Fragmen 12: Dering Bahaya

904 191 18
                                    

Keluhan Cale tidak bertahan lama. Saat ini tubuhnya mungkin saja tak terbiasa tapi gaya hidup bisa diubah. Ia percaya jika semuanya sisa persoalan waktu untuk membiasakan diri dengan kehidupan barunya. Lagi pula, kalau ada hal yang bisa dibanggakannya maka Cale akan menyatakan bahwa adaptasinya selalu melampaui bayangan siapa pun.

Dibandingkan semua kesulitan yang sudah dilaluinya dalam kehidupan lalu, saat ini hidupnya masih terhitung digelimangi kenyamanan.

"Tidak masalah, aku hanya butuh waktu membiasakan diri," batin Cale tidak ambil pusing.

Anak itu tanpa sadar berpikir, mungkin tidak ada salahnya mulai mengatur jadwalnya untuk lebih sering beraktivitas dibanding biasanya. Terlalu banyak hal di pulau ini yang sayang dilewatkan. Dia berniat suatu hari meluangkan waktu berkeliling untuk menikmati keindahan pulau.

Jaguar hitam milik Litana ikut mendampingi tuannya sebab jamuan itu tidak diselenggarakan dalam kediaman melainkan belakang rumah Walikota. Saat Cale tiba, suasana riuh sudah memenuhi halaman belakang.

Cale merasa dia seolah kembali di zamannya ketika tinggal di Bumi. Tidak ada barisan android yang menjadi perpanjangan tangan manusia, kehidupan sepenuhnya disokong oleh gotong royong. Masakan disajikan di meja-meja panjang, menguarkan aroma menggugah selera. Tiang-tiang kayu berdiri menjadi penopang lampu kristal, menciptakan penerangan lembut. Pun, bangku-bangku yang tersedia juga terbuat dari kayu sedang taplak mejanya terbuat dari kain tenun.

"Muridku, kemari." Eruhaben memanggil selekas menemukan sosok Cale akhirnya tiba.

Pria itu mengulurkan tangan merangkul bahu murid kecilnya sembari mengenalkannya pada seorang pria berambut hitam yang memberi Cale perasaan samar bahwa pria itu begitu mirip dengan Litana.

"Ini adalah muridku yang akan mendampingiku untuk tiga tahun ke depan," ujarnya tenang.

Cale membungkuk kecil lantas memperkenalkan diri dengan sopan, "Saya Cale Henituse dari negara Roan."

"Tidak perlu bersikap terlalu sopan, Nak. Buat dirimu nyaman dan anggap saja pulau ini seperti rumahmu sendiri." Pria berpakaian putih tertawa ramah. "Suatu kehormatan besar bagiku berkesempatan melihat Tuan Eruhaben mengangkat seorang murid."

Eruhaben menggeleng pelan. "Kau terlalu berlebihan."

"Bagaimana mungkin ini berlebihan? Tentunya ini adalah hal yang patut dirayakan!" Pria itu yang memegang sebotol alkohol tak segan menuangkannya lagi ke dalam gelas kosong dalam genggaman Eruhaben. "Hidup manusia terlalu singkat, Tuan. Setiap detik perlu diiringi rasa syukur."

Pria yang Cale tebak sebagai Walikota sekaligus ayah kandung Litana kini menghela napas dramatis.

Walikota berkata prihatin, "Usiaku semakin pendek, tidak banyak di dunia ini yang tersisa untuk diharapkan. Selain melihat putri tunggalku menjadi dewasa dan mampu memilih jalannya sendiri, aku dengan tulus mengharapkan kebahagiaan Anda," ungkapnya pada Eruhaben tululs.

Cale melirik wajah Eruhaben. Komentar Walikota entah bagaimana memberi atmosfer berat di udara. Namun, mungkin cuma perasaannya saja karena Eruhaben masih tidak tergoyahkan sama sekali.

Pria berambut pirang panjang yang malam ini dibiarkan terurai di punggungnya hanya memandangi muridnya tenang. Diberinya perintah pada Cale tanpa mengidahkan perkataan Walikota.

"Pergilah nikmati hidangan yang tersedia."

"... Baik."

Cale tidak berani membantah. Selain itu, perutnya memang sudah menggeram lapar. Saat Cale berbalik dan menjauh, tak sengaja ia bisa mendengar Eruhaben akhirnya menanggapi kalimat Walikota.

[BL] Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang