Fragmen 13: Luapan Emosi Eruhaben

893 194 22
                                    

Cale memekik terkejut sebelum tubuhnya dihempaskan jatuh ke atas permukaan yang empuk. Jantungnya berdegup kencang. Spontan, naluri pertamanya adalah menarik pistol dan pedang yang sudah terikat dengan dirinya. Tangan kanan kini memegang pedang sedang tangan kiri terulur waspada. Cale duduk di atas sebuah permukaan lembut yang disadarinya merupakan jamur berwarna putih sebelum menyisir sekitar dengan raut bingung.

"... Bawah tanah?"

"Cale!"

Seruan yang akrab menarik atensi Cale. Di bawah, berdiri sosok kucing berbulu abu-abu.

"On!" Cale tidak peduli pada ketinggian saat dia buru-buru mengembalikan senjatanya ke dalam dirinya dan melompat ke bawah. Beruntung akar-akar tipis dari jamur putih itu mengurangi dampak jatuhnya.

On lekas melompat ke pelukan Cale. Kucing kecil itu meringkuk di dalam dekapan kontraktornya. "Aku takut, nyan. Aku kira tidak bisa bertemu denganmu lagi."

Selintas kemarahan yang tadinya menguapi dadanya saat dia kelelahan, kini berganti kelegaan. Cale memeluk erat kucing mungil itu. Sebagai Kontraktor, dia bisa merasakan kedekatan yang tidak bisa digambarkan dengan setiap Spiritnya.

"Tidak apa, aku sudah di sini," bisiknya mengusap bulu abu-abu yang berdebu. "Kau baik-baik saja, kan? Tidak ada yang terluka? Mana Hong?"

Kucing kecil itu semakin mengubur wajahnya sewaktu ditanyai. "Hong ... aku terpisah dengannya. Aku sudah mencarinya tapi aku tidak bisa menemukannya," ujar On terdengar sedih.

"Kami pergi tak jauh dari rumah. Saat itu Hong bilang dia menyaksikan seekor burung yang lenyap ketika mematuk cacing di tanah, jadi Hong berlari spontan ingin memeriksanya. Aku menyusulnya tanpa pikir panjang. Kupikir itu hanya halusinasinya saja tapi kami juga dihisap masuk! Saat tiba di sini, aku tidak melihat adikku lagi ... aku tidak tahu di mana dia. Aku sudah berkeliling mencarinya bahkan mencoba mengirimkan sinyal bantuan padamu kalau kami dalam bahaya tapi aku tidak bisa menggapaimu sama sekali, ikatan kita seakan diputus!"

Cale dengan tenang mendengarkan cerita panjang Spirit kucingnya. Semua penjelasan itu menerbitkan banyak sekali pertanyaan baru dalam benak Cale.

Eruhaben tidak pernah memperingatkannya tentang lubang hitam yang sewaktu-waktu bisa menghisap makhluk hidup ke bawah tanah. Kalau benar ada hal berbahaya seperti itu di Pulau Hujan, mustahil Mentornya tidak mengatakan apa pun. Kecuali, insiden ini juga baru terjadi belakangan dan di luar pengetahuan Eruhaben.

Jika benar begitu, maka sekarang situasinya jadi semakin rumit.

"Pertama, ayo kita temukan Hong dulu," ujar Cale menatap lekat pada anting di telinga On.

"Bagaimana ... caranya?" Harapan kembali memenuhi sepasang mata emas On yang tadinya redup.

Tangan Cale menyentuh anting yang diberikan ayahnya. "Anting ini dilengkapi sistem pelacak." Berbeda dengan benda elektronik lainnya, anting milik On dan Hong dibuat dengan bahan kristal monster. Selama ada energi Awaken, dia bisa saja mengaktifkan benda itu. Cara kerjanya pun sama seperti senjata.

Setelah Cale mengaktifkannya, anting itu segera berubah warna. On lekas mengangkat kepalanya saat dia merasakan telinganya bergerak ke arah tertentu. Tanpa kata lain, kucing berbulu abu-abu itu melompat turun lalu berlari mengikuti ke mana anting itu menuntunnya.

Cale memang lelah, sayangnya ia tak bisa menghentikan antusias On. Anak laki-laki itu cuma bisa melampaui batasnya sendiri untuk kembali berlari mengejar sebelum On hilang dari pandangannya.

Ruang bawah tanah itu berkelok-kelok seperti labirin. Arahnya begitu rumit. "Siapa yang menciptakan tempat semacam ini?" gerutu Cale mengeluh. Keringat mulai terbentuk di keningnya.

[BL] Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang