#12

187 25 0
                                    

     

       Yara duduk di rooftop sambil memainkan gitarnya. Perasaannya cukup kacau belakangan ini. Kepalanya cukup pening ia minum terlalu banyak tadi malam di white rascals.

      "Kenapa sendiri saja?" Tsukasa menghampiri Yara. Yara tidak menjawab, ia masih jengkel dengan Tsukasa.

       "Kau marah?" Tsukasa berjongkok didepan Yara. Yara tidak peduli, sungguh ia tidak peduli. Tsukasa bersikap seperti ini saat hanya berdua sedangkan dia sangat berbeda saat ada para gadisnya yang beberapa kali Tsukasa bawa ke Oya Kou.

       "Yara" Tsukasa menahan tangan Yara yang terus memetik senar gitar.

        "Pergilah mood ku sedang buruk" Yara menghela nafas panjang.

        "Kau pergi ke club tadi malam? Mau pergi mencari sup pegar?" Tsukasa masih berusaha menarik hati Yara. Ia bisa melihat dari mata Yara yang tampak lelah.

        "Berhenti pura-pura peduli, menyebalkan" ahhh Yara bergelut dengan perasaannya sendiri, Yara itu gadis cengeng.  Itulah faktanya. Yara tidak pandai menyembunyikan perasaannya didepan orang terdekatnya.

         "Hei aku tau kau tak bisa marah padaku" Tsukasa berdiri dan mendekatkan wajahnya ke arah Yara. Yara memalingkan wajahnya, kalau ia menatap mata Tsukasa mungkin saja ia akan luluh.

          Yara berdiri sedikit mendorong tubuh Tsukasa.

        "Jangan seperti itu pacarmu akan marah"  Yara menatap ke arah Asura yang berdiri di pintu.

         Ia menepuk pundak Tsukasa dan berjalan melewati pemuda itu.

        "Kami tidak punya hubungan" Ujar Tsukasa tapi saat ia berbalik ia hanya mendapati Asura, Yara sudah nihil.

         "Apa maksudmu?" Mata Asura sudah berkaca-kaca.

          "Itu kenyataannya" wajah Tsukasa yang sebelumnya rileks berubah menjadi datar. Ia memasukan tangannya ke saku celananya dan berjalan melewati Tsukasa.

          "Kasa, jangan bicara seperti itu" Asura menggandeng lengan Tsukasa dengan manja.

           "Jangan panggil aku seperti itu, aku sudah bilang beberapa kali" Tsukasa membiarkan Asura bergantungan dengan manja di lengannya.

•••••

           "Onissan!!" Yara berteriak dari dalam kamarnya.

          "Apa?!" Dua pemuda yang sedang bermain PS diruang keluarga itu ikut berteriak dengan fokus mereka ke layar TV.

         "Tamuku datang, aishhh" Ujar Yara dengan nada suara lemas. Kedua pemuda itu yakni Murayama dan Todoroki langsung melepas stick PS mereka. Dengan cepat mematikan TV, Todoroki berlari ke dapur dan langsung mencuci tumpukan piring di wastafel.

         "Yara sayang~ kau ingin sarapan apa?" Murayama berdiri didepan kamar Yara dan berujar dengan lembut.

         "Aku mau omelet saja, tolong belikan pembalut" Yara keluar dari kamar dengan wajah mengerut.

         "Aku akan membuatkan omelet untukmu, Murayama pergilah" Todoroki membuka kulkas dan mengambil dia butir telur untuk di masak.

        "Ya baiklah!" Murayama dengan cepat berjalan keluar rumah tak lupa mengambil dompetnya di atas meja.

        "Kau mau rasa apa?" Tanya Todoroki pada Yara yang membuka kulkas untuk mengambil minuman.

         "Memangnya telur itu rasa apa? Rasa telur lah" Yara berujar dengan alis mengerut. Yang benar saja Todoroki benar-benar bodoh.

We Are All Fighter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang