11. Rayuan perempuan gila

1.5K 56 7
                                    

Rembowruby

— Don't copy paste anything from here—

Tertawan hati- awdela

kiss dulu untuk 5825 kata 😚🧚🏼‍♀️

"Mempunyai rumah untuk pulang adalah anugrah terbesar"

***

Lelah. Kata itu langsung terlintas begitu pikirannya mulai menyapa pagi. Terasa berat, seakan ingin menyerah pada semua hal. Lelah dengan kegagalan yang berulang, lelah dengan nasib buruk yang seolah tak mau pergi. Hari-harinya habis untuk bertarung dengan perasaan itu, tapi semakin dilawan, semakin habis juga tenaganya.

kebahagiaan? apanya bahagian jika satu persatu miliknya diambil, direbut secara paksa meninggalkan ia dengan jejak-jejak air mata. Dengan rasa pedih hingga terus memukul-mukul dada lalu berlari dengan kaki telanjang mencari-cari dimanakah sumber cahayanya. Dia seperti terlempar ke lautan darah yang dingin dan dalam. Sendiri. Tak ada tangan yang terulur, tak ada yang berusaha menyelamatkan. Dia mencoba bertahan, berjuang sekuat yang dia mampu. Tapi kenyataan begitu keras. Lautan itu begitu kejam, menyeretnya ke dasar tanpa ampun. Gelap, dingin, dan sunyi.

Dan hari ini, semuanya mencapai puncaknya. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia, berubah jadi mimpi buruk. Di tengah sorak-sorai tamu undangan, Kaisar – calon suaminya – menghilang tanpa jejak. Vici berdiri di podium, mengenakan gaun pengantin yang memukau, tapi hanya ada kehampaan di hatinya. Ratusan pasang mata menatap, sebagian penuh kasihan, sebagian lagi menyimpan cibiran.

Kesempurnaan yang dulu dia banggakan kini terasa seperti lumpur kotor, menyebarkan bau busuk yang membuat semua orang menjauh. Apa lagi yang tersisa? Vici menahan air matanya, tapi dada ini rasanya sudah terlalu penuh. Dia ingin berteriak, ingin kabur dari semua ini. Tapi kaki itu terlalu lemah untuk melangkah, seolah menancap ke panggung penuh hinaan ini.

Begitulah rasanya saat ratusan pasang mata menatap tanpa berkedip, seakan menelanjanginya. Di sana, di atas panggung itu, Vici merasa semua rasa sakit dan malu menyerangnya sekaligus. Tidak ada tempat bersembunyi, tidak ada cara untuk menghindar.

Semua penantiannya selama ini, semua cinta dan usaha yang dia curahkan untuk Kaisar, kini terasa sia-sia. Cintanya diinjak-injak begitu saja. Yang dia dapatkan bukan kebahagiaan, melainkan rasa kecewa yang begitu besar. Dan tatapan orang-orang di sekitarnya tidak membantu. Mereka seperti hakim tanpa belas kasihan, menghakimi diam-diam.

Vici terdiam. Apa salahnya? Apa dosa yang pernah dia lakukan sampai dihukum seberat ini? Beban itu terlalu besar. Pundaknya tak cukup kuat untuk memikul semua ini sendirian. Semua bermula dari kabar buruk itu. Fiera, adik Kaisar, mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke pernikahan mereka. Tanpa pikir panjang, Kaisar langsung berlari meninggalkan Vici, tanpa satu pun penjelasan. Di sana, Vici berdiri sendiri. Tamu-tamu masih ramai, tapi dia merasa seperti terisolasi di tengah keramaian. Dia ditinggalkan begitu saja. Kaisar bahkan tidak menyadari, tindakannya itu menghancurkan seseorang.

Orang tua mereka, Bahar dan Siska, juga tidak sempat melihat ke arahnya. Mereka sibuk bergegas, ikut pergi tanpa sepatah kata. Vici seperti berada di tengah ruangan yang perlahan berubah gelap. Hampa. Tak ada yang tersisa, kecuali Fara. Dari kejauhan, Fara hanya bisa menatap Vici sambil menangis pelan. 

Di sisi lain, orang tua Kaisar mencoba menenangkan tamu undangan. Mereka meminta agar semua orang bersabar, bahkan memohon kepada Vici agar tetap menunggu. Mereka berkata acara pernikahan akan tetap dilaksanakan, bahwa ini hanya soal waktu. Tapi apa gunanya semua itu? Hati Vici sudah hancur berkeping-keping. Gaun putihnya kini terasa seperti belenggu, membungkus tubuh yang penuh luka, memaksanya tetap berdiri di tengah panggung kehinaan ini.

Don't Say [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang