Chap 27: Bang Jazil abang hebat

550 86 0
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca

*

*

*

Suara bantingan pintu terdengar cukup keras dari arah depan, siang itu. Si kembar yang sedang bermain di kamar pun dibuat terkejut karenanya.

"Siapa, ya, Juna?" tanya Jena sembari beranjak dari kursi belajarnya.

"Nggak tau. Ayo kita cek," ajak Juna yang langsung mendapat anggukan dari Jena.

Belum juga tangan menggapai handle pintu, kedatangan Jazil telah menghentikan langkah keduanya. Je-Ju menatap bingung pada sang kakak yang terlihat cukup berantakan.

"Abang kenapa?" tanya Jena bingung.

Jazil menggeleng lemah. Ia berjalan memasuki kamar si kembar kemudian mendudukkan diri di salah satu ranjang. Tangannya menepuk pelan kasur Jena, memberikan isyarat agar kedua adiknya mendekat. Tanpa menunggu lama, si kembar Je-Ju pun berjalan menghampiri sang kakak. Kini bisa mereka lihat dengan jelas, sorot kelelahan di mata Jazil.

"Abang sakit?" tanya Juna khawatir.

Jazil menggeleng kembali, lalu memeluk si kembar dengan kedua tangannya. "Abang cuma mau isi tenaga dulu," bisiknya di telinga si kembar.

Je-Ju mengangguk mengerti. Masing-masing satu tangan mereka menepuk punggung Jazil dengan pelan, membuat pemuda yang sedang menumpukan kepala di pundak Je-Ju memejamkan mata.

Jazil melepas pelukannya kemudian mengajak si kembar berbaring bersama. Tangannya memainkan helaian rambut hitam Je-Ju yang terasa begitu halus dan lebat. Jazil terkekeh pelan, mengingat dulu si kembar begitu lucu dengan rambut warna-warninya.

"Dek, kalian nggak mau rambut pink sama biru lagi? Atau yang merah sama oren itu?" tanya Jazil.

"Ih, nggak boleh Abang. Nanti Je-Ju nggak bisa lulus gimana?" Jena menatap sang kakak dengan kerutan di dahinya.

Jazil kembali terkekeh kemudian mengusap kerutan di dahi Jena. "Nggak nyangka, ya. Adek-adek bocil Abang udah kelas 6 sekarang. Kalian cepet banget gede, padahal rasanya baru kemarin kalian minta ikan sama ayam ke Abang," ujar Jazil sambil mengecup kepala Je-Ju bergantian. Nada bicaranya tersirat sebuah kerinduan yang nyata.

Si kembar ikut tertawa kecil mengingat kenangan masa lalu mereka. Ketiga saudara itu bernostalgia, mengulang kembali masa-masa yang telah dilalui bersama.

Di tengah kegiatan bercerita mereka, Si kembar terlelap. Jazil tersenyum hangat melihat wajah pulas Je-Ju yang menelusup pada ketiaknya. Tangan berurat itu mengusap dengan penuh kelembutan pada punggung Je-Ju, memberikan rasa nyaman yang membuat tidur mereka semakin pulas.

"Semoga kelak kalian jadi anak-anak yang hebat. Abang pasti akan mendukung apapun keinginan kalian," bisik Jazil sebelum ikut memejamkan mata, menyusul si kembar Je-Ju ke alam mimpi.

⭐⭐⭐🌈⭐⭐⭐

"Assalamualaikum," ucap Mada sambil membuka pintu depan. Di tangannya terdapat beberapa paper bag juga kantong plastik berisi makanan.

Rezfan yang tengah duduk di ruang tamu pun menoleh. "Wa'alaikum salam. Lho, kok sendiri? Mbak Nadia sama Alif mana?"

"Mama masih sakit. Alif juga lagi nempel banget sama akungnya. Ya udah, Abang pulang dulu, kasihan Jazil juga udah gantiin Abang," jelas Mada sambil membawa langkahnya menuju dapur.

Rezfan menutup laptopnya dan beranjak mengikuti sang kakak. Terlihat Mada tengah menyusun beberapa bungkus soto ayam ke dalam mangkuk.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang