#20

179 22 4
                                    

"Bagaimana kondisinya?" Sachio bertanya pada dokter yang baru saja keluar dari ruang inap Yara.

"Minuman apa yang ia minum sebelumnya?" Dokter itu balik bertanya.

"Ia meminum bir dari seorang teman" jawab Todoroki dengan cepat. Ia memang sempat melihat Yara beberapa kali masih meneguk bir yang di berikan Riyoki padanya.

"Apakah sebelum pingsan ia memberikan reaksi berlebihan? Seperti kepanasan, rasa sesak atau semacamnya?"  Tanya dokter lagi.

"Tidak sama sekali, ia memang beberapa kali hampir kehilangan kesadarannya. Tapi ia sangat tenang" Jelas Yuken.

"Pengendalian dirinya bagus, seseorang memberikannya obat perangsang. Tapi syukurlah ia menahan reaksi gila dari obat itu" Ujar dokter.

"Obat perangsang?" Sachio memasang wajah cemberut setelah mendengar penjelasan dokter.

"Apa hubungan kalian dengan pasien? Kalian yang memberikan obat itu padanya?" dokter tampak curiga dengan para pemuda didepannya ini. Masing-masing di antara mereka memiliki beberapa perban luka, dan bekas-bekas luka yang tidak di tutup.

"Kami adalah kakaknya, mana mungkin kami melakukan hal itu" Todoroki terkekeh mendengar asumsi dokter.

"Ahh syukurlah, dia sudah sadar kalian bisa menemuinya" dokter langsung berbalik dan pergi ke ruangannya.

"Apa maksudnya obat perangsang?!" Sachio berujar dengan nada membentak sambil menatap Yuken dengan marah.

"Obat yang digunakan untuk merangsang keinginan untuk melakukan hubungan seks" Yuken menjelaskan, ia tidak takut dengan tatapan Sachio padanya.

"Siapa?! Aku akan membunuhnya" Sachio berbalik hendak pergi dari sana tapi Todoroki menahan pemuda itu.

"Semua sudah selesai, Fujio sudah menyelesaikan"

"Rahasiakan dari Murayama, kalau tidak mau anak itu mati" Sachio langsung melangkah masuk ke dalam ruang inap Yara.

( ・ั﹏・ั)

"Ini belum kadaluarsa kan? Sudah ku makan tapi tetap saja... Tidak berubah" Yasushi berdiri didepan Win sambil memakan mie yang baru Win masak untuk mereka. Mengingat sebelumnya Yasushi tidak berhenti memegangi perutnya akibat mie kadaluarsa yang Win berikan untuk mereka.

"Tidak berubah" Ujar Win.

"Jadi sudah kadaluarsa?!" Yasushi berujar dengan panik.

"Tentu saja tidak doboh, kau yang tidak berubah!!" Win berteriak ke arah Yasushi.

"Kau bilang apa tadi?!" Kiyoshi berujar dengan nada kaget sambil melotot ke arah Nakazima dan Nakagoshi.

"SMA Perempuan Meiwa baru saja mengirim undangan kencan gabungan" Ujar Nakagoshi lagi dengan lebih bersemangat.

"Woahhh" Fujio yang sedang menikmati mienya berseru dengan penuh semangat.

"Aku dan Nakazima sudah pasti pergi, sisanya hanya 4 orang!"

"Tsukasa-san kau tertarik?" Nakazima berujar dengan nada bercanda.

"Maka ia akan mati" Yara berujar sambil berjalan memasuki rooftop.

"Yara-san?! Kau baik-baik saja?!" Jamuo menghampiri Yara yang berdiri dengan kedua di dalam saku jaketnya.

"Heii hentikan, pawang singa sudah datang" Kiyoshi memukul pelan kepala Nakazima.

"Sayang kau disini, bukankah kau harus istirahat?" Tsukasa meletakan piringnya dan dengan cepat meminum air lalu menghampiri Yara.

"Wohoho sayang, huekk" Tsuji merasa muak dengan kebucinan Tsukasa pada Yara.

We Are All Fighter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang