut, sehingga mereka yang mendengarkan kaset tersebut akan terhipnotis.

Louis Reunion [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang