Another Day

317 31 1
                                    

4 tahun berlalu.

Port Mafia berjalan dengan kesibukan seperti biasanya. Di sebuah ruangan, Chuuya, tengah memandangi jendela di ruangannya itu sembari menghela nafas lelah. Selama 4 tahun ini ia berusaha menemukan keberadaan Dazai, ia berusaha tak peduli, namun perasaan bersalah dan aneh selalu mengikutinya.

"Chuuya-san, maaf mengganggu waktu anda."

Seorang pemuda berambut hitam putih masuk ke dalam, ia membungkuk hormat dan kembali melihat ke arah Chuuya dengan tatapan tegas.

"Akutagawa 'kah? Jadi bagaimana?"

Chuuya berbalik dan menghadap Akutagawa, ia duduk di kursi kerjanya dan memangku dagunya dengan kedua tangannya. Akutagawa awalnya nampak ragu-ragu, namun ia menganggukkan kepalanya pelan.

"Sampai sejauh ini, saya dan rekan-rekan saya belum bisa menemukan keberadaan Dazai-san. Tapi saya akan terus berusaha untuk menemukannya, Chuuya-san."

Ucap Akutagawa dengan mantap. Ia mengatakan semuanya dengan sungguh-sungguh, karena Dazai adalah mentornya juga yang selama ini melatihnya. Chuuya menghela nafas kasar, ia mengacak-acak rambutnya sendiri, seperti orang yang frustasi.

"Baiklah, kau boleh pergi."

Akutagawa mengangguk paham dan segera pergi dari ruangan Chuuya, meninggalkannya sendirian disana. Chuuya mengepalkan tangannya erat-erat, menjatuhkan seluruh file dan dokumen dari atas mejanya. Ia menggeram dan berseru marah karena kekesalan yang memuncak.

"Kemana lagi aku harus mencarimu idiot?! Sialan... Kau benar-benar suka membuat hidupku tak tenang!"

Chuuya mengusap wajahnya dengan kasar, ia mengatur nafasnya perlahan agar kembali tenang. Pria jingga itu menggelengkan kepalanya. Ia beberapa kali sudah ikut turun tangan untuk mencari pria brunette itu, namun tetap saja, Dazai ahli dalam menyamarkan keberadaan nya dimana pun dan kapan pun.

Chuuya memutuskan untuk keluar dari markas dan jalan-jalan sejenak di pinggir kota, melakukan patroli sederhana di siang menjelang sore ini. Beberapa anggota Mafia yang kebetulan lewat di sampingnya membungkuk hormat. Chuuya tak mengindahkan itu, ia tetap berjalan menuju pintu keluar utama dan pergi dengan motor sport nya berwarna merah.

"Lebih baik aku menghirup udara sejenak, daripada aku terus-terusan memikirkan makarel itu."

***************

Chuuya mampir di sebuah cafe dan menikmati kopi dari rekomendasi kasir tadi. Ia melihat-lihat sekeliling dan terdapat banyak orang-orang yang berlalu lalang. Ada yang berjalan bersama dengan keluarga kecil mereka, ada sekelompok remaja sekolah yang baru saja pulang bermain, serta para pekerja yang ingin istirahat makan siang.

"Chuuya..."

Chuuya terkejut dan refleks menoleh ke belakang. Raut wajahnya tiba-tiba menjadi kesal dan mendesis tak suka. Ada pria berambut merah dari belakang yang memanggilnya, itu Tachihara.

"Tachihara sialan! Berapa kali aku harus memberitahumu? Jangan pernah memanggilku dengan nada seperti itu!"

Seru Chuuya tak suka. Tachihara terkekeh geli melihat wajah kesal temannya ini, ia ikut bergabung dengan Chuuya dan memesan minuman.

"Masih belum?"

"Hah? Apanya yang belum?"

"Ayolah~ kau mengerti maksudku, Chuuya."

Chuuya menghela nafas pasrah dan memutar matanya malas.

"Lalu apa hubungannya denganmu? Kau tak perlu ikut campur."

"Hei, itu terdengar kasar. Aku mencoba membantu disini."

Tachihara tersenyum lembut dan melihat kearah Chuuya. Tak lama setelahnya, pelayan cafe datang mengantarkan minumannya dan meletakkan gelas itu di atas meja.

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang