Semuanya bermula beberapa bulan yang lalu setelah perkelahian antara Oya Kou bersama Housen melawan Kidra. Yara yang tanpa sengaja menghirup begitu banyak asap beracun yang adalah limbah dari pembuatan narkoba.
Yara kira semuanya selesai setelah ia melewati masa kritisnya. Tapi ternyata tidak sampai di situ. Ia menerima informasi yang cukup menggoyahkan mentalnya. Ternyata kanker telah menyebar dalam tubuhnya cukup lama. Menyumbat pembuluh darahnya.
Tapi ia tak pernah menduga hal itu. Padahal selama ini dia tak merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya. Ia memang sering mimisan, tapi ia hanya mengira hal itu adalah hal biasa.
Setelah mengetahui berita itu barulah ia mulai sadar perubahan dari tubuhnya. Berat badan, benjolan yang selama ini ia pikir hanya sekedar akibat dari perkelahian yang ia ikuti. Ternyata semua itu adalah tanda-tanda bahwa ia tidak baik-baik saja.
Ia tetap menjalani harinya seperti tak pernah tak terjadi apa-apa. Ia tak berniat untuk melakukan pengobatan, hingga kedua kakaknya secara tidak sengaja mengetahui kenyataan yang disembunyikan oleh Yara. Sejak itulah ia mulai melakukan pengobatan dan berhenti meminum minuman keras dan merokok.
"Kenapa kau tak beritahu aku?" Murayama berlutut dibawah kaki Yara sambil tertunduk.
Pemuda itu memukul-mukul dadanya penuh penyesalan. Bisa-bisanya ia tak tahu kalau Yara sakit parah. Dokter juga tak bicara apa-apa tentang keadaan gadis itu. Seakan-akan memang sengaja disembunyikan.
"Untuk apa? Lihat aku baik-baik saja sampai sekarang" Yara berusaha meyakinkan Murayama bahwa ia baik-baik saja. Penyakit itu hanya sebatas sebuah sebutan yang mengganggu.
"Kau membuat aku lagi-lagi tampak gagal sebagai seorang kakak" mendengar ucapan Murayama itu, Yara hanya sanggup terdiam. Ini bukan hal sepele, penyakitnya ini mematikan. Tandanya ia akan meninggalkan Murayama, Todoroki, teman-temannya dan bahkan Tsukasa.
•••
"Buka mulutmu sayang" Yara mengancing mulutnya rapat-rapat. Ia benar-benar bosan dengan makanan rumah sakit, rasanya aneh dan tidak enak.
"Aku sudah kenyang" ujar gadis itu.
"Kau hanya makan dua suap, bagaimana bisa kenyang? Ayo makan lagi" walaupun ditolak Yara beberapa kali, Tsukasa terus berusaha membujuk gadis itu untuk makan.
"Yara!" Pintu kamar inap Yara terbuka, teman-temannya masuk satu persatu.
"Tebak kami bawa apa?" Tsuji dan Shibaman sambil mengangkat sebuah kantong plastik.
"Apa itu?" Mata Yara berbinar melihat kantong plastik yang dibawa mereka.
"Kari katsu" Shibaman mendorong tubuh Tsukasa menjauh dan duduk di kursi yang tadinya diduduki Tsukasa.
"Hei, jangan beri dia makan sembarangan" Tsukasa panik saat Tsuji meletakan katsu diatas meja makan didepan Yara.
"Buka mulutmu Yara" tanpa memedulikan ucapan Tsukasa, Shibaman mulai menyuapi Yara dengan kastu yang ia bawa.
"Eumm enak sekali" Yara tampak begitu senang saat Shibaman mulai menyuapinya.
"Kan, Tsukasa ini tak tau cara merawat orang sakit" Tsukasa tak sanggup berkata-kata lagi. Yara makan begitu lahap padahal lima menit yang lalu ia baru saja kalau ia sudah kenyang.
"Kau mau apa besok? Kami akan bawakan, lagipula pacarmu ini tidak berguna" Ujar Yasushi sambil mengupaskan buah pir.
"Apa maksudmu?" Tsukasa tidak terima dikatai seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are All Fighter
Historical FictionCoba bayangkan bagaimana seorang gadis masuk ke sekolah khusus laki-laki? Dan berhasil mengalahkan si petarung nomor 2 di sekolah tersebut? Ehh penasaran ya baca!!