Langit malam terlihat cerah hari ini, cahaya bulan keperakan menambah suasana sunyi yang cantik dan menenangkan. Angin berhembus perlahan, menciptakan suasana santai dan damai.
"Chuuya... Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Apa itu? Heh, tidak biasanya kau seperti ini. Apa ini salah satu ejekanmu lagi tentangku?"
Dazai menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Tidak... Tidak, bukan itu. Bisa di bilang ini sedikit serius."
Chuuya terdiam sejenak, ia semakin kebingungan dengan sikap Dazai yang suka berubah-ubah seperti ini. Ia sudah mengantisipasi segala hal yang akan terjadi. Haruskah ia melayangkan tinju kuatnya? Atau menendang perut idiot ini sampai ia muntah?
"Chuuya, aku... Aku mencintaimu, Chuuya."
Hening. Tak ada dari mereka yang berbicara, kesunyian menenggelamkan pikiran mereka. Dazai bernafas sedikit cepat karena gugup, jantungnya juga tak bisa tenang. Chuuya tak tahu harus menjawab apa. Apa yang harus ia berikan sebagai jawaban? Kenapa Dazai tiba-tiba seperti ini? Kenapa dia tiba-tiba menyatakan cinta padanya? Ini aneh. Apa Dazai mencoba metode bunuh diri lainnya dengan minum suatu obat mabuk, hingga pikirannya kacau seperti ini? Ah tidak... Chuuya tak sebodoh itu untuk memahami idiot ini.
"Dazai..."
"Ya?"
"Dazai, apa kau serius? Kau pasti bercanda, bukan? Ini tidak lucu, sialan."
"...."
Dazai tak merespon pertanyaan Chuuya, ia tertunduk diam dan tak tahu harus menjawabnya atau tidak.
"Dazai... Maaf."
"Hmm?"
"Maafkan aku... Tapi aku... Straight."
Hening kembali. Angin malam berhembus sedikit kencang, hingga Dazai merasa ingin terbang bersama dengan angin-angin itu.
"Ahahaha! Aku hanya bercanda! Jangan di anggap serius! Itu hanya lelucon semata. Kenapa kau menanggapi nya serius begitu?"
"Tunggu- apa?! Hei, jangan main-main denganku, bodoh!!"
"Apa, hm? Aku hanya bercanda, itu adalah salah satu candaan baruku! Kau mudah sekali di goda, karena itu aku mencobanya padamu, hehehe~"
Chuuya mengepalkan tangannya erat-erat. Apa maksudnya ini? Wajah itu... Wajah itu! Pria itu menggerakkan giginya karena kesal. Sudah terlalu sering ia melihat wajah biadab itu. Dazai mungkin bisa membodohi yang lain, tapi tidak dengan Chuuya.
"Dazai, apa kau-"
Terkutuk. Ponsel Dazai tiba-tiba berbunyi, ia segera merogoh saku celananya dan meraih ponselnya. Ada panggilan dari Hirotsu, ia tanpa ragu mengangkatnya dan berbicara.
"Ya, Hirotsu-san? Oh, begitu 'kah? Kalau begitu aku akan segera kesana. Bilang pada Mori-san aku akan segera tiba."
Dazai telah di panggil oleh Mori menuju ruangannya. Sepertinya ada pekerjaan baru lagi yang harus ia lakukan malam ini. Chuuya ingin mengutuk keegoisan nya sendiri, harusnya ia tak mengatakan itu.
"Aku harus pergi. Mori-san memanggilku."
Dazai dengan cepat berbalik dan berjalan masuk ke gedung markas Port Mafia. Chuuya hanya bisa terdiam disana, melihat Dazai yang perlahan menghilang di telan kegelapan.
Angin berhembus sedikit kencang, Chuuya menekan topi Fedora miliknya agar tak terbang bersama angin.*********
Keesokan harinya. Chuuya di panggil oleh Mori untuk menjalankan misi yang berada di luar Yokohama. Mori menyuruh Chuuya untuk mengawasi dan menyelidiki berbagai hal aneh yang terjadi disana. Ada banyak barang-barang di gudang persenjataan mereka hilang, Mori mendapatkan laporan dari mata-matanya bahwa pelakunya adalah karyawannya sendiri. Dan kali ini ia akan kembali mencuri saat jam satu siang nanti.
Chuuya membungkuk hormat pada Mori sebelum pergi dari ruangan. Kini Chuuya berjalan sendirian di lorong yang kosong itu. Lalu matanya melihat ke arah ruangan Dazai disana, entah kenapa kepalanya langsung menoleh begitu saja tanpa sebab.Chuuya mengintip sedikit dari balik celah pintu ruangan itu. Rupanya ruangan Dazai cukup rapi, ia tak menyangka hal itu karena tingkahnya yang berbanding terbalik. Pria berambut jingga itu menggelengkan kepalanya dan kembali fokus dengan misi.
*********
Dazai kini duduk di kursi kerjanya, ia tengah berkutat dengan lembaran putih yang menumpuk, sembari meraih kopi hangat dan menyesapnya sedikit. Lalu pulpennya terjatuh dari meja karena tak sengaja tersenggol. Dazai berdecak kesal dan menunduk meraih pulpennya. Dazai seperti merasakan kehadiran seseorang di depan pintunya, namun tak ada siapapun disana.
"Mungkin hanya perasaanku saja. Aku akan menemui Odasaku setelah ini!"
Dazai meraih jas hitam panjang miliknya dan menggantungnya di bahu. Ia membiarkan kertas-kertas itu berserakan di atas mejanya dan segera pergi dari sana untuk menemui Odasaku temannya.
*********
Waktu terus berjalan tanpa berhenti. Hari terus berganti dan berlalu begitu saja. Insiden Mimic yang menewaskan satu-satunya teman baik Dazai, yakni Odasaku, membuat seluruh Port Mafia sedikit terguncang. Bukan karena kematian Odasaku, melainkan karena menghilangnya Eksekutif Mafia termuda mereka, Dazai.
Dazai Osamu, seorang Eksekutif Mafia termuda dalam sejarah. Bahkan mendapat julukan Demon Prodigy dari orang-orang dan para musuhnya, kini telah menghilang tanpa jejak.
"Aku ingin posisi Dazai-kun tetap kosong. Aku tak berniat mencari pengganti untuk dirinya."
Mori membiarkan posisi Dazai kosong dan tak berniat mencari pengganti, sebab ia yakin bahwa suatu hari nanti Dazai akan kembali lagi ke dalam Port Mafia. Dan mungkin saja Dazai akan mengambil posisi kepemimpinan nya. Siapa yang tahu?
*********
Tangan terkepal begitu kuat seakan-akan tengah menggenggam dendam. Tanah pijakan di sekitarnya mulai retak karena tekanan. Tinju melayang ke arah tubuh salah satu anggota Mafia, hingga orang itu terlempar cukup jauh.
"Si bodoh itu... Benar-benar..."
Seluruh anggota Mafia itu terdiam, beberapa dari mereka menggigil ketakutan saat melihat pria berambut jingga itu marah. Kaki-kaki mereka terasa lemas dan seperti akan jatuh, keringat dingin juga terus keluar dan membasahi dahi mereka.
Chuuya berjalan kesana kemari, dengan kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam saku celana. Mulutnya terus-menerus mengeluarkan makian dan kata-kata pedas.
"Kenapa kalian belum bisa menemukannya?! Apa dia tak ada di container sialan itu?! Jawab!"
Seluruhnya terdiam dan nampak ragu-ragu untuk menjawab, nyali mereka seketika ciut saat Chuuya meninggikan suaranya. Hingga akhirnya salah satu dari mereka angkat bicara, walau ia nampak sangat gugup dan tak yakin Chuuya akan senang.
"M-maafkan kami, Nakahara-san... Kami sudah mencari Dazai-san kemana-mana. Termasuk tempat tinggalnya, tapi tetap kami tak menemukan jejak atau tanda-"
Chuuya melesat ke arah orang itu dan mencekik lehernya, giginya bergesekan sampai mengeluarkan suara. Sang pria memekik terkejut dan menahan sakit, berusaha meraup oksigen di udara.
"Agh- Nakahara...san!-"
"Kenapa kalian hanya mencarinya di sekitar Port Mafia saja? Dazai sialan itu tak mungkin disini! Dia pasti akan pergi jauh untuk bersembunyi!! Harusnya kalian tahu itu!"
"M-mohon maafkan... Saya!-"
Chuuya melepaskan cengkraman tangannya dari leher pria itu. Ia berbalik dan membenarkan posisi topi miliknya.
"Pergi dan cari dia lagi, sebelum aku menendang bokong kalian semua satu persatu hingga hancur. Cepat!"
Para anggota Mafia itu langsung berbalik dan lari tunggang-langgang seperti anjing yang di lempari batu. Sementara Chuuya berusaha menghilangkan kekesalannya, dengan memukul dan menendang kotak-kotak berbahan kayu dan besi hingga tak berbentuk.
.
.
.
.
.Haloo, ini cerita pertamaku tentang Soukoku! Tapi yang ini sedikit berbeda dari biasanya. Kalau di cerita kebanyakan Dazai jadi top/seme/dom, kalau Chuuya jadi bottom/uke/sub 'kaann?~
Kalau disini aku buat kebalikannya! Dazai yang sekarang ada di pihak bawah, sementara Chuuya di pihak atas. Kapan lagi liat Dazai ketindih? Hehehehe~Semoga para reader suka yaa! Terima kasih yang udah mampir dan coba baca. Mohon bersabar menunggu kelanjutan ceritanya, Author bakal usahain update setiap hari Jumat.
Byeee <( ̄︶ ̄)>
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Be Loved
RomanceDazai Osamu, seorang pria berusia 22 tahun yang bekerja sebagai Detektif di suatu kantor Agensi swasta di Yokohama. Nakahara Chuuya, pria yang usianya juga sama seperti Dazai, yakni 22 tahun. Berprofesi sebagai Eksekutif Mafia di suatu organisasi b...