Chap 10: Hantu oh setan

769 78 33
                                    

Nggak jadi masang target, ternyata nggak sesuai sama diriku yang selalu gatel pengen cepet-cepet up begitu dapet ide
Nggak sesuai juga sama sloganku
Saya gabut saya up! haha 😂

Happy reading

Let's Start
Typo tandai!

*

*

*

*

*

Jika ada sesuatu yang membuat para penghuni rumah resah, jawabannya adalah kebiasaan Juna yang sering ngobrol dengan teman-temannya. Meski sudah sering melihat interaksi aneh si bungsu, mereka masih belum terbiasa. Mada dan Rezfan bahkan sering merasa khawatir tiap si bungsu melakukan interaksi. Bahkan tak jarang rumah mereka mendapat gangguan dari para makhluk astral itu. Seperti kejadian Jazil waktu itu contohnya.

Jena sendiri sebenarnya juga bisa melihat hal-hal seperti itu. Hanya saja tak bisa sesering Juna. Jena hanya mampu melihat saat keadaan tertentu saja. Pun itu tak sampai berinteraksi lebih lanjut.

Seperti saat ini, Jadid dan Huda menatap horor pada Juna yang sedang berdiri di pojokan sambil berkacak pinggang. Mulut kecil itu terdengar seperti sedang mengomel pada sesuatu yang Jadid dan Huda tak mampu lihat.

Penghuni rumah malam ini hanya ada mereka berempat, dengan Jazil yang berada di kamar. Mada masih di kantor, sedangkan Rezfan sedang pergi bersama Jena ke warung.

"Bang, itu mau diberhentiin nggak? Merinding, nih," bisik Jadid sambil memeluk erat lengan Huda.

"Ya mau gimana? Mau deketin aja, takut," balas Huda juga sambil berbisik.

Posisi mereka berdua saat ini sedang bersembunyi dibalik sofa ruang tengah. Mereka mengintip untuk memantau si bungsu yang sedang marah-marah di ruang makan. Samar-samar terdengar suara Juna yang sedang mengomel dengan nada kesal.

"Ih, kan Juna udah bilang Acil, orang itu yang udah bikin Bang Jadid jatuh tau, kok nggak jadi di gangguin?" omel Juna.

Jadid yang mendengarnya tiba-tiba terdiam. Ia tengah membayangkan, seperti apa ekspresi saingannya itu ketika di ganggu teman Juna.

"Iya, Juna. Acil udah bilang sama mama papa buat ganggu orang itu. Tapi masalahnya papa nggak berani kesana," jawab sosok anak kecil dengan tubuh samar. Jangan beranggapan itu adalah si toyol yang suka nyuri uang. Sosok teman Juna itu seperti anak biasa. Hanya wajahnya yang pucat dan cukup menakutkan dengan luka bakar di separuh bagian.

"Kenapa nggak berani?" tanya Juna sebal.

"Kata papa disana ada mantannya. Jadi papa takut kalau kesana, nanti yang ada mama ngamuk gara-gara ngirain papa selingkuh."

"Ya udah sih. Suruh aja Tante Titi yang ngurus."

"Nggak bisa juga. Di rumah orang itu ada tante Sus sama tante Sinder juga, takutnya mama malah keenakan ngerumpi disana terus nggak mau pulang. Kan Acil sama papa juga yang repot."

"Tadi katanya ada mantannya Om Oci, kok Tante Titi malah demen ngerumpi disana?" tanya Juna yang masih sedikit kesal.

Huda dan Jadid yang mendengar itu saling pandang.

"Wow, setannya punya mantan," bisik Jadid speechless.

"Suka ngrumpi juga ternyata. Gila, udah jadi setan aja masih tetep ghibah," balas Huda sambil geleng-geleng.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang