Warmth at Night

396 26 0
                                    

Dazai membuka matanya perlahan, ia mencium aroma yang tak asing di hidungnya. Lalu ia sepenuhnya sadar, Dazai terbangun dari pingsan karena anjing tadi. Matanya mengawasi sekitar, ia nampak kebingungan sendiri saat melihat dirinya berada di dalam sebuah kamar seseorang. Dazai tiba-tiba menjadi cemberut saat mengetahui siapa pemilik kamar ini.

"Ugh... Chuuya...."

"Ya, aku disini."

Ujar Chuuya yang berada di samping Dazai, ia tersenyum licik dan ikut duduk di ranjang bersama Dazai. Ekspresi Dazai tetap datar dan tak menunjukkan emosi apapun, ia menghela nafas panjang dan berbicara.

"Apa kau menyuruh ketiga pria itu tadi?"

"Tiga pria dan satu anjing maksudmu?"

Dazai bergidik ngeri saat mengingat kejadian itu lagi, seketika tubuhnya kembali merinding. Sementara Chuuya berusaha menahan tawanya keluar ketika melihat ekspresi Dazai.

"Kenapa kau melakukan ini?"

"Kenapa? Kau bertanya padaku kenapa?"

"Ya."

"Sederhana saja. Aku ingin kita melanjutkan pembicaraan tadi siang."

"Kenapa dengan cara seperti ini? Apa kau tak bisa menunggu sampai besok? Kita bisa berbincang lagi seperti di cafe tadi, kalau kau mau."

"Tidak, tidak. Itu hanya kata-kata manismu, Dazai. Aku yakin kau akan terus menghindariku, karena itu aku membawamu kemari dengan sedikit paksaan."

"Kau berlebihan."

"Kaulah yang membuatku berani melakukan tindakan seperti ini."

"Jadi ini salahku?"

"Hmm, tidak juga. Tapi hampir."

Dazai menghela nafas kasar, ia mengacak-ngacak rambutnya karena kesal. Chuuya hanya bisa tersenyum melihatnya, ia meraih wajah Dazai dengan tangan kanannya.

"Bagaimana keadaan, Atsushi-kun?"

"Atsushi? Ah, pemuda berambut perak itu? Dia aman, anak buahku sudah mengantarnya pulang."

"....."

"Dazai, tolong dengarkan aku malam ini."

"Apa?"

"Kau masih ingat saat kau menyatakan perasaanmu padaku?"

"....lalu?"

Dazai nampak tak nyaman dengan topik pembicaraan ini, ia bahkan tak ingin melihat ke arah Chuuya.

"Dazai, lihat aku."

"Untuk apa?"

Chuuya menggelengkan kepalanya, ia mendongakkan kepala Dazai agar ia bisa melihat wajahnya. Dazai sedikit terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu, ia hendak menghindari tatapan Chuuya namun tak bisa karena genggaman kuat tangannya.

"Dengar, aku tahu kau saat ini tak suka jika aku membahas topik ini lagi. Tapi aku ingin kau tahu, bahwa aku-"

"Iya, aku tahu kau straight. Kau bukan gay, homoseks, atau sebagainya. Kau tak perlu memberitahuku dua kali."

"Bukan itu yang aku maksudkan."

"...."

"Dazai, hei..."

"Kapan aku boleh pergi? Aku ingin pulang ke apartemenku."

"Untuk apa? Menginap saja disini semalam, bersamaku."

"Heh, untuk apa? Bukannya kau tidak suka aku di dekatmu? Kau juga tak suka berbagi tempat tidur dengan orang lain. Ada apa denganmu? Kau mabuk?"

"Tidak, aku tidak mabuk. Aku sangat sadar, kesadaranku penuh dan kuat."

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang