Chap 28: Memories room Bang Jadid

544 69 3
                                    

Happy reading
Jangan lupa vote sebelum baca

*
*
*
*

Di sisa libur panjang ini, si kembar berniat menghabiskan waktu bersama Jadid di Jakarta. Dengan ditemani Jazil, mereka berangkat menuju kota tempat kelima kakaknya dilahirkan.

"Adek mau masuk ke SMP mana?" tanya Jazil sambil melirik kedua adiknya di belakang.

"Di SMP depan aja, Abang. Biar Je-Ju nggak usah membiasakan diri lagi," jawab Juna yang dibalas anggukan Jena.

"Kalian nggak mau nyoba suasana baru? Apa mau masuk pesantren gitu?" tanya Jazil.

Si kembar Je-Ju nampak saling pandang sebelum akhirnya Jena menjawab, "kita sadar diri kok, Bang. Je-Ju masih manja, masih apa-apa ke Abang, masih suka tantrum juga. Jadi, dari pada nyusahin pengurus 'kan mending nyusahin Abang."

Jazil terkekeh mendengar jawaban Jena itu. "Ada-ada aja jawabanmu, Dek. Kita mau mampir makan dulu nggak, nih?"

"Nggak usah, lah, Bang. Je-Ju mau cepet-cepet ketemu Bang Adid," tolak Juna.

"Hu'um, lagian tadi udah dibawain makanan sama Kak Sania," sahut Jena sambil mengeluarkan kotak bekal dari tas di sampingnya. "Enaknya punya abang sama kakak ipar jago masak. Bisa request macem-macem."

Sekali lagi, Jazil dibuat terkekeh oleh celotehan Jena itu. Ia kembali fokus ke jalanan sambil sesekali membuka mulut saat si kembar menyuapkan potongan bolu buatan Sania dan Rezfan.

⭐⭐⭐🌈⭐⭐⭐

Jadid menatap meja makannya dengan penuh kepuasan. Semua menu kesukaan adik-adiknya telah ia persiapkan dengan sepenuh hati.

Begitu semuanya telah siap, Jadid melepas apronnya lalu membawa langkah ke ruang depan. Ia mendudukkan diri di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya. Di tengah kesunyian yang melingkupi rumah, tawa kecil Jadid sesekali terdengar saat berbalas pesan dengan salah satu kekasihnya.

Jadid tak sendirian tinggal di rumah. Ada Satria yang juga melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Kedua sahabat itu benar-benar tak terpisahkan. Di mana ada Jadid, maka sudah dipastikan Satria akan ada di sekitarnya.

"Je-Ju belum dateng, Did?" tanya Satria yang baru kembali dari luar.

"Belum. Lo dari mana?" tanya Jadid.

Satria meletakkan kantong plastik sebelum duduk di samping Jadid. "Abis ketemu sama Niken, tapi dia buru-buru balik, katanya mau ke tempat sepupunya dulu. Terus gue mampir buat beliin Je-Ju jajan."

Jadid membuka plastik yang Satria bawa. Memeriksa dengan cermat setiap jajanan yang Satria beli untuk kedua adiknya. Satria yang melihat kelakuan sahabatnya itu mendengus malas.

"Semuanya aman, Pak Dokter. Gue nggak beliin mereka jajanan pedes atau minuman kemasan. Gue udah pilih yang aman kok," ujar Satria.

Jadid mengeluarkan cengiran khasnya kemudian membenahi kembali isi kantong plastik itu. Suara klakson terdengar, disusul deru mesin yang perlahan berhenti. Jadid beranjak dari duduknya untuk melihat siapa yang datang.

"ASSALAMUALAIKUM, BANG ADID!" Teriakan si kembar yang baru turun dari mobil langsung menyambut begitu Jadid sampai di ambang pintu.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang