Fragmen 1: Cale Henituse

2.3K 351 94
                                    

Hal terakhir yang diingat Kim Roksu bukan bilah tajam yang menembus jantungnya, melainkan wajah pucat Choi Jung Soo serta jeritan teredam pria itu. Di luar dugaannya, masa ketika kematian menyapa ... anehnya dunia terasa begitu senyap. Tidak serta merta mengapit kepiluan ataupun sesal seperti yang kerap dibayangkannya. Di kejauhan, ia menyaksikan bayangan samar Lee Soo Hyuk yang berhasil memanfaatkan beberapa detik krusial untuk melenyapkan monster tanpa peringkat.

Senyum Kim Roksu mengembang tipis, ia tidak pernah salah mempercayakan kaptennya untuk mengambil alih. Celah yang Kim Roksu buat dengan menjadikan dirinya sebagai umpan berhasil digunakan Lee Soo Hyuk dengan sempurna.

Seiring kesadaran yang menipis, Kim Roksu mendapati Choi Jung Soo yang kini bergegas menghampirinya sembari meneriakkan berbagai kata yang sayangnya tidak bisa Kim Roksu dengar lagi. Gendang telinganya sudah pecah sebab gelombang suara dari serangan monster sebelumnya.

Terakhir kali sebelum jiwanya direnggut pergi, Kim Roksu dalam hati berdoa tulus, semoga baik Lee Soo Hyuk maupun Choi Jung Soo hingga para rekannya yang lain, ia harap mereka bisa terus melangkah maju tanpa meletakkan sebait penyesalan sebab Kim Roksu percaya kedamaian yang mereka damba pasti akan datang meski dirinya tak bisa ikut hadir di sana.

"Jung Soo-ah ... maaf aku tidak bisa menepati janji."

Kim Roksu tidak mampu lagi mempertahankan kesadarannya. Napasnya melambat seiring tubuh yang ambruk ke tanah disusul sepasang obsidian gelap yang perlahan menutup, kehilangan cahayanya.

Jika ini akhirnya, maka Kim Roksu dengan lapang dada menerima kematiannya.

Kalau ada satu hal yang disayangkannya dalam hidup ini, Kim Roksu berpikir betapa sia-sianya ia tak bisa merasakan hidup tenang menjadi pengangguran malas nan kaya raya.

Sejak dahulu, seluruh jiwanya diabdikan sepenuhnya melindungi dunia menyedihkan ini. Sekarang, semuanya sudah berakhir.

Tugasnya telah selesai.

Hari itu, seisi Korea berduka. Mereka kehilangan salah satu jenderal termuda yang sudah memberi sumbangsih besar pada negara serta dunia. Tak terhitung orang yang ikut kehilangan sosok hebatnya, berkabung di antara pengorbanan besar yang tak terbayarkan. Nama Kim Roksu pada akhirnya diukir abadi dalam sejarah.

Di tengah taman sungai Han, ratusan buket bunga memenuhi hamparan rumput. Setiap orang yang datang akan mendoakan ketenangan sang pahlawan. Tak lupa mengirim harapan tulus, andai benar ada kehidupan kedua di dunia ini maka mereka berharap Jenderal Kim Roksu bisa menjalani hidup bahagia. Tanpa rasa sakit, luka atau kesepian. Sepenuhnya dapat tersenyum lebar dan dikelilingi oleh orang-orang baik yang menyayanginya.

Jutaan harapan itu mencapai Langit, menyentuh hati sang Penguasa Takdir.

Hari itu, di Langit tercipta sebuah rangkaian takdir baru.

Atas seizin Dewa, jiwa murni yang selama hidupnya hanya mengabdikan diri demi orang lain akhirnya mendapatkan kesempatan melalui putaran samsara.

Disematkan dalam bintang takdirnya, ia akan menjadi sosok paling bersinar, berdiri sebagai eksistensi mengagumkan yang tak akan pernah gagal memikat hati siapa pun. Dengan itu, Langit berharap setapak jalan berbunga bisa dilaluinya.

"Pilihlah kebahagiaan terbaikmu." Begitu bisik sang Dewa sebelum melepas pendaran jiwa murni tersebut mengarungi sungai reinkarnasi.

[ PIECE OF HEART ]

Di waktu lain Kim Roksu membuka mata, ia dihadapkan pemandangan yang asing. Langit-langit bertatakan lampu kristal adalah hal pertama yang memasuki penglihatannya disusul wajah penuh senyum seorang pria yang menggenggam tangan kecilnya.

[BL] Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang