Chap 16: Back to school

565 66 5
                                    

Ada yang menunggu book ini?
Happy reading
Vote jangan lupa
*

*

*

Let's Start

*

*

*

*

Senyum itu begitu cerah, secerah matahari bersinar pagi hari ini. Wajah yang kemarin-kemarin seakan dilingkup mendung, kini bersinar begitu cerah layaknya mentari yang muncul sehabis hujan.

Mada, Rezfan, Jazil, Huda, dan Jadid sedari tadi menatap aneh pada si bungsu. Senyumnya terus terpajang sejak tadi malam, tepatnya setelah sang kakak memberi kabar yang begitu membahagiakan untuknya.

"Bang, kok jadi takut sih?" bisik Jadid pada Huda.

"Sama, Abang juga. Takut jangan-jangan si Acil-Acil itu nemplokin Juna," balas Huda dengan berbisik pula.

Jena menghembuskan nafas panjang, matanya melirik jengah pada sang kembaran yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip. "Juna, makanan Juna tuh di depan, bukan di muka Jena!" kesalnya sambil meraup wajah Juna dengan kedua tangannya.

Juna berkedip dengan cepat, detik berikutnya ia terkekeh kecil. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah, Juna membenarkan posisi duduknya. Matanya mengerjap ketika mendapati kelima kakaknya masih setia menatap lekat dirinya.

"Abang ngefans sama Juna, ya?" tanya Juna. Wajah tengilnya membuat kelima pemuda itu merotasikan mata.

Huda mendengus. "Ngefans darimana? Yang ada kita takut sama kamu, Dek."

Jadid mengangguk. "Ho'oh, ngapain coba senyum-senyum begitu dari tadi? Kita takutnya kamu malah kesambet si Acil tau nggak?" timpalnya yang dibalas delikan sinis oleh Juna.

Rezfan tekekeh kecil. Agaknya ia tahu hal yang membuat hati Juna berbunga pagi hari ini. Kini ia beralih mengfokuskan perhatian pada sosok berseragam merah putih di samping Juna.

"Jena, siap kembali ke sekolah 'kan?" tanya Rezfan sambil mengulas senyum hangatnya.

Jena mengangguk sambil tersenyum lebar. "Siap Abang!"

Kelima kakaknya tersenyum lega melihat keantusiasan Jena. Kembaran Juna itu akan kembali menjalani sekolah umum hari ini. Dan hal itu pula yang berhasil membuat senyum Juna senantiasa tersungging sedari semalam.

Tes yang diberikan dokter Kinan berhasil dilalui Jena dengan baik. Bocah itu sudah tak memiliki ketakutan untuk bertemu dengan orang banyak. Meski begitu, Dokter Kinan tetap mewanti-wanti para kakaknya untuk mengantisipasi terjadinya sesuatu yang bisa memicu trauma Jena kembali datang.

"Ayo selesaikan makannya, biar nanti nggak terlambat." Suara Mada menginterupsi. Ketujuh bersaudara itu pun kembali melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda.

⭐⭐⭐🌈⭐⭐⭐

Untuk memberi semangat pada Jena, secara khusus kelima kakaknya mengantar si kembar hari ini. Si kembar Je-Ju mendongak, menatap barisan kakaknya yang berdiri menjulang di depan mereka.

Je-Ju mengangguk dengan patuh ketika semua kakaknya memberikan wejangan masing-masing. Jena yang masih sedikit kesal dengan Jazil pun terlihat memberikan senyuman, ketika kakak ketiganya itu berkata akan membelikan seekor ikan nanti sepulang sekolah.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang