BAB 15: WHICH WAS REVEALED

29 6 3
                                    

Selamat membaca.

"Apakah anda bekerja di sini?"

Detektif berbakat itu mengerucutkan bibirnya. "Tidak. Aku hanya berjalan."

"Apakah itu normal bagi seorang detektif?"

"Kenapa? Bukankah detektif itu manusia?"

"Impian saya adalah menjadi seorang detektif. jadi saya pikir hari-hari menjadi akan sibuk dan saya tidak punya waktu untuk berjalan-jalan." Khansa berkata.

Detektif itu tertawa lagi. "Dari mana kau mendapat ide bodoh seperti itu? Jangan khawatir. Menjadi detektif tidak menjadikanmu monster."

"Apakah itu membuat segalanya menjadi sulit?"

"Tentu saja. Menjadi detektif berarti mengorbankan segalanya."

"Apa yang telah anda korbankan sejauh ini?"

Detektif itu tertawa lagi, kali ini lebih keras. "Mungkin menghabiskan waktu bersama keluarga. Tidak jarang detektif harus bekerja jauh untuk menyelesaikan kasus."

"Sepertinya kau sedang menghadapi masalah yang cukup serius." kata detektif itu sambil menyalakan korek api ke cerutu di tangannya.

"Entahlah. Saya belum punya kepercayaan diri untuk memberitahu siapa pun."

Detektif itu mengembuskan asap cerutu dari bibirnya. "Aku mengerti. Berapa kemungkinan risikonya?"

"Saya juga tidak yakin, mungkin 92 persen." Khansa berkata dengan percaya diri.

"Sembilan puluh dua!" detektif itu tersedak asap cerutunya sendiri.

"Karena sejauh yang saya tahu sulit untuk menghadapinya bahkan dalam satu kelompok." detektif itu bahkan tidak mengerucutkan bibirnya.

"Kau anak yang beruntung. Kau sudah diakui bahkan sebelum kau menjadi profesional. Aku butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa di kenali."

"Tidak juga."

"Bisakah saya bertanya?"

"Tentu. Ada apa?"

"Kapan anda mendapatkan izin untuk menangani kasus di Italia?"

"Sekitar 10 tahun yang lalu. Kurasa."

"Apakah Anda mengalami kejadian sulit selama waktu itu?"

"Tidak. Sebagian besar hanya kasus pembunuhan biasa."

"Apakah Anda pernah menangani serangkaian kasus pembunuhan berturut-turut?" Khansa bertanya.

Detektif itu mengerutkan kening."Berantai? Seorang siswa SMA akan mengatakan hal seperti itu?"

"Yah. Menurut saya tidak. Tapi itu lah panduan saya untuk saat ini." Khansa menanggapi.

"Aku tidak ingat. Tapi aku mendengar kabar angin bahwa terjadi pembantaian setelah sebuah gedung sekolah terbakar dan puluhan anak meninggal. Namun sayangnya aku belum pernah ke lokasi tersebut.''

"Apakah anda tahu di mana tempatnya?"

"Aku tidak tahu apakah itu hanya desas-desus. tapi aku punya rekan yang sepertinya terlibat dalam kasus itu."

"Benarkah? Bolehkah saya bertemu dengan beliau?"

"Dia sudah pensiun dari kepolisian. Ia sekarang lumpuh dan menjalani perawatan permanen di rumah sakit. Kau bisa datang dan menemuinya nanti."

"Saya sangat berterima kasih."

"Ya. Menurutku sudah dekat dari rumah, nak."

"Sekali lagi terima kasih atas tumpangannya. Bisakah anda merahasiakan pembicaraan kita?"

Louis Reunion [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang