Chap 8 : Fullsun and Sunflower

981 82 2
                                    

Happy reading



Let's Start

*

*

*

*

*

Huda sedang mematut dirinya di depan cermin. Sore ini ia akan pergi ke suatu tempat. Setelan kemeja navy lengan pendek dengan celana hitam panjang membalut tubuhnya.

Huda mengambil ponsel serta kunci motor kemudian bergegas keluar dari kamar. Tak lupa mengunci pintu untuk menghindari makhluk astral yang bisa saja masuk.

Makhluk astral yang Huda maksud bukanlah spesies seperti teman-teman Juna. Tapi makhluk yang saat ini sedang mengisi seluruh penjuru rumah dengan suara nyanyiannya.

Di saat aku melihatmu
Di saat aku mengenalmu
Dan kini ku tahu namamu
Ternyata~
namamu munarooooooooohhhh~

Munaroohhh, Bang ocid datang
Prepet prepet prepet

Munaroohhh, Bang Ocid datang
Prepet prepet prepet

Huda menggeleng melihat kelakuan Jadid. Adiknya itu sedang rebahan dengan posisi terbalik di sofa ruang tamu dengan sebuah mic yang tersambung dengan speaker. Membuat para tetangga bahkan bisa mendengar suara nyanyiannya. Beruntunglah tak ada tetangganya yang bernama munaroh.

"Did, Bang Rez kemana?" tanya Huda menyela Jadid yang hendak membuka suara lagi.

"Nganterin Je-Ju ngaji. Mau kemana, Bang?" tanya Jadid balik. Ia menatap kakaknya dari atas sampai bawah masih dengan posisi terbaliknya.

"Mau keluar bentar," jawab Huda singkat. Jadid langsung mengubah posisinya menjadi duduk bersila di atas sofa.

"Ikoottttt!" seru Jadid dengan tatapan berbinar.

"Nggak, di rumah aja," tolak Huda.

Jadid mberengut, bibirnya maju beberapa senti. "Pilit! Pokoknya mau ikut!"

"Nggak usah," tolak Huda sambil berlalu, lama-lama enek juga dia liat wajah Jadid. Ia berjalan menuju ke halaman belakang dimana Jazil sedang mengurus anak-anaknya.

"Bang Zil," panggil Huda pada Jazil yang sedang berjongkok di depan sebuah kandang. Mendengar namanya di panggil, sontak Jazil pun menoleh. Sebagian wajahnya tertutup masker, kedua tangannya pun memakai sarung tangan. Sebuah kacamata bulat bertengger manis di hidung mancungnya.

Jazil mengedikkan dagunya sebagai isyarat bertanya, apa?

"Izin keluar bentar, ya. Mau ke taman kota," izin Huda.

"Pulang jangan telat. Adzan maghrib langsung pulang, jangan lupa shalat Maghrib nanti," pesan Jazil.

"Oke, Bang. Pergi dulu, assalamualaikum," pamit Huda sambil berlalu meninggalkan Jazil yang kembali sibuk mengurus anak-anaknya.

"Wa'alaikum salam. Makan yang banyak Echi, Injun, Nana," ucap Jazil sambil mengabsen ketiga kucing peliharaannya yang sedang makan dengan lahap.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang