#14

212 23 0
                                    

 


     "Jadi kau akan membiarkan Fujio melawan Rao?" Ujar Todoroki yang berjalan dengan kedua tangannya didalam saku celananya.

"Ya, sebelum itu aku ingin menyelidiki Rao" jawab Tsukasa yang berjalan di samping Todoroki. Mereka kini sedang di perjalanan menuju rumah Mercy.

"Memang sifatmu seperti itu" Todoroki sudah paham dengan situasi. Tsukasa yang tak akan membiarkan Fujio sembarangan melawan orang kalau orang itu tidak memberikan keuntungan apapun atau bahkan tidak sepadan dengan Fujio.

"Yara tidak mau buka mulut ya?" Yuken yang berjalan di sisi lain Todoroki bertanya.

  "Ahh benar juga, cukup terkejut ternyata temanmu itu orang ini?" Tsukasa menunjuk ke arah Yuken dan Todoroki bergantian.
  
"Ohh mairo~" Yuken melambaikan tangannya.

"Ya begitulah" Todoroki berbalik dan menatap pemuda yang belum lama ini menjadi teman dekatnya.

"Ya,, sebenarnya masuk akal sih"

"Bisakah aku mengandalkan mu"

"Tunggu sebentar, bisakah aku bertanya satu hal?" Ujar Tsukasa menghentikan keduanya.

"Bagaimana bisa kalian berteman?" Tsukasa nampak bingung.

"Aku belum bilang ya? Teman memancing" Todoroki menggerakkan tangannya seakan akan memegang pancing.

"Hah?" Tsukasa lebih bingung lagi.

"Ya benar sekali. Dan aku sering ke rumah mereka untuk menemui Yara" Yuken membenarkan ucapan Todoroki.

"Ha yang benar saja kalian berteman karna memancing, itu mengejutkan"

"Ahh sebenarnya kebetulan saja, aku bertemu dengannya hendak pergi memancing saat aku mengantar Yara pulang"

"Dia sama sekali tidak berbicara dan aku juga diam saja" ujar Todoroki. Friendship seperti apa ini.

"Intinya tidak banyak berbicara, itu cukup nyaman" Sambung Todoroki lagi.

"Sulit di percaya" Tsukasa menatap keduanya dengan aneh.

"Ini lihatlah" Yuken menunjukkan layar  ponselnya ke arah Tsukasa yang menampilkan foto dirinya san Todoroki di pinggir sungai.

"Sungguh tak terduga" Tsukasa menerima ponsel Yuken dari tangan pemuda itu dan menatap foto itu lebih dekat.

"Percaya atau tidak itu terserah kamu, sungguh Yara tidak cerita?" Todoroki cukuo bingung Tsukasa yang sepertinya kurang banyak informasi Padahal ia berteman dekat dengan Yara yang notabenenya adalah sumber informasi dari semua informan.

"Kami tidak dekat lagi sekarang, wahh sungguh di luar dugaan" Tsukasa berjalan mendahului Todoroki dan Yuken sambil menatap ponsel Yuken lebih dekat. Masih tidak percaya dengan pertemanan dua orang ini.

"Sampai kapan kau akan melihatnya, Heii kembalikan"

|
|
|
|

"Itu tempatnya" Yuken menunjuk sebuah apartemen kecil didepan mereka.

"Jika ingin tau tentang Rao, Mashii Takehiko a.k.a Mercy adalah orang yang tepat"

"Apa perlu aku panggilkan?" Yuken menawarkan diri untuk masuk dan memanggil Mercy.

"Tidak perlu, akan akan pergi sendiri ini masalah sopan santun" Tsukasa berjalan mendekati apartemen kecil itu. Ia berjalan hingga berhenti di sebuah kamar nomor 102.

Tsukasa menekan bel yang ada di samping pintu. Tapi bel itu tidak berfungsi ia lalu mengetuk pintu itu dengan pelan.

"Ahh ya ada apa?" Pintu terbuka keluar dan nampak Mercy dari dalam.

We Are All Fighter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang