Kidnapping Plan

316 29 1
                                    

Flashback POV Chuuya

Setelah berhasil membujuk Dazai, aku mengajaknya ke sebuah cafe di pinggir kota, cafe itu lumayan ramai dengan pengunjung. Kami memesan minuman masing-masing, seperti biasa Dazai memesan kopi hitam kesukaannya. Pelayan itu mengangguk setelah menulis pesanan kami.

"Mohon ditunggu."

Katanya. Aku dan Dazai mengangguk sebagai jawaban, Dazai nampak tersenyum lembut melihat wanita pelayan itu. Entah kenapa aku sedikit kesal melihatnya, kenapa pula aku harus kesal? Itu sudah menjadi kebiasaan Dazai. Dia suka menggoda para wanita, tapi kali ini rasanya berbeda.

"Dazai."

Aku memanggil namanya untuk memecah keheningan.

"Ya, Chuuya?"

"Ceritakan apa yang terjadi selama 4 tahun kau menghilang."

"Hmm? Tapi ini akan panjang."

"Persingkat."

"Baiklah, jika kau memaksa. Dari dulu kau ini orangnya pemaksa."

Aku tak terlalu peduli dengan apa yang dikatakan olehnya. Aku hanya ingin mendengar suatu kepastian dan alasan dari mulutnya. 4 tahun itu waktu yang tidak sebentar.

"Setelah Odasaku wafat, aku menyerahkan surat pengunduran diriku. Yah, sebenarnya aku tak benar-benar menyerahkannya. Aku hanya menulisnya lalu pergi."

Ucap Dazai dengan nada santainya, ia merasa bahwa itu bukan masalah besar. Aku menjadi sedikit geram karena Dazai selalu menganggap semuanya enteng, saat Dazai menghilang Bos sampai menyuruh anak buahnya untuk mencari pria tak tahu diri ini.

Bahkan hingga saat ini, Bos tetap membiarkan posisi Dazai tak di isi oleh siapapun, alias kosong. Karena ia percaya bahwa Dazai suatu hari akan kembali lagi ke dalam Port Mafia.

"Aku pergi dari tempat itu dan tak sengaja bertemu dengan pria botak di sebuah kedai minum kecil, aku pun meminta pekerjaan darinya. Lalu dia menawariku untuk masuk dan menjadi bagian dari detektif swasta."

Tak lama kemudian, pelayan cafe datang sembari membawa nampan berisi minuman yang tadi kami pesan. Kami berdua tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Aku melihat ke arah Dazai, dan ia kembali melanjutkan ceritanya.

"Akhirnya aku masuk dan melamar disana. Kau tahu? Ternyata Direktur melakukan tes secara diam-diam, tapi aku sudah tahu itu. Tes tulisnya bahkan cukup mudah bagiku, tapi untuk tes berikutnya... Itu benar-benar seru dan mengasyikkan!! Bahkan rekanku Kunikida sampai berseru!"

Aku tak bisa membayangkan betapa stressnya rekan kerja Dazai yang baru. Aku sangat yakin bahwa ia pasti sangat ingin mencekik mati orang ini, atau menyiksanya hingga ia berkata ampun.

"Jadi selama 4 tahun ini kau bersembunyi dari kami?"

"Aku tidak bersembunyi, kalian saja yang bodoh tak bisa menemukanku! 2 tahun aku pakai untuk bersenang-senang! 2 tahun lainnya aku masuk ke Agensi itu."

Aku menggelengkan kepala dan memijat pelipisku. Pemikiran Dazai benar-benar tak bisa di tebak, tapi harus aku akui... Setiap misi yang ia tangani selalu berhasil dan sukses. Walau terkadang orang ini memiliki otak yang miring.

"Ah! Sudah waktunya! Aku harus kembali ke Agensi. Aku mendapatkan banyak misscall dari Atsushi-kun. Selamat tinggal!"

Dazai hendak pergi begitu saja setelah ia menceritakan semuanya. Aku hendak menahan, karena masalah 'waktu itu' belum kita bicarakan. Namun apa boleh buat, Dazai sudah pergi lebih dulu dan menjauh.

"Harusnya aku cerita saja langsung kesana tadi...."

Aku menghela nafas sejenak, lalu ada beberapa panggilan dari anak buahku. Benar, aku harus memeriksa gudang senjata Mafia hari ini. Aku segera berjalan ke motorku yang terparkir tak jauh dari cafe, dan segera menuju lokasi gudang.

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang