Bab 29 | Analisa Narasi

6 0 0
                                    

Selamat membaca kisah
Perjalanan Mereka

Now playing : Dimansyah Laitupa - Narasi

***

Bab 29 | Analisa Narasi

Baca baik-baik karena analisa di sini harus dibaca pelan-pelan

***

Setelah pulang dari rumah Arkan—teman Bimo dan Okta, Jeju memang diantar pulang oleh kedua Om itu dan setelah itu kedua orang dewasa langsung meninggalkan rumah itu. Baru saja sampai tiba-tiba ia mendapatkan notifikasi pesan dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia akan pulang telat malam hari ini dan memilih untuk menginap di kantor saja.

Merasa memang bahwa ia akan sendiri di dalam rumah akhirnya dia memutuskan untuk masuk dan menjalankan kedua kakinya menuju kamar di mana ia menyimpan tas dan juga mangsanya lalu sedikit merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Jeju menatap langit-langit kamarnya cahaya lampu kamar menyorot tepat ke matanya dan itu membuat matanya sedikit agak perih. Lalu setelah itu dia bangkit udah mulai duduk di kasur tersebut jujur ia bingung harus bagaimana sekarang pikirannya benar-benar kacau.

Jadi ia langsung memutuskan untuk menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat yang memang untuk dirinya mandi sekarang karena memang badannya sudah lengket.

Setelah air sudah siap ia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mulai melakukan aktivitasnya secara privasi.

Sekarang ia duduk di meja belajar, ia mengambil buku Anak-anak Tanpa Cinta yang memang Jeju sudah punya, dan sekarang Jeju mengambil laptopnya dan mencoba mengetik sesuatu. Awalnya ia ingin menjalankan cerita pada saat awal ia menginjakkan cerita pada saat Jeju sudah paham dengan forensik. Akan tetapi ia bener-bener buntu banget untuk ide cerita sepertinya ia sudah benar-benar tidak tahu bagaimana cara melanjutkan cerita ini. Baru pertama kali bagi seorang Jeju untuk menuliskan cerita kisah tentang dirinya yang dilanjut dengan memecahkan masalah 25 tahun yang lalu

Terlihat Jeju sangat frustasi ia benar-benar membutuhkan ide untuk melanjutkan ceritanya, kebetulan genre yang ia tulis adalah thiller dan misteri, Padahal semua pembaca menginginkan drama yang sangat sedih tapi karena kehidupan dirinya dan saudara-saudara yang lainnya sudah sangat pedih jadi dia memilih untuk membuat cerita yang agak ceria.

Maka genre thiller yang ia pakai sekarang.

Sepertinya hari ini Jeju membutuhkan waktu untuk jalan-jalan sebentar sekalian mencari ide untuk melanjutkan ceritanya, walaupun malam semakin larut tapi ia ingin menikmati udara malam ini sambil memikirkan apa yang sedang V lakukan.

Ternyata ia malah memikirkan orang lain. Tapi memang itu yang ada di pikiran jujur sekarang, hingga akhirnya pikirannya teralihkan oleh rasa laparnya. Jadi ia segera memesan makan lewat aplikasi biar cepat sampai.

Setelah itu mereka sampai disana dan ternyata sudah ada abang paket yang sama dimana Jeju membeli makan malam untuk dirinya.

"Atas nama Julia ya," kata Boris.

"Iya mas ini makanannya."

"Ini uangnya dan kembaliannya ambil saja," ujar Jeju.

Lalu setelah itu Jeju masuk dan disana dan sudah menyiapkan alat makan. Hari ini Jeju makan sendiri dan sudah lama situasi ini tidak pernah terjadi.

***

Jeju tidak ingat apa-apa. Setelah menyantap makanan, ia langsung ke kamar dan tidur. Nah sekarang jam menunjukkan siang sepertinya keadaan rumah sepi buktinya tidak ada seseorang yang membangunkan di dunia malam tadi.

Jadi ia mengecek jam di ponsel, ia bergegas mandi dan langsung pergi ke kampus tanpa sarapan karena ia sudah telat banget karena kebetulan ada kelas pagi.

Bahkan di kampus Jeju juga tidak bersemangat walaupun ia tetap fokus tetapi pikirannya menjalar ke mana-mana walaupun begitu mau tidak mau ia harus paksakan sampai kelas benar-benar selesai dan anehnya kelas hari ini memiliki jadwal padat dimana pelajaran tentang biologi, anatomi tubuh manusia, dan masih banyak lainnya.

Hingga ia menjauhkan dirinya dari keramaian orang bahkan tidak mengaktifkan data selulernya sama sekali yang ia gunakan pulsanya hanyalah memutar lagu agar bisa benar-benar tetap terjaga.

Sampai akhirnya seseorang datang menghampiri Jeju karena tahu kondisi orang yang di depannya itu sedang menggunakan headset jadi ia langsung menepuknya.

"Jul," panggil orang itu.

"Iya ada apa?" tanya Jeju kepada orang itu.

"Kamu di panggil dosen, katanya. Ada hal yang harus di selidik untuk anak-anak FKF (Fakultas Kedokteran Forensik)," ungkap orang itu.

"Oh kalo gitu. Makasih ya."

Dengan bergegas Jeju langsung merapikan barangnya yang ada di perpustakaan dan langsung menuju ruangan dosen yang di mana sudah ada anak-anak dari fakultas ilmu kedokteran forensik.

"Sudah semua?" tanya sang dosen.

"Kayaknya sudah," kata salah satu mahasiswa.

"Julia, apakah sudah hadir?" tanya dosen lagi.

"Iya. Pak."

"Ya sudah kalo gitu, kita berangkat ke TKP sekarang menggunakan kendaraan kalian masing-masing Bapak sudah share alamat tempat kalian harus meneliti sekarang karena kebetulan kasus ini terjadi tadi malam tepat berada di salah satu rumah di bagian rortop," jelas dosen.

Setelah memberitahu hal itu semua anak-anak dari fakultas ilmu kedokteran forensik langsung membubarkan diri dan menuju ke halaman parkiran tepat di mana kendaraan mereka di sana.

Sepanjang perjalanan Jeju tidak henti-hentinya berpikir apa yang terjadi sebenarnya hingga akhirnya dia Mendengar pembicaraan dari beberapa temannya bahwa telah terjadi berita viral di mana seseorang telah dibunuh yang di mana identitasnya masih belum diketahui karena wajahnya yang hancur akibat dihantam beberapa kali.

Mendengar itu Jeju mendengarnya cukup ngeri. Lalu setelah itu dia menggunakan motornya mengikuti teman-teman yang lainnya menuju lokasi TKP tersebut.

Tidak butuh waktu lama Jeju dan yang lainnya sampai di TKP tersebut para polisi juga sudah ada di sana buktinya garis polisi juga terpasang. Merasa rumah ini cukup familiar Jeju segera turun dan memutuskan untuk masuk membiarkan dirinya dipanggil oleh dosen dan teman-teman yang lainnya untuk tidak masuk terlebih dahulu.

Jeju bergerak naik ke atas menggunakan tangga yang berada di sana dan dengan cepat ia sampai di lantai paling atas rumah itu buktinya beberapa polisi juga ada di sana garis polisi juga terpasang di lantai itu.

Namun ketika Jeju bergerak mendekat sang polisi menghadang seolah tidak membiarkan dirinya untuk melihat siapa mayat tersebut, hingga akhirnya sang dosen juga mengikuti Jeju dan mulai memberikan penjelasan bahwa anak didiknya itu ingin mengetahui tentang mayat itu dan mereka sedang mengadakan sebuah penelitian.

"Yaudah mba, jangan lama-lama oke," kata polisi tersebut.

"Oke," ucap Jeju.

Jeju mulai masuk ke dalam di mana garis polisi itu terpasang dan di sana dia mulai menunduk sambil juga memotret beberapa luka yang sekiranya sangat menonjol. Posisi mayat dalam keadaan terkurap dan pada dianalisa Jeju mulai paham di belakangnya terdapat sebuah jalur peluru.

Dan kalau dilihat, jalur posisi menembak itu 45° miring dari lokasi pintu itu dan itu sama seperti lokasi di mana Tante Linda saat mengeksekusi Abdur namun yang ke tertembak adalah Rendra.

"Jangan-jangan—"

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update cerita ini lagi tersisa tinggal dua bab lagi kok dua bab lagi kemarin katanya 2 bab lagi tapi sekarang kok 2 bab lagi. Maksudnya itu tinggal bab 30 sa Epilog, mudah-mudahan sore atau malam bisa selesai deh kalau nggak besok akan update double deh untuk segera tamat.

Kira-kira Menurut kalian gimana ya eksekusinya?

Jangan lupa vote and coment👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

SGS [9] Aksi | Anak-anak Tanpa Cinta 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang