Fragmen 8: Kepiawaian Cale

1.4K 262 36
                                    

Di suatu momen, Kim Roksu pernah melempar tanya pada Choi Jung Soo yang terus sibuk memegang ponsel di tangan kiri sambil menyumpitkan ramyeon ke mulutnya menggunakan tangan kanan.

"Apa kau tidak merasa aneh main gim begitu?"

Choi Jung Soo melirik rekan sekaligus atasannya. Ia menuntaskan kegiatan mengunyahnya lebih dulu sebelum menjawab, "Aneh kenapa?"

"Gim itu disorot dari sudut pandang orang pertama, tampak seolah dia berbicara langsung padamu."

"Oh ...." Choi Jung Soo ber-oh ria akhirnya paham makna di balik tanya mendadak yang dilontarkan teman baiknya. "Sejujurnya ini tergantung pola pikir. Kau mungkin melihatnya aneh karena aku menghadapi karakter pria tapi sebenarnya tidak begitu. Aku menganggapnya seperti menonton drama, toh ceritanya kan dia berbicara dengan protagonis wanita dan bukan padaku."

Cara Choi Jung Soo mengolah informasi tetap sulit diterima Kim Roksu. Pria yang lebih tua menggeleng masih tak habis mengerti.

Namun, pria itu justru mulai berdehem sambil menunjukkan layar ponsel. "Sejujurnya, dibanding para target, aku lebih tertarik pada protagonis wanitanya. Kau harus lihat visualnya. Dia definisi keindahan sesungguhnya."

Kim Roksu sedang meneguk soju dalam gelas sembari sudut matanya melirik tampilan tokoh wanita yang ditunjukkan padanya. Diakuinya, visualnya memang cantik.

Wanita itu berambut pirang panjang serta memiliki mata biru yang cerah. Kulitnya putih dengan sepasang kaki jenjang dan tubuh yang ramping. Tanpa sapuan make up, dia sudah terlihat manis dengan senyum tipisnya serta sorotan mata yang dalam.

"Hannah kesayanganku tampak memukau, kan?" Choi Jung Soo tersenyum bangga seolah tengah memamerkan putrinya sendiri.

"Kau serius bertanya itu padaku?"

Choi Jung Soo mengabaikan balasan bernada malas itu, ia tetap dengan semangat menunjukkan lebih banyak wajah. "Kau tahu, tidak hanya itu, teman-temannya semua sangat cantik. Lihat, Witira sangat menawan, Rosalyn begitu anggun dan ketangguhan Litana juga amat memikat. Omong-omong, aku suka sekali warna kulit tan Litana, tidakkah dia lebih terlihat seksi dengan kulit gelapnya?"

Kim Roksu tidak tahan mendengar ocehan pria itu lebih lanjut. Ia lekas berdiri setelah mendelik tajam pada sahabatnya. "Aku sarankan kau pergi ke ruang kesehatan, kurasa ada yang benar-benar tidak beres di kepalamu."

Baik dulu hingga ketika dia bereinkarnasi, argumennya masih belum berubah.

"Orang yang membuat gim itu pasti punya hubungan romansa yang mengerikan." Sebab isi gimnya penuh dengan halusinasi tiada batas.

[ PIECE OF HEART ]

Pikiran Cale terus mengembara sampai dia tidak menaruh banyak fokus atas penjelasan sang Mentor di depan kelas. Beruntung bahwa Kuliah Umum ini berlangsung seminggu penuh jadi untuk hari pertama, Eruhaben hanya memberikan beberapa pengantar umum yang masih dalam cakupan pengetahuan Cale.

Saat Eruhaben menutup pertemuan dengan menyatakan dia akan membuka sesi tanya jawab esok, Cale lekas berdiri dan bergegas menghampiri pria itu. Ia berlari kecil, agak cemas kalau protagonis wanita mendekatinya. Sebisa mungkin, ia menempel erat di sisi Eruhaben.

Sikap defensifnya yang tak biasa tentu memicu keheranan pria yang lebih dewasa. Beruntung, tak ada komentar lebih jauh. Eruhaben berpendapat sederhana jika anak ini belum terbiasa di keramaian.

Kalau boleh berargumen jujur, Cale cukup lelah karena kemarin di luar dugaannya, Eruhaben rupanya sangat sibuk. Sebagai murid magang yang dituntut memahami jadwal sang Mentor, Cale harus banyak bersabar, dia mau tak mau menyeret langkah mendampingi pria itu walau kakinya sudah menyerukan penat luar biasa.

[BL] Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang