12. Family Time

227 22 1
                                    

Libur panjang, seharusnya mereka gunakan untuk berlibur bersama orang terdekat. K selaku yang tertua tentu saja selalu mengusulkan ide-ide berlibur setiap tahunnya dan akan disambut antusias oleh seluruh Adiknya.

Namun, tahun ini berbeda. Mengingat kondisi si bungsu yang tak lagi sama seperti tahun-tahun sebelumnya membuat mereka harus berpikir dua kali sebelum membuat keputusan untuk berlibur jauh ke luar.

"Capek."rengek Maki sambil kedua tangannya bergelayut di lengan Harua dan Taki yang mengapit tubuhnya.

"Duduk dulu aja di depan sana ayo."tangan Taki yang tidak digandeng oleh Maki mengusap rambut Adiknya yang sudah basah oleh keringat itu pelan.

Sedangkan Kakaknya yang lain berjalan di belakang mereka sekaligus memantau kelakuan 3 bungsu itu.

"Bungeoppang!"Maki memekik senang sambil menarik tangan Harua dan Taki.

"Kamu mau?"tanya Harua yang dijawab antusias oleh Maki.

"Kak K!"panggil Taki sambil menoleh ke belakang dimana K dan yang lain berjalan tak jauh dari mereka bertiga.

"Kenapa?"

"Bungeoppang."

"Kalian mau?"tanya K dan tentu saja mereka bertiga mengangguk semangat. Padahal tadi yang mau cuma Maki.

K pun segera membeli apa yang ketiga Adiknya itu inginkan, tentu saja bukan hanya untuk mereka tapi Adiknya yang lain pun juga ia belikan.

Makanan kesukaan sepupu mereka itu juga menjadi favorit Maki akhir-akhir ini.

"Sini duduk, habis ini langsung pulang aja ya."titah K sambil mengoper Bungeoppang ke Adik-adiknya.

"Iya udah capek juga."jawab EJ.

Mereka duduk melingkar di rumput taman, bersama dengan beberapa orang yang juga sedang beristirahat.

"Ugh."Maki menekan dadanya saat rasa nyeri itu kembali datang, berpura-pura membenarkan baju agar tidak ada yang tahu.

Maki tidak bodoh untuk mengetahui bahwa dirinya memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Sedikit banyaknya ia masih bisa mengingat jika beberapa tahun silam penyakit yang sama pernah kembali hinggap di tubuhnya. Maki juga tahu bahwa penyakit ini sudah ada sejak ia dilahirkan. Dan mungkin ia hanya tinggal menunggu waktunya saja.

"Ayo pulang."

***

"Nggak lagi ah lari pagi."gumam Taki.

"Ey, bukannya tadi kamu yang semangat banget ngajaknya?"tanya Yuma, bermaksud menggoda Adik bungsu K tersebut.

"Enggak ah, Kak Harua tuh yang semangat banget."elak Taki.

"Fitnah-fitnah!"bantah Harua yang duduk di samping kiri Yuma.

"Fakta."

Harua yang kesal, mengambil bantal lalu memukul kepala belakang Taki yang duduk di samping kanan Yuma, tentu saja tangannya terulur lewat belakang Yuma agar Taki tidak tahu.

"Aww, Kak Rua KDRT."

"Biarin wlee."

Yuma pusing, tolong. Lebih baik pergi mandi aja daripada jadi korban kekerasan mereka nanti.

"Berisik!"Maki mendudukkan dirinya di antara Harua dan Taki membuat keduanya langsung terdiam.

Ampuh juga ternyata cara ini, 1 kata yang berhasil membungkam mulut cerewet Harua dan Taki, cuma berlaku buat Maki tapi sepertinya.

"Wahh Adek udah wangii."Harua mendekatkan wajahnya ke leher Maki diikuti Taki yang ikut mencium wangi si bungsu. Sengaja menggoda agar Maki kesal.

"Ih sana jauh-jauh kalian bau."tangan mungil itu mendorong kedua Kakaknya, yang bukannya menjauh malah memeluk Maki erat. Pengap, tolong.

"Lepasin!"

"Enggak mau, salah siapa masuk kandang serigala."kata Taki yang semakin menyelusupkan kepalanya ke leher Maki begitupun Harua, katanya sedang menikmati momen-momen terakhir sebelum Maki tumbuh besar, mumpung badannya masih mungil, enak dipeluk.

Hening beberapa saat sampai suara Maki terdengar.

"Akh."sontak, Harua dan Taki langsung melepaskan pelukan mereka, melihat Maki yang menunduk dengan tangan mencengkeram dadanya.

"Maki?"

"Kamu kenapa?"

Maki mengangkat kepalanya saat mendengar suara panik itu lalu tersenyum nakal ke kedua Kakaknya, berdiri dengan cepat lalu berlari ke dapur meninggalkan Harua dan Taki yang diam tak berkutik.

"MAKI!"

"Hahaha."

"Kamu apain mereka?"tanya Fuma begitu melihat Maki tertawa bahagia memasuki dapur bersamaan dengan suara teriakan itu.

"Mereka jahil duluan kok."sanggah Maki.

Fuma tersenyum hambar, Fuma kan cuma nanya tapi jawaban tak sesuai pertanyaan.

"Yang lain kemana?"tanya Fuma lagi.

"Ya nggak tau kok tanya Maki."jawab Maki sambil mengendikkan bahunya.

Fuma sabar, Fuma ganteng.

"Huhh untung masih kecil jadi selamat."gumam Fuma sambil melanjutkan acara memasaknya bersama Nicholas yang sedari tadi menyimak sambil sesekali menertawakan Kakak sulungnya itu.

"Yaudah Maki mau ke kamar dulu, panggil kalau udah siap."Maki bergegas menuju ke kamarnya sebelum ada yang bertanya, tak lupa mengunci pintu segera setelah sampai. Tubuhnya luruh di balik pintu.

Nyatanya, suara kesakitannya beberapa waktu lalu bukan hanya sebuah drama namun nyata adanya.

SEE YOU NEXT CHAPTER

Our Live || &TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang