Rembowruby
— Don't copy paste anything from here —
—
kiss in here for 3306 kata 🤙😚
—
"Aku mencintaimu, tapi bersamamu bukan lagi menjadi impianku"***
Vici tersentak, matanya terbuka lebar. nafasnya tersengal-sengal, tangan yang sedikit bergetar itu memegang lehernya. kemudian beralih memegang perutnya, entah berapa lama ia mencoba untuk menetralkan nafasnya. hingga rasa terkejut itu datang lagi hingga beberapa saat
—baru sadar akan satu hal,
mendapati dirinya duduk di kursi pesawat. Ia menoleh ke kanan dan kiri, bingung, jantungnya berdegup kencang, ketika melihat sekelilingnya ada banyak penumpang lain yang tampak santai. Refleks, ia berdiri.
Seorang berbaju khas pramugari yang melihatnya segera menghampiri dengan senyum ramah.
“Maaf, ada yang bisa saya bantu?” tanya pramugari itu lembut.Vici mengerjapkan matanya, masih berusaha mencerna situasi. “Ini... pesawat?” tanyanya kaku, bahkan dirinya pun merasa bodoh dengan pertanyaan itu.
Pramugari tersebut menahan senyum kecil, lalu mengangguk sopan.
“Betul. Anda sedang dalam penerbangan. Apakah ada sesuatu yang Anda perlukan?”Vici mengusap wajahnya dengan tangan. “Bagaimana saya bisa ada di sini?” tanyanya, lebih kepada dirinya sendiri.
Pramugari itu tetap tenang. “Karena Anda sudah memesan tiket penerbangan, Bu.”
“Aku pesan tiket? Kenapa aku pesan tiket—ah, tunggu, maksudku, kita sekarang sedang menuju ke mana?”
“Kita sedang dalam perjalanan dari menuju New York. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar empat jam lagi.”
“Oh...” Vici mengangguk kecil, mencoba mencerna informasi itu. Namun, pikirannya masih berputar-putar tanpa arah.
“Sebaiknya Anda beristirahat,” saran pramugari itu dengan nada lembut. Ia memandu Vici untuk duduk kembali di kursinya, memastikan perempuan itu nyaman.
Vici mengikuti arahan itu tanpa protes. Ia merapatkan tubuhnya ke kursi, masih merasa linglung. Jendela pesawat di sampingnya menampilkan langit sore, sedang matahari perlahan turun menyisakan sisa-sisa warna yang indah, sunset.
Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang terasa kacau. tadi itu, mimpi? sungguh jika ia maka itu mimpi yang sangat buruk. buruk sekali, Vici dapat merasakan bagimana pahit yang tak bisa dikeluarkan. harus terus dikunyah tanpa harus menelan, pahit sekali. seperti mimpinya tadi, Apa sebenarnya yang ia pikirkan hingga menghasilkan mimpi sial seperti itu.
Sementara itu, sang pramugari masih tersenyum kecil, memastikan semuanya baik-baik saja sebelum kembali bertugas.
Vici membuka ponselnya dan melihat sebuah pesan masuk dari Fara.
Fara
beritahu aku kalau pesawatmu sudah mau landas.
Vici menghela napas. Pesan itu malah membuat kepalanya semakin berdenyut. "Kenapa Fara tidak ada di sini?" gumamnya, frustrasi. Biasanya, di mana ada dia, di situ pasti ada Fara. Mereka seperti bayangan satu sama lain—tak terpisahkan. Tapi kali ini, Fara tak tampak, ia merasa seperti di khianati sekali.
Ia mengacak rambutnya pelan, berusaha mengingat kenapa mereka tidak bersama. Namun pikirannya terasa buntu. Alih-alih terus mencari jawaban, Vici membuka aplikasi chat dan mengetik balasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say [end]
FantasySemua orang tau bagaimana kaisar begitu mencintai vici. Perjalanan kisah mereka dimulai ketika umur 18 tahun. Dalam waktu yang lama- sepuluh tahun itu mereka lalui bersama, fakta cinta kaisar yang tidak pernah berkurang, masih tetap besar dan utuh u...