Fragmen 2: Anak Jenius

1.6K 292 24
                                    

Tepuk tangan! Akhirnya ada yang berhasil setelah dua hari! Aku double update langsung malam ini sesuai janji setelah ada yang berhasil nebak dengan benar! <3

Terima kasih untuk semua pembaca yang selalu meninggalkan jejak. Komentar kalian semua selalu jadi penghibur dan penyemangat terbaik untukku.

Happy reading!

.

.

.

Jour baru saja melepaskan mantel merahnya sewaktu ketukan terdengar datang dari arah pintu kamar. Di kediaman ini, Jour adalah satu-satunya orang yang tidak terbiasa bergantung pada teknologi. Walau pintunya bisa saja ia perintah terbuka otomatis, Jour tidak melakukannya. Wanita dewasa yang masih tampak seakan usianya menginjak awal dua puluh membuka pintu kamar secara pribadi. Senyumannya lekas merekah mendapati sosok Violan di sana.

Buru-buru Jour meraih tangan saudarinya dan mengajak wanita itu masuk. Ia tak banyak khawatir soal kesopanan sebab bulan ini suaminya tidak akan pulang ke rumah. Deruth sedang tenggelam dalam kesibukan, sesekali hanya bisa menghubungi keluarganya lewat terminal hologram.

"Apa ada hal yang Kakak butuhkan?"

Usia Violan setahun di atas Jour membuat posisi Violan spontan menjadi kakak setelah mereka menjalani sumpah saudara.

Violan tak segera menjawab. Dia duduk di kursi lebih dulu. "Ada hal serius yang ingin kubicarakan."

Dengan demikian, Jour ikut duduk di hadapannya. Serius atau tidak, wajah Jour masih digurati senyum. Violan yang memaku lekat saudarinya bisa menyadari jika wajah Cale persis layaknya duplikat Jour. Tidak hanya mata serta rambut yang sewarna, bentuk alis hingga bibirnya pun sangat serupa sampai-sampai Violan berpikir jika karakter anak itu sedikit ceria, mungkinkah guratan senyumnya juga akan sehangat Jour?

Violan mengerutkan kening, meragu. "Apakah kau tahu kalau putramu itu jenius?"

Jour berkedip kemudian mengangguk. Wanita berambut merah yang kini diikat satu spontan tertawa. "Apa Kakak akhirnya menyadari kalau bocah kecil itu tidak biasa?"

"Awalnya memang kupikir dia sedikit istimewa. Sejak pertama kali bertemu, sikapnya terlalu dewasa tak seperti anak-anak seusianya."

Kematangan emosional Cale bahkan tak bisa dideskripsikannya dengan kata-kata yang jelas. Anak itu terlalu tenang, peka serta sangat paham pikiran orang dewasa. Selama dua tahun merawatnya, Violan tidak pernah menemui Cale merajuk. Tidak pula anak laki-laki itu pernah memberontak. Sesekali dia hanya akan melewatkan jadwal makannya tetapi setelah diberi teguran sekali, Cale tidak pernah mengulang kesalahan yang sama. Jika dia melakukannya, maka dia pasti punya argumen kuat seperti hari ini.

Jour terkekeh, ia sangat terhibur. Wanita itu mulai menebak-nebak tindakan putra tunggalnya sampai membuat Violan terkejut begini.

"Apa yang dilakukan Cale kali ini? Apakah dia lagi-lagi memainkan sistem AI rumah dan mengubah pengaturannya? Atau mungkinkah dia bereksperimen membongkar senjata kristal dan merakitnya ulang? Ah, tapi itu tidak mungkin. Aku sudah menyuruh Kepala Pelayan Hans untuk mengunci gudang senjata."

Violan terdiam tak mampu berkata-kata saat satu per satu kalimat saudarinya jatuh dengan ringan.

Jour terus bergumam, "Tapi rasa penasaran bocah itu sulit diatur, jangan-jangan dia sudah berhasil membobol keamanan gudang senjata dan mencuri salah satu senjata kristal dari sana?" Jour membulatkan mata, menemukan dugaan yang paling mungkin dilakukan putra kecilnya.

[BL] Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang