Not Now

366 38 3
                                    

Dazai, Ranpo, dan Atsushi kini dalam perjalanan pulang menuju kantor Agensi. Mereka telah menyelesaikan tugas mereka dan tengah berjalan pulang bersama-sama, sedari tadi Atsushi melihat ke arah langit biru yang cerah. Matahari sedikit terik hari ini karena sedikitnya awan.

"Atsushi-kun, jangan terus-terusan melihat ke langit. Cahaya matahari bisa membutakan matamu nanti."

Ucap Ranpo seraya mengunyah permen loli di mulutnya, Atsushi seketika melihat ke depan dan mengangguk paham. Pemuda berambut perak itu melihat ke arah Dazai dan memiringkan kepalanya sedikit.

"Dazai-san, kenapa hari ini kau tak memakai jas coklat dan dasi bolo itu?"

"Oh... Kau menyadarinya. Yah, aku terburu-buru tadi saat Kunikida menelpon dan menyuruhku untuk cepat-cepat datang. Jadi aku tak sempat memakai dasi dan jasku."

"Ah, begitu rupanya."

"Bagaimana keadaanmu setelah kejadian semalam? Apa ada yang terluka?"

Tanya Dazai sembari berbisik-bisik pada Atsushi, ia tak ingin Ranpo sampai tahu tentang kejadian tadi malam yang menimpa mereka.

"Aku baik-baik saja, saat aku sadar aku sudah berada di kamarku sendiri. Kepalaku berat sekali setelah di pukul kemarin. Kira-kira... Mereka siapa, Dazai-san?"

"Entahlah, aku juga tak tahu. Beruntung aku juga selamat kemarin, mereka sempat membawaku cukup jauh. Saat mereka lengah, aku menyerang balik mereka dan lari."

"Syukurlah, kalau kau juga baik-baik saja. Tadi pagi aku khawatir sekali saat Kunikida-san mencoba menghubungimu, aku pikir kau benar-benar di culik oleh mereka."

"Ayolah, mereka hanya sekumpulan tikus gang yang main kroyok. Mereka tidak ada apa-apanya ketika sendirian."

"Benar juga... Semakin lemah musuh, maka semakin banyak jumlah mereka. Tapi, itu tidak menjamin juga, sebab orang-orang kemarin itu cukup pintar."

"Yah, aku setuju denganmu."

Keduanya mengangguk kecil dan melanjutkan perjalanan pulang, Ranpo sesekali melihat ke belakang menunggu mereka berjalan.

"Hei, ayo cepat!! Aku ingin cepat-cepat istirahat dan makan cemilan di mejaku!!"

Seru Ranpo di depan, Dazai dan Atsushi hanya bisa tersenyum dan mempercepat langkah mereka. Lalu Atsushi tak sengaja melihat sesuatu di leher Dazai, seperti ada bercak kemerahan, tapi warnanya tak nampak seperti darah.

"Dazai-san?"

"Ya, Atsushi-kun?"

"Ada apa dengan lehermu? Kenapa merah begitu?"

Dazai terkejut dan reflek menutupi lehernya. Ia terkekeh canggung dan meninggikan kerah kemejanya agar tanda kemerahan itu sedikit tertutup.

"I-ini... Bukan apa-apa. Ini hanya bekas di gigit nyamuk."

"Kau yakin? Tapi itu tampak sangat merah dan sedikit kebiruan."

"Tidak apa-apa, sungguh. Jangan hiraukan aku."

"Baiklah kalau kau berkata seperti itu."

Dazai pun mengumpat dalam hati, kissmark dari Chuuya masih bisa terlihat jelas oleh yang lain. Walaupun ia sudah menutupinya dengan perban. Akhirnya mereka sampai juga di kantor Agensi. Ranpo segera menghampiri mejanya dan duduk di kursi kesayangannya, ia membuka laci dan mengeluarkan semua snack yang ia simpan disana. Sementara Atsushi langsung membuat laporan misi di mejanya, Dazai langsung merebahkan dirinya di atas sofa. Ia memejamkan matanya dan pergi tidur.

Kunikida baru saja menyelesaikan pekerjaannya, ia bangkit dari kursinya dan merenggangkan tubuhnya yang kaku karena duduk terlalu lama. Saat ia merenggangkan tubuhnya, secarik kertas jatuh di antara kakinya. Pria berkacamata itu meraih kertas itu dan membaca tulisan yang tertera disana.

I Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang