Bab 4 | Cinta Pertama Ayah

18 3 0
                                    

Selamat membaca kisah
Perjalanan mereka

Now playing : Gamma 1 - Cinta Pertama

***

Bab 4 |Cinta Pertama Ayah

Hati ayah mana yang tidak sedih dan marah ketika anak semata wayang yang perempuan di renggut oleh seseorang

***

V berlari dari ruangan mayat menuju salah satu ruangan yang memang disana sudah di huni oleh Kanaya— anak dari Bimo. Untung saja jaraknya tidak jauh jadi mereka langsung segera sampai dan di sana mereka bisa melihat ekspresi lesu dan amarah dari seorang ayah dimana cinta pertamanya di renggut oleh oleh orang yang tidak di kenal.

"Ibu!"

"Aa," kata Linda.

"Gimana keadaan Radika nak?" tanya Linda.

"Radika sudah pergi bu," jawab V yang menangis di pelukan ibunya itu.

Meru yang melihat kakaknya ada disini langsung permisi kepada Sisi untuk keluar sebentar. Disini kita tahu Meru pasti bertanya apa yang terjadi, tapi sepertinya Meru juga tahu.

"Gimana keadaan Kanaya Bu?"

Linda langsung menceritakan apa yang ia lihat tadi pada saat V menuju ke ruang mayat.

Flashback on

Linda mengikuti yang lainnya menuju ruangan yang dimana menjadi tempat Kanaya berada. Bimo— ayah dari Kanaya langsung membuka pintu ruangan itu dan melihat Kanaya yang hanya melamun dengan tatapan kosong berserta dimana luka lebam ada di wajah serta tangannya

"Dokter gimana keadaan anak saya?" tanya Bimo.

"Kami telah melakukan visum pada putri bapak, dan hasilnya bahwa selaput vaginanya Kanaya robek akibat pemaksaan,"

Mendengar hasil yang dikatakan oleh dokter hati ayah yang mana yang tidak merasa sedih karena ternyata anak gadis satu-satunya yang sangat ia cintai telah direnggut oleh seseorang.

"Saya minta kalian berdua tenang dulu, karena itu yang di butuhkan Kanaya saat ini." Dokter pun meninggalkan mereka semua dan menyisakan Linda, Arkan, Sisi, Meru, Okta, Kiki dan Bimo.

"Dari sejak lahir..... Ayah sudah janji..... Akan menjaga Kanaya... Dan melindungi dia," lirih Bimo.

"Tapi aku gagal...."

"Aku gagal...."

"Gagal!"

Pecah tangisan Bimo pada saat itu juga antara perasaan amarah dan air mata bercampur menjadi satu hingga akhirnya dia mencoba menangis dan langsung berteriak melampiaskan tangannya memukul tembok.

Bugh!

"Aaaaaa,"

Bugh!

"Aaaaaa,"

Arkan dan Okta langsung mencoba menjauhkan Bimo dari tembok tersebut.

"Cukup! Bim!"

"Cukup."

"Hentikan!"

Linda juga mencoba menghentikan aksi Bimo dengan kata-katanya melihat bekas tembok yang ia pukul bersamaan dengan keluarnya darah membuat Linda menyarankan kepada kedua anak angkatnya tersebut untuk membawa Bimo ke ruang UGD agar tangannya segera diobati.

SGS [9] Aksi | Anak-anak Tanpa Cinta 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang